Ellina melangkah menuruni tangga sebelum akhirnya sebuah klakson mobil di luar Maple Villa mmembuatnya bergegas. Saat seorang pelayan membuka pintu, Ellina telah lebih dulu melangkah keluar. Menatap Ernest yang tersenyum di dalam mobil. "Kau datang lebih pagi?" Ernest memiringkan kepalanya ke kiri. Memberi perintah agar Ellina masuk. "Aku harus pergi mengurus sesuatu."Saat Ellina telah duduk di samping Ernest dan mobil melaju pelan, ia menoleh ke samping. Menatap Ernest yang fokus pada jalanan. "Berapa lama?""Satu minggu."Ellina manggut-manggut dan mencibir. "Bersama Zacheo?"Menganguk, Ernest menatap Ellina sesaat. "Ethan akan mengurusi keperluanmu. Jadi selama aku tak dapat menjemputmu, Ethan akan menggantikanku.""Tak perlu. Aku bisa memesan taksi,""Tak aman." potong Ernest cepat. "Usahakan jangan pulang larut malam. Tidak, seharusnya kau tak perlu datang ke kantor selama aku tidak ada."Ellina tertawa. Menatap Ernest lama dan terdiam dalam senyum manis. "Kau sekhawatir itu
E. V. Company pagi ini terlihat sangat damai. Semua divisi tengah bekerja dengan sangat tenang. Namun saat Lykaios, Alvian dan Nero tiba-tiba datang ke perusahaan, semua suasana tenang itu menjadi sangat berbeda. Penuh kejutan, keramaian dan seruan godaan yang penuh dengan intrik. Ethan yang mendengar, melihat, bergidik ngeri dan merasa sangat muak. Ia tak pernah berpikir bahwa seluruh wanita yang bekerja E. V. Company akan sangat antusias dengan kedatangan para pria tampan yang hampir setara dengan Bos perusahaannya. Alih-alih mengetahui, bahwa semua pria yang di rekrut Ellina adalah bukan pria biasa. Semua kalangan atas dan parahnya adalah para Tuan Muda yang memiliki pesona dan fans luar biasa. Ethan membawa mereka dalam sebuah ruangan yang telah di sediakan oleh Zacheo. Ruangan itu khusus milik mereka untuk membuat sebuah penerobosan baru dari perusahaan. Dan Ellina adalah orang yang memegang kendali utama. Saat Alvian, Nero dan Lykaios telah duduk di kursi masing-masing, ta
Aple Restsident, atau rumah utama keluarga E. V, tampak sangat kosong pagi ini. Rumah bergaya eropa dengan sentuhan desain yunani kuno itu tampak mewah dengan halaman luas yang menyajikan berbagai pemandangan. Sejauh mata memandang, kau akan di sajikan dengan lahan luas yang telah di kelompokan menjadi bagian-bagian tertentu. Di antaranya taman bunga tulip yang tengah berbunga dengan berbagai warna. Lalu lapangan golf atau tempat santai dengan gazebo besar yang menghadap langsung ke taman hidup dengan hiasan air mancur dan berbagai ikan mahal hidup di bawahnya. Saat mobil sport Ernest memasuki kawasan Aple Restsident, beberapa pelayan langsung datang tergopoh-gopoh. Mereka menunggu Ernest turun dan dengan tunduk mengantar Ernest menuju pintu utama rumah. "Aku bisa sendiri! Kalian bisa kerjakan yang lain," Saat perintah itu turun, para pelayan yang melayani Ernest bernapas lega. Mereka pergi dan membiarkan Ernest memasuki rumah sendiri. Langsung menuju ruangan tengah, Ernest bisa me
"Ellina. Itu benar dirimu?"Tubuh Ellina menegang hebat dengan kilatan bayangan masa lalu yang kelam. Kilatan benci dan takut tercampur jelas dengan rasa sakit yang nyata. Ia pikir, ia telah siap dengan segalanya. Namun rasa takut dari kematian yang lalu terbayang jelas. Kau kotor dan menjijikkan!Menjijikkan!Kotor! Dan menjijikkan! Ulangan kata itu terus teringat dengan tatapan matanya yang terpaku pada bibir tipis pria yang masih menggenggam tangannya. Ketampanan dan sorot mata dingin itu menembus jantungnya. Meremukkan setiap ingatan dan kenangan yang menyakitkan. Lalu kenapa jika aku kotor! Kenapa jika aku menjijikkan?! "Jangan menyentuhku," tekan Ellina dingin tanpa sadar. Ia menarik tangannya kasar dan menghempaskan tangan Kenzie cepat. Lirikan benci ia lontarkan sebelum tubuhnya merosot memasuki mobil Lykaios yang masih terbuka. "Lykaios, aku ingin pergi."Jangan menyentuhku! Kata-kata ketus itu terngiang di telinga Kenzie. Ia hanya mematung menatap tangannya yang di he
