Niko memasuki ruang kerja Leonard, dengan membawa beberapa dokumen juga fasilitas yang Leonard berikan dulu. Niko berniat mundur dari perusahaan Leonard, ia sudah tidak bisa lagi bekerja untuk Leonard.
"Untuk apa kamu membawa semua fasilitas yang saya berikan? saya tidak berniat memecat kamu," tanya Leonard.
"Saya ingin mengundurkan diri, dan ini semua barang milik Bapak."
"Kamu yakin ingin mundur dari perusahaan saya?"
Niko mengangguk, Leonard tidak bisa memaksa Niko jika ia ingin pergi dari perusahaannya. Niko tidak membawa apapun yang bukan haknya untuk pergi dari sini, bahkan rumah yang memang menjadi miliknya tidak ia ambil.
"Saya sudah keluar dari perusahaan Pak Leonard," ucap Niko pada seseorang di telepon.
*****
Pukul sebelas siang Priscilla baru terbangun, kepalanya terasa sakit karena terus menangis semalaman. Matanya terlihat sangat sembab, membuat pandangan matanya terasa tidak nyaman.
"Dimana Ares?" tanya Damian yang baru tiba dari Boston."Tuan Ares ada di kamarnya, biar saya panggilkan." jawab Nini."Tidak usah, biar saya yang ke atas langsung menemuinya."Nini panik melihat Damian pergi menemui Ares di kamarnya, pasalnya saat ini Ares tengah bersama perempuan di dalam kamar dan pastinya mereka tengah melakukan hal yang tidak-tidak. Damian meminta kunci cadangan pada bodyguard yang sedang lewat di depan kamar Ares, awalnya bodyguard tersebut agak ragu untuk memberikan kunci kamar Ares namun karena Damian mengancamnya mau tidak mau ia memberikannya. Saat Damian membuka pintu kamar Ares pemandangan yang tidak mengenakkan langsung terlihat jelas di depan matanya, Ares tengah bercinta dengan seorang perempuan dan kini mereka sedang tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Perempuan itu panik, dan segera mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya."Papah! bisa gak sih ketuk pintu dulu!" bentak Ares."Turun ke ba
Selama ada Damian dan Helena dirumah, sikap Ares tidak kasar seperti kemarin. Rumah ini besar dan banyak penghuninya, tapi Priscilla merasa kesepian. Priscilla merasa jenuh berada di kamar besar ini, meskipun ada Firda dan Dini yang menemaninya.Esok adalah hari pertunangannya dengan Ares, Damian dan Helena sibuk mempersiapkan yang terbaik bahkan sampai memanggil musisi terkenal untuk mengisi acara pertunangan nanti. Leonard juga datang untuk membantu Damian mempersiapkan semuanya, mereka saling berbincang seru di ruang tamu tapi sayangnya Leonard tidak sama sekali menjenguk Priscilla. Leonard tidak mengizinkan Priscilla keluar dari kamarnya, ia takut Priscilla akan kabur lagi terlebih sekarang keadaan orang-orang sedang sibuk. Leonard takut Priscilla akan memanfaatkan keadaan dan pergi dari rumah Ares, karena ia tau kalau Jay sekarang sudah bebas. Leonard masih belum tau siapa yang sudah membebaskannya, yang ia tahu hanya kerabat Jay yang menjamin kebebasannya.
Pencabutan saham yang dilakukan Andrew membuat Leonard agak putus asa, pasalnya Damian tidak dapat membantunya untuk menutupi seluruh kekurangan yang ia butuhkan."Kemana lagi aku harus mencari investor untuk menutupi kekurangannya?" gumam Leonard.Leonard akui, Yona masih kalah jauh keahliannya dari Nadine. Meskipun tingkah Nadine menyebalkan, tapi Nadine selalu berhasilnya menarik pengusaha lain untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Andai waktu itu Leonard tidak gegabah memecat Nadine, mungkin sekarang ia tidak perlu kerepotan seperti ini.Malam ini pertunangan Ares dan Priscilla akan diselenggarakan, akan banyak pengusaha yang datang ke acara pertunangan. Leonard berharap ia bisa mendapatkan investor lewat pertunangan Priscilla.****Di rumah Ares kini sudah ramai orang berdatangan, mulai dari pegawai butik yang mengantarkan gaun hingga bagian katering datang untuk membawa tester makanan. Ada banyak jenis makanan yang
Jay dan Niko berjalan beriringan memasuki aula tempat pertunangan Priscilla dan Ares di selenggarakan, dua orang itu kini menjadi pusat perhatian para tamu undangan terutama tamu perempuan. Jay dengan setelan warna hitamnya dan Niko dengan setelan warna putihnya, membuat para perempuan sulit menentukan pilihan antara good boy atau bad boy."Hai, boleh kenalan?" sapa seorang perempuan."Maaf saya udah punya istri, kalo mau sama dia aja kenalannya." Jay mendorong Niko ke arah perempuan tersebut."Maaf, tapi aku pengennya kenalan sama yang pakai jas hitam." ucapnya.Jay menahan tawa melihat Niko ditolak, wajah Niko mulai terlihat memerah karena menahan kesal. Niko kesal karena Jay menertawakannya, soal perempuan itu ia tidak mau ambil pusing karena perempuan itu juga bukan tipenya."Jay kita harus fokus sama rencana kita datang kesini, jangan di hirauin perempuan-perempuan yang datengin kita.
