Share

Hutan Larangan

Author: Kikyo de Kira
last update Last Updated: 2021-09-22 09:51:24

Aktivitas penduduk kota berjalan seperti biasa, mereka saling sapa, saling berbagi hasil panen, dan bertukar cerita. Tak jauh dari pusat kota mengarah ke sebelah Selatan terdapat pusat perbelanjaan, kios-kios kecil yang terbuat dari kayu berderet rapi, ada yang menjual hasil kreatifitasnya, hasil panen, pakaian, perabotan rumah, berbagai olahan makanan, hingga alat-alat yang biasa digunakan saat berada di medan perang.

Di Kota Gardraff alat tukar yang digunakan adalah koin perak dan koin emas. Tidak ada raja yang memimpin kota ini. Tiga keluarga bangsawanlah yang mengambil peran penting menyatukan kekuatan penduduk kota demi menjaga keamanan dan kesejahteraan.

Ini membuat Hero makin penasaran lagi, menurutnya akan masuk akal jika yang berdiri adalah sebuah negara atau kerajaan, tak hanya kota. Sayangnya tak ada yang pernah menceritakan hal itu pada Hero. Ia benar-benar harus bergerak mencari tahu sendiri.

“Kenapa kau mengajak kami ke sini, Seema?” tanya Hero penasaran sambil mengedarkan pandangan di tengah-tengah pusat perbelanjaan kota.

“Jangan bilang kau hanya ingin ditemani membeli baju di sini?” gerutu Leander dengan nada suara rendah, ia sedang tak ingin mencari masalah dengan Seema.

“Di istana ada penjahit khusus, aku tidak membeli baju di sini, Lean!” timpal Seema. “Semalam aku tak sengaja mendengar percakapan orangtua kita. Di dalam hutan kota sebelah Selatan persis di dekat sini ternyata ada air terjun,” beritahu Seema.

“Itu bukan hal yang baru, aku sudah tahu sejak lama,” komentar Lean dengan wajah datarnya.

“Bagaimana bisa? Kita dilarang memasuki hutan sebelah Selatan dan para orang dewasa saja baru mengetahuinya,” Seema terkejut. Sementara Hero hanya berdiri menyilangkan tangan di dada memperhatikan dua sahabatnya yang saling berbisik. Menurut Seema ini jelas masih rahasia, jadi mereka berbisik di tengah pusat perbelanjaan.

“Kita sebaiknya menepi, anak-anak yang lewat sedang menertawakan kalian,” kata Hero kemudian. Mereka bertiga akhirnya mencari tempat yang lebih sepi.

“Lean, cepat katakan bagaimana kau bisa lebih dulu tahu? Dan kenapa tak memberitahuku?” desak Seema.

“Dua tahun lalu aku dan Lyonell pernah diam-diam masuk ke hutan karena aku merasakan aura pohon-pohon di sana sedikit berbeda. Ternyata mereka memang tumbuh lebih baik karena aliran air,” jawab Lean dengan senyum tipisnya. “Tidak ada yang menakutkan di sana, menurutku anak-anak dilarang karena bisa saja tersesat,” ucap Lean dengan enteng.

“Bagaimana kalau kita ke sana sekarang?” usul Hero yang turut penasaran.

“Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk saat kita ke sana?” Seema khawatir.

“Menurutku tidak, hanya saja ...,” Lean menunduk tampak berpikir sejenak, “Air terjun di sana mungkin tak bisa dilihat semua orang, karena tidak masuk akal jika orangtua kita baru tahu, setiap inci tanah di kota ini berada dalam pengawasan mereka. Terlebih paman Atalla yang mampu mengendalikan air,” papar Lean.

“Benar juga, semalam ayah bahkan bisa tahu lokasiku hanya dari danau di dekatku,” kata Hero membenarkan perkataan Leander.

“Kita memang harus ke sana untuk memastikan.” Seema bersiap-siap dan memastikan tidak kekurangan anak panah jika terjadi sesuatu nanti.

***

“Apakah ada kota lain di luar Gardraff?” tanya Hero sambil mengendap-endap menuju hutan, mereka berhati-hati sekali agar tak ada yang melihat.

“Kami belum pernah mencoba keluar dari kota ini, karena sejauh apa pun berjalan hanya akan ada hutan, seperti labirin dan pada akhirnya kita akan tiba lagi di kota,” jawab Lean yang sedang menjaga derap langkahnya.

“Bagaimana kau bisa tahu, Lean?” timpal Seema, ia memang patuh sekali pada aturan kota termasuk untuk tidak mendekati hutan.

