Share

Chapter 2

Sudah hampir empat hari Stefan tidak menghubunginya, Priscilla sudah tidak bisa bersabar lagi untuk menuntut penjelasan dari Stefan. Hari ini Priscilla berniat menemui Stefan di rumahnya, tapi entah mengapa tubuhnya hari ini terasa lemas. Suhu tubuhnya normal, tapi Priscilla merasa seperti orang sakit.

"Priscilla sarapan yuk? mami udah masak sup ikan kesukaan kamu nih." Panggil Julie dari luar kamar Priscilla.

Mendengar kata sup ikan membuat Priscilla sedikit bersemangat untuk beranjak dari ranjang, apalagi ia memang sudah merasa lapar sekali tidak seperti biasanya.

"Aku otw ke bawah mi!" Teriak Priscilla.

Ponsel Priscilla berdering, setting alarm pengingat haid Priscilla berbunyi. Priscilla baru ingat kalau hari ini jadwal menstruasi tiba, tapi Priscillia sama sekali belum merasakan tanda-tanda haid.

"Telat kali ya gara-gara kebanyakan minum alkohol." Ucapnya.

Di balik perasaan optimisnya Priscilla juga menyimpan sedikit kekhawatiran, Priscilla takut hal yang selama ini ia khawatirkan benar-benar terjadi. Priscilla berniat untuk menunggu siklus haid berikutnya, jika masih terlambat juga mau tidak mau Priscilla akan mengeceknya. Yang terpenting hari ini ia harus menemui Stefan terlebih dahulu.

Semangkuk sup ikan kesukaan Priscilla sudah tersaji di hadapannya, namun Priscilla tidak langsung menyantapnya. Ia terus mengendus sup itu seakan merasakan bau yang aneh di dalamnya, hal itu membuat Julie heran karena ia merasa sudah membuat sup itu dengan bahan yang segar.

"Kenapa Sil? Supnya gak enak?" tanya Julie heran.

Priscilla meletakkan sendok dan garpunya, selera makannya hilang seketika tanpa alasan yang jelas. Ia merasa ada yang aneh dari sup ini, tapi enggan memberitahukannya pada Julie.

"Enak kok mi, cuma Sila lagi gak nafsu makan aja. Sila mau diet," jawabnya asal.

"Kamu itu udah cantik Sila, mau diet buat apa?" Sahut Leonard.

"Sila bulet kaya bola bekel juga pasti papi tetap bilang Sila cantik kan?"

Leonard tertawa, putrinya ini memang tidak pernah percaya gombalannya. Meskipun hanya gombalan tapi memang benar bahwa Priscilla itu cantik, mirip seperti Julie.

"Oh iya besok ada arisan keluarga di rumah tante Amelia, kamu kosongin jadwal ya pi. Kamu juga Sil, kita harus kumpul lengkap disana."

Priscilla terkejut saat mendengar nama Amelia, ia jadi teringat kejadian di depan hotel tempo hari yang lalu. Amelia pasti akan 'menyentil'nya disana, jika sampai orang tuanya tau habislah Priscilla.

"Mi kayaknya gak bisa deh, aku ada tugas kuliah penting." Sahut Priscilla.

"Tugas kuliah? Bukannya kemarin kamu bilang seminggu ini kamu bebas tugas?"

Priscilla skak mat, "ada tugas mendadak mi baru dikirim pagi ini."

Julie menangkap kebohongan di mata Priscilla, ia merasa Priscilla menyembunyikan sesuatu darinya.

"Mami gak mau tau Sil, usahakan datang karena acaranya dilaksanakan seharian penuh." Tegas Julie.

Priscilla hanya bisa mengangguk, tamatlah riwayatnya besok.

****

"Permisi tante cantik."

Sapa Priscilla, wanita paruh baya itu menoleh dan langsung menyambut kedatangan Priscilla dengan hangat.

"Calon mantu tante apa kabar?"

"Baik tante, Stefan ada di rumah gak tan?" Tanya Priscilla sambil melirik ke arah jendela kamar Stefan.

"Ada tuh di kamar masih tidur, baru kemarin pulang liburan bareng emang udah kangen lagi nih sama Stefan? Anak tante emang ngangenin ya?" Tawa Lilyana.

'liburan bareng?' batin Priscilla. 

Memang ada yang tidak beres dengan Stefan belakangan ini, Priscilla harus mencari tau sekarang juga.

"Maaf tante aku udah kangen banget sama Stefan, izin ke atas dulu ya?"

Dengan langkah cepat Priscilla menuju ke kamar Stefan, ternyata Stefan masih tertidur pulas di atas ranjang empuknya. Priscilla mengambil ponsel Stefan dan mengecek semua isinya, ada histori email masuk dari maskapai penerbangan dan juga foto-foto liburan Stefan bersama teman klubnya. Hati Priscilla memanas saat mendapati foto Stefan tengah berciuman dengan seorang perempuan asing, air matanya turun dan isak tangis kecil keluar dari mulutnya.

"Ngapain kamu disini?!" Bentak Stefan.

Priscilla segera menunjukkan foto yang barusan ia lihat dan meminta penjelasan dari Stefan, Priscilla sudah cukup sabar menahan semuanya dari kemarin dan kini tangisnya meledak.

