Share

6. Nikmat Pernikahan

"Cantik," puji Al dengan pandangan dan senyuman penuh makna.

"Astaggaaaahh, bisa copot ini jantung kalau dibiarin gini terus," batin Dina tak mampu lagi menahan gejolak di hatinya.

"Bentar A'," ucap Dina membuat fokus Al buyar.

"Kenapa, Din?"

"Dina deg-degan A'," ucap Dina sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Membuat Al menahan tawa melihat tingkah polos istrinya.

"Gadis ini masih sangat polos dan lugu, sebenarnya apa yang terjadi padanya, mengapa ia bisa berada di tempat tante Merry?" batin Al mulai bertanya-tanya.

"Lucu ya, kamu," ucap Al sembari mengacak rambut Dina asal. Pandangannya yang sempat menggelap kini berubah menghangat. Dina dengan segala kepolosannya justru mewarnai malam yang sangat dinantikannya.

Biasanya, ia hanya melewati malam dengan peluh kenikmatan, menuntaskan hasratnya dengan ketergesa-gesaan, sekedar untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, tanpa merasakan adanya suatu yang dapat menyentuh hatinya.

Tapi malam ini, berkali-kali ia merasakan desiran asing yang belum pernah ia rasakan di malam-malam sebelumnya, ada rasa hangat yang menyentuh hatinya tiap kali ia memandang gadis di hadapannya.

Bahkan ia belum sempat menyentuh dan menikmati setiap jengkal dari tubuhnya yang masih berbalut busana. hanya dengan menyentuh pipi mulus Dina, ketentraman hati itu sudah dapat dirasakannya. Ada kenikmatan tersendiri kala ia melewati momen demi momen kebersamaan mereka.

Tampak Dina menghela nafasnya beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak mampu mengendalikan rasa nervous akibat sentuhan si Om bujang tampan di hadapannya.

"Minum dulu, Din." Al menyodorkan segelas air minum pada Dina. Dina menerima gelas itu kemudian meneguknya hingga tandas. Segera Al meraih gelas yang sudah kosong itu kemudian meletakkannya kembali ke tempat semula.

"Sudah rilex?" tanya Al sembari mengusap ujung bibir Dina yang basah, merasai hal itu, Dina tak mampu lagi menjawab dengan kata-kata, ia hanya tersenyum tipis tanda ia mulai menikmati sentuhan suaminya.

Lembut bibir ranum Dina yang menyentuh permukaan jemari Al membuatnya tak sabar ingin merasainya dengan kecupan kenikmatan. Perlahan, masih dengan memandang lekat wajah istrinya, Al semakin mendekat dan mengikis jarak di antara mereka.

Merasakan suaminya yang semakin mendekat, kedua mata Dina reflek terpejam, menantikan sesuatu yang indah akan segera dinikmatinya.

Tak perlu menanti terlalu lama, kini kedua bibir itu akhirnya bertemu, saling memberikan kehangatan dengan pagutan demi pagutan kemesraan, menciptakan suasana intim di antara dua manusia yang hendak meneguk cawan madu surga dunia.

Tak lama, Al segera menyudahi akifitas di bibir istrinya, sengaja memberi jeda untuk Dina yang terkesan belum mahir dalam melakukannya.

Al menjauhkan wajahnya dan membiarkan kedua tangannya menangkup kedua pipi istrinya, dipandangnya pipi putih yang kini berubah menjadi pink kemerahan.

"Apa ini yang pertama?" tanya Al lirih dengan pandangan melekat ke bibir ranum Dina yang semakin memerah akibat ulanhnya.

Dina mengangguk malu-malu sebagai jawaban atas pertanyaan Al.

"Good job, awal yang bagus, Sayang," ucap Al sembari membelai pipi Dina pelan. "Kamu begitu nikmat, Din," lanjut Al lagi dengan pandangan yang semakin menggelap.

Pujian suaminya sukses membuat Dina berbunga-bunga, ia semakin yakin dan percaya diri untuk melanjutkan tugas utamanya sebagai seorang istri.

Melihat respon Dina yang baik, Al segera melanjutkan aktifitas yang terjeda. Kali ini Dina mulai memberikan balasan, membuat keduanya semakin melayang, terbuai kenikmatan dari sentuhan demi sentuhan yang memabukkan.

Malam itu, akhirnya tunai juga tugas Dina sebagai seorang istri seutuhnya. Membuat suaminya berkali-kali mengerang penuh kenikmatan sembari memanggil namanya.

Malam itu pula, Al akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Hasratnya yang sempat tertahan sehari semalam itu akhirnya dapat tersalurkan dan berakhir penuh kepuasan.

Alfaro dan Dina kini terbaring lemas di atas ranjang yang menjadi saksi percintaan mereka, peluh kenikmatan membasahi tubuh mereka, menandakan mereka benar-benar mencapai puncak kenikmatan surga dunia.

Al melirik Dina di sisinya, mata wanita itu terpejam, namun bibirnya menggambarkan senyuman.

"Masih sakit?" tanya Al sembari memiringkan tubuhnya, memandang Dina dengan memainkan rambut gelombangnya menggunakan jari telunjuk.