Dari remaja seusianya, Leander memang lebih teliti dan pemikir, namun ia kerap kali bertindak sendirian. “Aku dan Lyonell pernah mencoba keluar, tapi tidak bisa.” Leander mengingat lagi bahwa ada hal yang janggal, “Oh iya, kita tidak bisa memasang tanda di hutan sebelah Selatan ini,” ujar Lean saat mereka tiba di dekat hutan. “Aku juga pernah melakukannya, tapi tanda yang kupasang menjadi acak. Menurutku posisi pohon-pohon di hutan ini bisa berubah, kita sebaiknya jangan sampai berpisah,” tegas Leander.

Leander memimpin jalan, Seema berada di tengah sementara Hero berada di belakang. Berjalan beriringan, Leander dapat merasakan aura itu lagi. “Air terjunnya di sana!” ia menunjuk ke sebelah kanan mereka.

Setelah memasuki hutan lebih dalam lagi, mereka benar-benar melihat air terjun yang sangat indah. Namun, itu hanya berlangsung beberapa detik. Seperti dugaan Leander sebelumnya, air terjun itu pun perlahan menghilang dengan sendirinya. Meski tak bisa dilihat oleh semua orang, percikannya benar-benar nyata bahkan membentuk polkadot-polkadot kecil di baju Seema. Gadis itu memang berdiri lebih dekat sebab tadi kakinya refleks maju beberapa langkah karena takjub melihat air terjun yang tingginya menandingi gerbang kota.

“Apa posisi air terjunnya selalu berubah? Seperti tanda-tanda yang pernah kupasang?” batin Leander.

“Sekarang kita sudah tahu, lebih baik kita kembali,” ajak Leander kemudian. Ia tidak ingin menghadapi risiko yang tak terduga. Setelah Seema dan Hero mengangguk mengiyakan, Leander kembali memimpin jalan.

“Kita harus bergegas.” Leander merasa pohon-pohon mulai bergerak walau tak mereka lihat.

***

“Huh! Tadi aku benar-benar cemas kita tersesat.” Seema lega mereka akhirnya bisa keluar dalam keadaan baik-baik saja.

“Seema, tunggu! Hero mana?” Lean melihat ke sekeliling. Sepi. Hanya ada dia dan Seema di sana. Seketika degup jantung terpacu lebih cepat. Wajah Lean dan Seema memucat tegang.

“Sebaiknya kita kembali ke dalam hutan atau melaporkan ini pada orangtua kita?” tanya Seema. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk. Terlebih Hero belum lama tiba di Gardraff. “Hero pasti tersesat, bagaimana ini, Lean?” desak Seema yang juga menyesal sebab tadi ia tak melihat ke belakang.

“Tenang, Seema. Kita tunggu sebentar, jika Hero masih belum kembali, kita harus melaporkan ini pada paman Atalla.” Leander berusaha untuk tidak ikut panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Ayah dan Anak

    Setiap orangtua tentu menginginkan hal terbaik untuk anaknya. Begitu pula Atalla yang sudah menyanggupi tantangan Hero. Ia ingin melihat putranya tumbuh menjadi lebih kuat dan mampu melindungi banyak orang.Sementara itu, Hero bertaruh pada keberanian dan latihannya selama ini. Remaja lelaki yang menguncir setengah rambutnya itu pun tahu bahwa tidak mudah untuk mengalahkan Atalla. Namun, ia masih ingin mencoba dan tak mau menyia-nyiakan kesempatan sekecil apa pun.“Tidak masalah jika kau ingin mundur sekarang, Hero,” gertak Atalla sebelum pertarungan mereka dimulai.“Itu adalah hal yang tak mungkin kulakukan, Ayah,” ucap Hero dengan raut wajah yang serius.“Tapi ... kau bisa terluka,” kata Atalla sambil mengeluarkan pedang.“Hal yang sama juga berlaku untukmu, Ayah.” Hero tampak bersiap-siap untuk melancarkan serangan.Di detik selanjutnya ketika denting pedang beradu, pertarungan antara ayah d

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Lawan yang Seimbang

    Kekalahan tidak selamanya hanya menelurkan rasa putus asa, melainkan juga dapat menjadi sebuah motivasi untuk memperbaiki diri dan terus berlatih hingga mencapai versi terbaik diri sendiri.Seema tak hanya sekali atau dua kali saja kalah dari Arion, ia sama sekali belum pernah memiliki kesempatan untuk menang. Dengan memilih Arion sebagai lawannya di momen ujian ini, Seema ingin membuktikan bahwa kemampuannya sudah jauh lebih baik.“Arion, kau tak perlu ragu untuk menyerangku dengan alasan apa pun!” tantang Seema agar Arion tetap serius meski sedang bertarung dengan seorang gadis.“Tentu, aku tak pernah berpikir untuk mengalah,” ucap Arion sambil bersiaga.Seema cenderung lebih berani dan nekat dari gadis seusianya, tetapi bukan berarti ia tidak memiliki rasa takut. Jauh di dalam hatinya, ia merasa cemas jika teman-temannya dilukai oleh para iblis dan ia pun khawatir penduduk akan diserang.“Kali ini aku akan mengalahk

