Share

Hutan Larangan

Aktivitas penduduk kota berjalan seperti biasa, mereka saling sapa, saling berbagi hasil panen, dan bertukar cerita. Tak jauh dari pusat kota mengarah ke sebelah Selatan terdapat pusat perbelanjaan, kios-kios kecil yang terbuat dari kayu berderet rapi, ada yang menjual hasil kreatifitasnya, hasil panen, pakaian, perabotan rumah, berbagai olahan makanan, hingga alat-alat yang biasa digunakan saat berada di medan perang.

Di Kota Gardraff alat tukar yang digunakan adalah koin perak dan koin emas. Tidak ada raja yang memimpin kota ini. Tiga keluarga bangsawanlah yang mengambil peran penting menyatukan kekuatan penduduk kota demi menjaga keamanan dan kesejahteraan.

Ini membuat Hero makin penasaran lagi, menurutnya akan masuk akal jika yang berdiri adalah sebuah negara atau kerajaan, tak hanya kota. Sayangnya tak ada yang pernah menceritakan hal itu pada Hero. Ia benar-benar harus bergerak mencari tahu sendiri.

“Kenapa kau mengajak kami ke sini, Seema?” tanya Hero penasaran sambil mengedarkan pandangan di tengah-tengah pusat perbelanjaan kota.

“Jangan bilang kau hanya ingin ditemani membeli baju di sini?” gerutu Leander dengan nada suara rendah, ia sedang tak ingin mencari masalah dengan Seema.

“Di istana ada penjahit khusus, aku tidak membeli baju di sini, Lean!” timpal Seema. “Semalam aku tak sengaja mendengar percakapan orangtua kita. Di dalam hutan kota sebelah Selatan persis di dekat sini ternyata ada air terjun,” beritahu Seema.

“Itu bukan hal yang baru, aku sudah tahu sejak lama,” komentar Lean dengan wajah datarnya.

“Bagaimana bisa? Kita dilarang memasuki hutan sebelah Selatan dan para orang dewasa saja baru mengetahuinya,” Seema terkejut. Sementara Hero hanya berdiri menyilangkan tangan di dada memperhatikan dua sahabatnya yang saling berbisik. Menurut Seema ini jelas masih rahasia, jadi mereka berbisik di tengah pusat perbelanjaan.

“Kita sebaiknya menepi, anak-anak yang lewat sedang menertawakan kalian,” kata Hero kemudian. Mereka bertiga akhirnya mencari tempat yang lebih sepi.

“Lean, cepat katakan bagaimana kau bisa lebih dulu tahu? Dan kenapa tak memberitahuku?” desak Seema.

“Dua tahun lalu aku dan Lyonell pernah diam-diam masuk ke hutan karena aku merasakan aura pohon-pohon di sana sedikit berbeda. Ternyata mereka memang tumbuh lebih baik karena aliran air,” jawab Lean dengan senyum tipisnya. “Tidak ada yang menakutkan di sana, menurutku anak-anak dilarang karena bisa saja tersesat,” ucap Lean dengan enteng.

“Bagaimana kalau kita ke sana sekarang?” usul Hero yang turut penasaran.

“Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk saat kita ke sana?” Seema khawatir.

“Menurutku tidak, hanya saja ...,” Lean menunduk tampak berpikir sejenak, “Air terjun di sana mungkin tak bisa dilihat semua orang, karena tidak masuk akal jika orangtua kita baru tahu, setiap inci tanah di kota ini berada dalam pengawasan mereka. Terlebih paman Atalla yang mampu mengendalikan air,” papar Lean.

“Benar juga, semalam ayah bahkan bisa tahu lokasiku hanya dari danau di dekatku,” kata Hero membenarkan perkataan Leander.

“Kita memang harus ke sana untuk memastikan.” Seema bersiap-siap dan memastikan tidak kekurangan anak panah jika terjadi sesuatu nanti.

***

“Apakah ada kota lain di luar Gardraff?” tanya Hero sambil mengendap-endap menuju hutan, mereka berhati-hati sekali agar tak ada yang melihat.

“Kami belum pernah mencoba keluar dari kota ini, karena sejauh apa pun berjalan hanya akan ada hutan, seperti labirin dan pada akhirnya kita akan tiba lagi di kota,” jawab Lean yang sedang menjaga derap langkahnya.

“Bagaimana kau bisa tahu, Lean?” timpal Seema, ia memang patuh sekali pada aturan kota termasuk untuk tidak mendekati hutan.

Dari remaja seusianya, Leander memang lebih teliti dan pemikir, namun ia kerap kali bertindak sendirian. “Aku dan Lyonell pernah mencoba keluar, tapi tidak bisa.” Leander mengingat lagi bahwa ada hal yang janggal, “Oh iya, kita tidak bisa memasang tanda di hutan sebelah Selatan ini,” ujar Lean saat mereka tiba di dekat hutan. “Aku juga pernah melakukannya, tapi tanda yang kupasang menjadi acak. Menurutku posisi pohon-pohon di hutan ini bisa berubah, kita sebaiknya jangan sampai berpisah,” tegas Leander.

Leander memimpin jalan, Seema berada di tengah sementara Hero berada di belakang. Berjalan beriringan, Leander dapat merasakan aura itu lagi. “Air terjunnya di sana!” ia menunjuk ke sebelah kanan mereka.

Setelah memasuki hutan lebih dalam lagi, mereka benar-benar melihat air terjun yang sangat indah. Namun, itu hanya berlangsung beberapa detik. Seperti dugaan Leander sebelumnya, air terjun itu pun perlahan menghilang dengan sendirinya. Meski tak bisa dilihat oleh semua orang, percikannya benar-benar nyata bahkan membentuk polkadot-polkadot kecil di baju Seema. Gadis itu memang berdiri lebih dekat sebab tadi kakinya refleks maju beberapa langkah karena takjub melihat air terjun yang tingginya menandingi gerbang kota.

“Apa posisi air terjunnya selalu berubah? Seperti tanda-tanda yang pernah kupasang?” batin Leander.

“Sekarang kita sudah tahu, lebih baik kita kembali,” ajak Leander kemudian. Ia tidak ingin menghadapi risiko yang tak terduga. Setelah Seema dan Hero mengangguk mengiyakan, Leander kembali memimpin jalan.

“Kita harus bergegas.” Leander merasa pohon-pohon mulai bergerak walau tak mereka lihat.

***

“Huh! Tadi aku benar-benar cemas kita tersesat.” Seema lega mereka akhirnya bisa keluar dalam keadaan baik-baik saja.

“Seema, tunggu! Hero mana?” Lean melihat ke sekeliling. Sepi. Hanya ada dia dan Seema di sana. Seketika degup jantung terpacu lebih cepat. Wajah Lean dan Seema memucat tegang.

“Sebaiknya kita kembali ke dalam hutan atau melaporkan ini pada orangtua kita?” tanya Seema. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk. Terlebih Hero belum lama tiba di Gardraff. “Hero pasti tersesat, bagaimana ini, Lean?” desak Seema yang juga menyesal sebab tadi ia tak melihat ke belakang.

“Tenang, Seema. Kita tunggu sebentar, jika Hero masih belum kembali, kita harus melaporkan ini pada paman Atalla.” Leander berusaha untuk tidak ikut panik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status