Share

6. Nikmat Pernikahan

Author: Pena_Zahra
last update Last Updated: 2022-12-14 18:58:16

"Cantik," puji Al dengan pandangan dan senyuman penuh makna.

"Astaggaaaahh, bisa copot ini jantung kalau dibiarin gini terus," batin Dina tak mampu lagi menahan gejolak di hatinya.

"Bentar A'," ucap Dina membuat fokus Al buyar.

"Kenapa, Din?"

"Dina deg-degan A'," ucap Dina sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Membuat Al menahan tawa melihat tingkah polos istrinya.

"Gadis ini masih sangat polos dan lugu, sebenarnya apa yang terjadi padanya, mengapa ia bisa berada di tempat tante Merry?" batin Al mulai bertanya-tanya.

"Lucu ya, kamu," ucap Al sembari mengacak rambut Dina asal. Pandangannya yang sempat menggelap kini berubah menghangat. Dina dengan segala kepolosannya justru mewarnai malam yang sangat dinantikannya.

Biasanya, ia hanya melewati malam dengan peluh kenikmatan, menuntaskan hasratnya dengan ketergesa-gesaan, sekedar untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, tanpa merasakan adanya suatu yang dapat menyentuh hatinya.

Tapi malam ini, berkali-kali ia merasakan desiran asing yang belum pernah ia rasakan di malam-malam sebelumnya, ada rasa hangat yang menyentuh hatinya tiap kali ia memandang gadis di hadapannya.

Bahkan ia belum sempat menyentuh dan menikmati setiap jengkal dari tubuhnya yang masih berbalut busana. hanya dengan menyentuh pipi mulus Dina, ketentraman hati itu sudah dapat dirasakannya. Ada kenikmatan tersendiri kala ia melewati momen demi momen kebersamaan mereka.

Tampak Dina menghela nafasnya beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak mampu mengendalikan rasa nervous akibat sentuhan si Om bujang tampan di hadapannya.

"Minum dulu, Din." Al menyodorkan segelas air minum pada Dina. Dina menerima gelas itu kemudian meneguknya hingga tandas. Segera Al meraih gelas yang sudah kosong itu kemudian meletakkannya kembali ke tempat semula.

"Sudah rilex?" tanya Al sembari mengusap ujung bibir Dina yang basah, merasai hal itu, Dina tak mampu lagi menjawab dengan kata-kata, ia hanya tersenyum tipis tanda ia mulai menikmati sentuhan suaminya.

Lembut bibir ranum Dina yang menyentuh permukaan jemari Al membuatnya tak sabar ingin merasainya dengan kecupan kenikmatan. Perlahan, masih dengan memandang lekat wajah istrinya, Al semakin mendekat dan mengikis jarak di antara mereka.

Merasakan suaminya yang semakin mendekat, kedua mata Dina reflek terpejam, menantikan sesuatu yang indah akan segera dinikmatinya.

Tak perlu menanti terlalu lama, kini kedua bibir itu akhirnya bertemu, saling memberikan kehangatan dengan pagutan demi pagutan kemesraan, menciptakan suasana intim di antara dua manusia yang hendak meneguk cawan madu surga dunia.

Tak lama, Al segera menyudahi akifitas di bibir istrinya, sengaja memberi jeda untuk Dina yang terkesan belum mahir dalam melakukannya.

Al menjauhkan wajahnya dan membiarkan kedua tangannya menangkup kedua pipi istrinya, dipandangnya pipi putih yang kini berubah menjadi pink kemerahan.

"Apa ini yang pertama?" tanya Al lirih dengan pandangan melekat ke bibir ranum Dina yang semakin memerah akibat ulanhnya.

Dina mengangguk malu-malu sebagai jawaban atas pertanyaan Al.

"Good job, awal yang bagus, Sayang," ucap Al sembari membelai pipi Dina pelan. "Kamu begitu nikmat, Din," lanjut Al lagi dengan pandangan yang semakin menggelap.

Pujian suaminya sukses membuat Dina berbunga-bunga, ia semakin yakin dan percaya diri untuk melanjutkan tugas utamanya sebagai seorang istri.

Melihat respon Dina yang baik, Al segera melanjutkan aktifitas yang terjeda. Kali ini Dina mulai memberikan balasan, membuat keduanya semakin melayang, terbuai kenikmatan dari sentuhan demi sentuhan yang memabukkan.

Malam itu, akhirnya tunai juga tugas Dina sebagai seorang istri seutuhnya. Membuat suaminya berkali-kali mengerang penuh kenikmatan sembari memanggil namanya.

Malam itu pula, Al akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Hasratnya yang sempat tertahan sehari semalam itu akhirnya dapat tersalurkan dan berakhir penuh kepuasan.

Alfaro dan Dina kini terbaring lemas di atas ranjang yang menjadi saksi percintaan mereka, peluh kenikmatan membasahi tubuh mereka, menandakan mereka benar-benar mencapai puncak kenikmatan surga dunia.

Al melirik Dina di sisinya, mata wanita itu terpejam, namun bibirnya menggambarkan senyuman.

"Masih sakit?" tanya Al sembari memiringkan tubuhnya, memandang Dina dengan memainkan rambut gelombangnya menggunakan jari telunjuk.