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Lupine Bersaudara

    Di bawah segel yang menyelimuti Kota Gardraff, kemampuan kaum peri memang terbatas, tetapi semenjak Atalla mengajarkan untuk memberi nama pada setiap kemampuan setidaknya energi mereka tak akan berkurang kecuali sudah benar-benar terluka parah.Tidak pernah terbayangkan oleh Leander harus berhadapan dengan Dann seserius sekarang. Mereka saling mengacungkan pedang dan bersiap untuk menyerang, sementara Lyonell dan Flash tampak siaga.“Aku tidak akan kalah darimu, Lean!” tukas Dann dengan mata cokelatnya yang menatap penuh hati-hati ke arah Leander.“Oh, ayolah! Aku pun tak akan membiarkanmu menang, Dann.” Leander mulai melancarkan serangan.Denting suara pedang yang beradu memecah keheningan hutan. Leander menangkis kecepatan Denocyphaca brassa milik Dann dengan bantuan akar-akar pohon. Hebatnya, Dann menggunakan dua pedang sehingga membuat Leander cukup kesulitan.Di detik selanjutnya, Leander melilit tubuh Dann dengan akar-

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Ujian Dimulai

    Dini hari dengan udara dingin menyeruak yang membuat bulu kuduk berdiri, wajah Hero dan Leander justru dipenuhi keringat karena berlomba menghancurkan dinding yang menghubungkan ruangan mereka.“Lihat saja, aku pasti bisa menghancurkan dinding ini lebih dulu!” ucap Leander yang sama sekali tak peduli dengan perban di tangannya.“Tak akan kubiarkan, lihatlah dinding ini sudah retak!” kata Hero sambil melayangkan pukulan tanpa henti seolah dinding itu adalah tumpukan pasir.“Dasar, kekanakan!” umpat Seema seraya mengatur napasnya.Mereka bertiga menunggu waktu pembebasan dari hukuman sebab hari ini ujian akan dimulai, sementara enam anggota sembilan pedang suci lainnya telah siap dengan segala bentuk ujian yang akan dilewati.“Tiga ruangan di pojok lantai atas cukup heboh,” komentar Dann sambil berjalan-jalan pelan memeriksa persenjataan yang akan digunakan. “Tombak ini sepertinya cocok denganku,&

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Mengalahkan Rasa Takut

    Setiap orang pasti memiliki rasa takut dalam dirinya, ketakutan akan kehilangan sesuatu, takut pada kegelapan, dan takut berhadapan dengan sosok yang jauh lebih kuat, serta ketakutan lainnya yang diam-diam bersemayam dalam hati.“Lean, apa kau tidak takut gagal melewati ujian besok?” tanya Hero sambil duduk bersandar di dinding. Keringat tampak mengalir di wajahnya karena latihan terus menerus.“Sejujurnya ... tentu takut, tapi aku percaya bahwa tak hanya ketampanan yang kumiliki, kemampuan dan kekuatan fisik juga,” jawab Leander percaya diri.“Konon, orang yang sombong akan kalah sebelum pertarungan dimulai,” timpal Seema yang menyinggung Leander.“Aku tidak menyombongkan diri, Seema! Memang itulah kenyataannya,” sanggah Leander dan perdebatan pun dimulai.Hero tersenyum mendengar kedua temannya bercekcok. Ia memandangi kedua tangannya yang sama sekali tak memiliki bekas luka meskipun Hero terus memu

  • Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff   Ibu

    Pengalaman hadir sebagai peringatan agar tak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Kelalaian atau kecerobohan yang telah dilakukan memiliki peran layaknya sebuah pelajaran.Di dalam ruangan sempit, Hero terlelap dengan sebilah pedang di tangannya. Deru napas yang sangat kelelahan membuat remaja itu meringkuk dengan tenang. Ia memiliki alis tebal dan bulu mata yang lurus, jika benar-benar diperhatikan Hero memiliki tahi lalat kecil di bawah dagu.Di alam bawah sadarnya, Hero kembali lagi ke tempat itu dan seseorang yang mengaku sebagai ibunya sedang tersenyum lalu duduk di sebelah Hero.“Hero, tanganmu berdarah,” ucap perempuan itu sambil memegang kedua tangan Hero. Sejenak kemudian, luka lecet dan darah di tangan Hero pun hilang setelah diusap oleh perempuan berambut merah gelap itu.Cuaca di sana hangat, langitnya biru cerah, dan angin yang bertiup pelan menggerakkan rambut panjang bergelombang milik seseorang di sebelah Hero.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status