***Riak keterkejutan masih terlihat di wajah Ellina. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mengingat hal yang telah ia dengar. Sedangkan pria di sampingnya telah tertunduk dengan napas memburu. Tak ada lagi kata yang terucap di antara mereka. Keheningan itu terasa mendominasi namun keduanya terlihat tak terganggu. "Pertunangan," Dalam keheningan tiba-tiba suara Kenzie tercetus dengan nada sangat pelan. Hingga Ellina terkejut dan tergagap. "Y-ya?"Kenzie menoleh, menatap gadis di sampingnya. "Ayo bertunangan,"Mendengar itu, Ellina tak hanya terkejut tapi juga terpaku. Tunggu, sebenarnya apa yang di katakannya? Kenapa semua seperti ini? Masih mencoba untuk mencerna, Kenzie melanjutkan kata-katanya. "Karena kau telah kembali, maka pertunangan kita tetap akan terjadi."Mendengar kata 'Pertunangan' sekali lagi dari Kenzie, membuat Ellina tertawa tipis. Ia mendongak, menatap mata Kenzie dalam pandangan yang sulit di artikan. "Aku bukan lagi anak dari keluarga Rexton," katanya
Tubuh Ellina terkunci rapat dengan kekangan tenaga yang kuat. Ciuman panas yang ia coba hindari semakin intens. Hal itu membuatnya sangat takut dengan bayangan masa lalu dan kejadian buruk satu tahun lalu. Parahnya, kini tubuhnya seakan tak merespon apapun hingga batas dasar hingga di ujung kedua matanya mengalir bulir bening yang tak dapat di tahan. Kau kotor dan menjijikkan! Itu adalah ingatan dari kata-kata Kenzie tujuh tahun lalu di kehidupan sebelumnya. Kau kotor dan menjijikkan! Dan itu adalah ingatan dari pria yang tak ia kenali dari kejadian satu tahun lalu. Dua kata itu terus berputar di kepalanya. Traumanya yang telah terpendam seakan bangkit dan menguasainya. Tubuhnya bergetar hebat dengan deraian air mata yang tak tertahan. Tubuhnya seakan melemah meski ia berusaha untuk melawan. Dan akhirnya ia sama sekali tak tergerak di bawah himpitan tubuh Kenzie yang kuat, ia hanya bisa pasrah saat ciuman itu semakin dalam dengan gerakan tangan Kenzie yang liar. Kenzie yang ten
Sebuah Apartemen A di kawasan elite kota Z itu tampak sunyi. Dalam sebuah ruangan gelap, sebuah api tersulut di ikuti asap yang mengepul pelan. Desahan napas berat menandakan ada hal yang berbeda dari pemilik ruangan tersebut. Lalu puntung rokok yang masih menyala itu teremas dan padam. "Kenapa? Kenapa aku seperti ini?"Bayangan dalam gelap itu kini terlihat nyata saat sebuah cahaya menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Meski jendela kaca besar itu tertutup gorden, cahaya-cahaya itu masuk memberi penerangan. Ini telah lewat dari 18 jam. Dan sosok itu masih mengenakan baju yang sama. Ruangan itu tampak pengap dengan asap rokok yang masih terasa di udara lengkap dengan botol minuman yang tergeletak. Namun sosok itu masih terdiam, terduduk dengan ekspresi yang tak dapat di ekspresikan. Helaan napas berat terdengar sekali lagi. "Ada yang salah dengan diriku,"Sekali lagi, bayangan sosok cantik itu terlintas di pikirannya. Lalu seakan nyata di depan matanya. Kenzie mengerutkan ke
Saat Kenzie masih terpaku dengan semua logika yang mulai ia kuasai, jiwanya sedikit tenang. Ia mengusap rambutnya dan dengan satu gerakan tangan, ia menyibak tirai gorden jendela hingga terbuka luas. Cahaya matahari yang mulai tinggi memasuki celah dengan sangat cepat. Matanya mengernyit pelan dengan rasa sakit yang mulai terasa di wajah dan tubuhnya. Ia berdiri tegap dengan dua tangan memasuki sakunya. Pikirannya jelas melayang tertuju pada Ellina. Kesadaran dirinya memuncak saat dia menyadari bahwa dia hampir saja memperkosa Ellina. Rasanya, gadis itu benar-benar di luar batas kendalinya. Hingga ia tak memperhatikan sama sekali bahwa saat itu, Ellina tak sadarkan diri di bawah kuasanya. Bagaikan menyesal, ia merasa udara menghimpit jantungnya. Perasaannya bergejolak cepat. Saat ini, ia harus tahu keadaan gadis itu segera. Karena ia sadar, semua karena ini ulahnya yang tak dapat mengendalikan diri. "Tuan, laporan yang Tuan minta, telah selesai." Ketukan pintu di ruangannya lengk