Mendengar suara suaminya, Dina segera menoleh, kemudian mengulas senyuman manis, "Dikit, A'," jawabnya sembari menautkan ujung telunjuk dan ibu jarinya menggambarkan sesuatu yang kecil.

"Maaf, ya, itu wajar terjadi saat kali pertama melakukannya, nanti akan berangsur hilang," ucap Al lembut."

"Nggak apa, A', aku menikmatinya, kok."

"Syukurlah." Al memeberikan senyum manisnya. Keduanya saling terdiam dan berpandangan.

"Entah mengapa, walau ini bukan kali pertama gue menghabiskan malam bersama seorang wanita, tapi rasanya berbeda. Ada hal lain yang gue rasakan saat ini, dan itu belum pernah gue rasakan sebelumnya.

Tak hanya kepuasan yang gua rasakan, tetapi, ada semacam ketenangan hati yang tak bisa gue definisikan. Seperti ada sesuatu yang kurang lalu kini menjadi lengkap.

"Din ...."

"A' ...."

Panggil Al dan Dina bersamaan.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Al.

"Nggak ada, aku cuma mau nanya sesuatu aja sama Aa', Nggak apa, Aa' duluan aja, Aa' mau bicara apa?" tanya Dina mempersilakan Al bicara terlebih dahulu.

"Sama, ada satu hal yang ingin saya tanyakan sama kamu," sahut Al.

"Apa itu A'?"

"Kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan busana serapat itu? Padahal kamu memiliki bentuk tubuh dan paras yang indah, yang tidak dimiliki semua wanita," tanya Al mengungkapkan kekagumannya. Menurutnya bisa saja Dina memanfaatkan tubuh indahnya untuk menunjang penampilannya.

"Aa' sedang memujiku?" goda Dina dengan senyuman tengilnya.

"Saya bertanya, bukan memuji, nggak usah kege-eran," sahut Al gengsian.

"Ehm ... Kenapa, ya?'' sahut Dina dengan raut bertanya- tanya. " Karena Aku manis, A'," jawab Dina kemudian, membuat Al mengerlingkan matanya malas.

"Dina please, serius jawabnya, nggak usah narsis!" protes Al menganggap Dina hanya bercanda.

"Aku serius, A'," jawab Dina mantap.

"Aneh," gumam Al.

"Apanya yang aneh, A'? Menurut Aa' kenapa permen ada bungkusnya?" Dina balik bertanya.

"Kamu bercanda ya? Ya jelas biar nggak dikerubung semut dong, kan permen manis," jawab Al sekenanya.

"Sama kaya aku, A', karena aku manis, jadi aku dibungkus, supaya nggak dikerubungi semut-semut nakal yang tidak bertanggung jawab. Biar nggak sampai terkontaminasi dengan udara kotor terus jadi rusak," jelas Dina memberi perumpamaan.

"Jadi itu alasan kamu? Tapi kenapa kamu justru berada di tempat tante Merry?" tanya Al merasa heran, karena jawaban Dina tidak sinkron dengan kenyataan bahwa dirinya menjadi bagian dari anak buah tante Merry.

"Panjang ceritanya A', kapan-kapan aja lah aku ceritanya," ucap Dina yang tampak tiba-tiba badmood dengan pertanyaan Al. Melihat itu, Al memutuskan untuk menunda pembahasan.

"Ya udah, kalau gitu gantian, tadi kamu mau nanya apa?" tanya Al mencari pembahasan lain.

Dina menatap Al sejenak, kemudian sedikit membenahi posisinya,

"Sebelumnya maaf, ya, A', mungkin pertanyaanku ini terlalu memasuki privasi Aa', tapi aku penasaran, apakah Aa' sering datang ke tempat tante Merry?" Tanya Dina sangat berhati-hati, tak ingin menyinggung perasaan suaminya.

'' Ya, saya pelanggan VIP di sana," jawab Alfaro apa adanya.

"Berarti sudah ada banyak wanita yang pernah melayani Aa' sebelum ini?" tanya Dina penasaran.

"Nggak banyak sih, hanya beberapa kali aja saya memakai jasa mereka, karena saya selalu minta yang masih gadis sama tante Merry." Al menjelaskannya tanpa merasa bersalah, sebab ia merasa tidak terikat oleh tuntutan kesetiaan dalam pernikahannya.

"Kenapa Aa' memilih yang masih gadis? apa itu soal rasa?" tanya Dina penasaran. Karena kalau memang suaminya itu hanya menginginkan kegadisannya, sudah barang pasti sebentar lagi ia akan dilepaskannya. Dan ia harus siap dengan konsekuensi apapun.

"Bukan soal rasa alasan saya memilih itu, karena kalau berbicara soal rasa, saya justru belum pernah merasakan bagaimana berhubungan dengan seorang wanita yang sudah tidak gadis, sehingga saya tidak bisa membandingkannya," jelas Al.

"Lalu apa alasan Aa'?"

"Simpel sebenarnya, karena saya tidak ingin menggauli bekas orang lain," jelas Al apa adanya.

"Oh, jadi gitu alasannya. Kalau bekas Aa' sendiri bagaimana?'' tanya Dina to the point membuat Al memandangnya penuh makna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status