Mendengar suara suaminya, Dina segera menoleh, kemudian mengulas senyuman manis, "Dikit, A'," jawabnya sembari menautkan ujung telunjuk dan ibu jarinya menggambarkan sesuatu yang kecil.

"Maaf, ya, itu wajar terjadi saat kali pertama melakukannya, nanti akan berangsur hilang," ucap Al lembut."

"Nggak apa, A', aku menikmatinya, kok."

"Syukurlah." Al memeberikan senyum manisnya. Keduanya saling terdiam dan berpandangan.

"Entah mengapa, walau ini bukan kali pertama gue menghabiskan malam bersama seorang wanita, tapi rasanya berbeda. Ada hal lain yang gue rasakan saat ini, dan itu belum pernah gue rasakan sebelumnya.

Tak hanya kepuasan yang gua rasakan, tetapi, ada semacam ketenangan hati yang tak bisa gue definisikan. Seperti ada sesuatu yang kurang lalu kini menjadi lengkap.

"Din ...."

"A' ...."

Panggil Al dan Dina bersamaan.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Al.

"Nggak ada, aku cuma mau nanya sesuatu aja sama Aa', Nggak apa, Aa' duluan aja, Aa' mau bicara apa?" tanya Dina mempersilakan Al bicara terlebih dahulu.

"Sama, ada satu hal yang ingin saya tanyakan sama kamu," sahut Al.

"Apa itu A'?"

"Kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan busana serapat itu? Padahal kamu memiliki bentuk tubuh dan paras yang indah, yang tidak dimiliki semua wanita," tanya Al mengungkapkan kekagumannya. Menurutnya bisa saja Dina memanfaatkan tubuh indahnya untuk menunjang penampilannya.

"Aa' sedang memujiku?" goda Dina dengan senyuman tengilnya.

"Saya bertanya, bukan memuji, nggak usah kege-eran," sahut Al gengsian.

"Ehm ... Kenapa, ya?'' sahut Dina dengan raut bertanya- tanya. " Karena Aku manis, A'," jawab Dina kemudian, membuat Al mengerlingkan matanya malas.

"Dina please, serius jawabnya, nggak usah narsis!" protes Al menganggap Dina hanya bercanda.

"Aku serius, A'," jawab Dina mantap.

"Aneh," gumam Al.

"Apanya yang aneh, A'? Menurut Aa' kenapa permen ada bungkusnya?" Dina balik bertanya.

"Kamu bercanda ya? Ya jelas biar nggak dikerubung semut dong, kan permen manis," jawab Al sekenanya.

"Sama kaya aku, A', karena aku manis, jadi aku dibungkus, supaya nggak dikerubungi semut-semut nakal yang tidak bertanggung jawab. Biar nggak sampai terkontaminasi dengan udara kotor terus jadi rusak," jelas Dina memberi perumpamaan.

"Jadi itu alasan kamu? Tapi kenapa kamu justru berada di tempat tante Merry?" tanya Al merasa heran, karena jawaban Dina tidak sinkron dengan kenyataan bahwa dirinya menjadi bagian dari anak buah tante Merry.

"Panjang ceritanya A', kapan-kapan aja lah aku ceritanya," ucap Dina yang tampak tiba-tiba badmood dengan pertanyaan Al. Melihat itu, Al memutuskan untuk menunda pembahasan.

"Ya udah, kalau gitu gantian, tadi kamu mau nanya apa?" tanya Al mencari pembahasan lain.

Dina menatap Al sejenak, kemudian sedikit membenahi posisinya,

"Sebelumnya maaf, ya, A', mungkin pertanyaanku ini terlalu memasuki privasi Aa', tapi aku penasaran, apakah Aa' sering datang ke tempat tante Merry?" Tanya Dina sangat berhati-hati, tak ingin menyinggung perasaan suaminya.

'' Ya, saya pelanggan VIP di sana," jawab Alfaro apa adanya.

"Berarti sudah ada banyak wanita yang pernah melayani Aa' sebelum ini?" tanya Dina penasaran.

"Nggak banyak sih, hanya beberapa kali aja saya memakai jasa mereka, karena saya selalu minta yang masih gadis sama tante Merry." Al menjelaskannya tanpa merasa bersalah, sebab ia merasa tidak terikat oleh tuntutan kesetiaan dalam pernikahannya.

"Kenapa Aa' memilih yang masih gadis? apa itu soal rasa?" tanya Dina penasaran. Karena kalau memang suaminya itu hanya menginginkan kegadisannya, sudah barang pasti sebentar lagi ia akan dilepaskannya. Dan ia harus siap dengan konsekuensi apapun.

"Bukan soal rasa alasan saya memilih itu, karena kalau berbicara soal rasa, saya justru belum pernah merasakan bagaimana berhubungan dengan seorang wanita yang sudah tidak gadis, sehingga saya tidak bisa membandingkannya," jelas Al.

"Lalu apa alasan Aa'?"

"Simpel sebenarnya, karena saya tidak ingin menggauli bekas orang lain," jelas Al apa adanya.

"Oh, jadi gitu alasannya. Kalau bekas Aa' sendiri bagaimana?'' tanya Dina to the point membuat Al memandangnya penuh makna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 45 (ENDING)

    Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 44

    Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 43

    Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 42

    Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 41

    Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 40

    Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status