"Iya gue jadiin lo bahan tukeran di klub, terus kalo gue selingkuh emangnya kenapa?!"

"Brengsek kamu!" Bentak Priscilla.

"Emang gue brengsek, kalo lo keberatan silahkan tinggalin gue tapi emang masih ada yang mau sama lo? Lo kan udah gak perawan." Tawa Stefan sinis.

Priscilla mematung, Stefan benar-benar iblis berwujud manusia. Priscilla tidak bisa berkata apapun lagi, hanya air mata dan teriakan tertahan yang bisa ia keluarkan.

"Makanya jadi cewek jangan tolol, selama ini gue cuma pura-pura baik buat bikin lo percaya sama gue."

Stefan menepuk bahu Priscilla, dan menghembuskan asap rokok elektriknya ke arah Priscilla. Stefan yang Priscilla kenal selama ini palsu, selama lima tahun ini Priscilla bukanlah pacar Stefan satu-satunya.

Priscilla bangkit dan pergi dari hadapan Stefan, air matanya masih terus mengalir bahkan saat berpapasan dengan Lilyana. Saking sedihnya, Priscilla bahkan mengabaikan Lilyana yang memanggilnya.

"Stefan! Kamu apain Priscilla sampai nangis begitu?!"

"Apa sih mi biarin aja udah, emang dasar drama queen dia tuh!"

Jawab Stefan tengil, membuat Lilyana kesal. Daripada mendengarkan ocehan Lilyana Stefan lebih memilih masuk ke kamarnya, dan menyetel musik sekencang mungkin.

****

Sejak kembali dari rumah Stefan Priscilla tidak kunjung keluar kamar, Julie mencoba memanggilnya namun Priscilla enggan menyahuti. Sampai acara arisan di rumah Amelia pun tiba, mau tidak mau Priscilla ikut karena paksaan dari Julie dengan dalih untuk melupakan sejenak masalahnya.

Semua keluarga saling menyapa satu sama lain, termasuk Amelia yang tiba-tiba amat ramah padanya. Priscilla yakin ia sudah menjadi target Amelia, ingin rasanya ia kabur dari sini. 

"Semuanya sudah kumpul kan?" Tanya Amelia, tatapan matanya melirik ke arah Priscilla.

Priscilla menarik nafas panjang, tangannya berkeringat dingin. Gelagatnya nampak gelisah, itu membuat Amelia semakin bersemangat untuk menjadikannya bahan obrolan.

"Sila kamu apa kabar?" Tanya Amelia.

"Eh? Aku baik kok tan,"

"Oh iya kamu aman kan pulang tempo hari?" Tanya Amelia, membuat Priscilla membelalakkan kedua matanya.

Amelia tidak main-main menjadikan Priscilla targetnya, padahal Priscilla tidak memiliki salah apapun padanya tapi Amelia menatapnya seakan ia adalah musuh bebuyutannya.

"Maksudnya apa Mel?" Tanya Leonard.

Nampaknya Amelia berhasil memancing rasa penasaran kedua orang tua Priscilla, senyum penuh kemenangan tersungging di bibirnya.

"Loh Leo kamu gak tau apapun ya? Duh aku jadi gak enak, maafin tante ya Sila." Ucap Amelia memelas.

Priscilla menatap tajam Amelia, namun tatapan Leonard tidak kalah tajam dari Priscilla saat menatap putri kesayangannya itu.

"Sila?" Tanya Leonard.

Priscilla masih tetap mengunci mulutnya, ia tidak berani menatap Leonard.

"Sila tatap mata papi! Apa maksud omongan tante Amelia?!"

"Sayang tolong jawab," bujuk Julie namun Priscilla tetap bungkam.

"Sila!" Bentak Leonard membuat Priscilla terkejut.

"Maaf pi." Jawab Priscilla lirih.

Amelia nampak tidak sabar menunggu Priscilla berbicara, dengan lancang ia menyela pembicaraan antara Priscilla dan Leonard.

"Maaf ya Leo, tapi tempo hari aku mergokin Sila keluar dari hotel Griya. Kamu tau kan gimana reputasi hotel itu? Aku pikir kamu udah tau Leo, Sila tolong maafin tante yang udah lancang buka rahasia kamu karena menurut tante pergaulan kamu udah melewati batas." Ucap Amelia dengan wajah penuh penyesalan, namun hatinya tertawa puas.

Di depan semua anggota keluarga Leonard menampar Priscilla, tangannya gemetar. Leonard sangat kecewa pada Priscilla begitu pula Julie, namun ia masih tetap berusaha merangkul Priscilla dan memeluknya.

Tatapan seluruh anggota keluarga kini berbeda, yang tadinya sangat ramah berubah menjadi sinis dan jijik. Hancur sudah nama baik Priscilla, ia sudah tidak tau lagi harus bagaimana. Apakah harus berbohong lagi dan memunculkan kebohongan lainnya, atau jujur lalu kehilangan semuanya termasuk kasih sayang kedua orang tuanya. Priscilla yang dikenal sangat baik akhlak dan pergaulannya bahkan taat agama, kini berubah citranya 180°. Saat ini Priscilla hanya mampu mengucapkan kata maaf pada kedua orangtuanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wahid Ummualifah
br satu bab sudah di kunci?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status