"Selamat, anda positif hamil Nyonya Sherin. Usia kandungan anda sudah delapan minggu,"Sherin syok, di tengah proses perceraiannya dengan Stefan ia dinyatakan positif hamil. Dokter memberikan sebuah kertas berisi catatan kehamilan juga foto hasil USG bayinya, tidak lupa juga dokter meresepkan beberapa vitamin agar bayi Sherin bisa bertumbuh dengan sehat."Bagaimana nak? kata dokter kamu sakit apa?" tanya Hilda, ia baru saja kembali dari kantin rumah sakit membeli makanan untuk Sherin."Sherin, hamil mah." jawabnya pelan."Hamil? sudah berapa minggu?""Delapan minggu," jawab Sherin, wajah Hilda nampak terlihat bahagia saat tau Sherin hamil."Cepat hubungi Stefan, dia harus tau kalau kamu lagi hamil nak."Sherin tidak bereaksi apa-apa, pasalnya Sherin tau kalau kini Kalina juga tengah hamil anak Stefan. Rasa benci di hati Sherin kini sudah lebih besar daripada cintanya, ia lebih memilih mengalah dan t
Kalina terpuruk meratapi nasibnya, impiannya untuk menjadi nyonya Stefan musnah sudah. Meskipun Stefan bilang ia akan bertanggung jawab, tetap saja statusnya akan tidak jelas. Kalina malu dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi kedua orangtuanya, jika harus membesarkan anak tanpa suami Kalina dan bayi ini akan habis menjadi bahan hujatan orang-orang. Kalina melirik laci nakas yang ada di dekat ranjangnya, ia mengambil satu strip obat yang sudah ia siapkan sejak lama jika Stefan tidak mau bertanggung jawab."Maafin mamah ya nak, ini semua juga demi kebaikan kamu." ucap Kalina seraya mengelus perutnya.Kalina mengambil 1 tablet obat dan segera meminumnya, tapi hingga beberapa menit tidak ada reaksi apapun yang terjadi pada dirinya. Kalina mengambil lagi obat tersebut dan mendouble dosisnya, kini perutnya mulai terasa mulas dan nyeri tapi tidak ada tanda janin itu akan keluar. Masih belum puas juga, Kalina mengambil lagi obat tersebut dan m
Berkat daftar informasi tamu undangan pesta pertunangan Ares, akhirnya Dean dapat menemukan rumah seseorang yang pasti bisa menolong Priscilla. Dean awalnya tidak mau melakukan ini, tapi melihat fisik dan mental Priscilla yang hancur perlahan membuat Dean nekat melakukannya."Saya ingin menemui Jayden, apa benar ini tempat tinggalnya?" tanya Dean."Benar, silahkan masuk." jawab Niko seraya membukakan pintu untuk Dean.Setiap hari jika tidak ada pekerjaan Jay selalu berada di ruang galeri, entah hanya untuk tertidur ataupun mencoba semua barang yang ada disini."Jay, sekretaris Ares datang. Saya gak tau dia mau apa, tolong kamu temuin dulu." ucap Niko lalu keluar lagi menemui Dean.Jay nampak heran dengan kedatangan Dean ke kediamannya, firasatnya jadi tidak enak. Jay segera keluar dari ruang galeri dan menguncinya lagi, lalu menghampiri Dean yang nampak gelisah di ruang tamu.
Satu botol minuman jatuh dan pecah berserakan di lantai, entah sudah botol ke berapa Leonard menegak minuman alkohol tersebut untuk melepas penat pikirannya. Bisnisnya di ambang kehancuran, tidak ada investor yang mau bergabung di perusahaannya bahkan yang lainnya juga sudah menarik sahamnya dari perusahaannya. Andrew bisa saja kembali menaruh sahamnya disana, dengan syarat pertunangan antara Ares dan Priscilla dibatalkan tapi Leonard menolaknya.Rana dan Santi sudah tidak sanggup lagi bekerja di rumah ini, suasana rumah di rumah ini sudah jauh berbeda dan tidak lagi nyaman untuk ditinggali. Pernah suatu ketika, saat Leonard pulang dalam keadaan mabuk Rana mencoba menolong Leonard yang terjatuh di ruang tamu. Bukannya berterima kasih, Leonard justru malah hampir memperkosa Rana hingga Rana trauma keluar dari kamar saat Leonard sedang mabuk."Teh, ayo kita pergi. Mumpung pak Leonard lagi gak sadarin diri, kita pulang ke kampung halaman Sant