"Bulan madu, Oma?" sahut keduanya bersamaan.
"Iya, bulan madu. Kalian belum merencanakan bulan madu 'kan?" tanya Oma Rose memastikan.Al dan Dina menggeleng bersama."Ya sudah, kalau gitu nanti Oma yang uruskan. Kalian akan bulan madu ke Seoul, anggap ini sebagai hadiah pernikahan dari Oma," sahut Oma Rose bersemangat."Tapi nggak bisa gitu dong, Oma ....""Kenapa? Dina pasti suka kalau kamu ajak ke Seoul. Ya 'kan, Din?" tanya Oma Rose langsung pada Dina."Pasti, Oma. Dina akan sangat bahagia kalau Aa' Al ajak Dina bulan madu. Nggak harus ke Seoul, di sini-sini aja juga Dina dah senang banget," sahut Dina tak kalah bersemangat."Tuh, Al, kamu dengar sendiri 'kan apa kata istrimu?" sahut Oma Rose."Iya, Oma. Tapi 'kan ...." ucapan Al terpotong oleh suara dering dari ponselnya."Bentar ya, Oma, Al angkat telepon Reno dulu."[Halo, Ren?][Halo Al, sorry ganggu waktu liburan lo. Gue kelupDari bayi udah ganteng, ya?" ucap Dina yang tiba-tiba sudah berada di sisinya."Astaga, Din. Ngagetin aja," sahut Al sembari kembali meletakkan pigura di tangannya."Itu Aa' kan yang di dalam foto?" tanya Dina memastikan."Iya," jawab Al singkat."Jadi itu Mama dan Papa?"Al mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan istrinya."Mereka tampak sangat mencintai Aa'," komentar Dina."Tapi mereka meninggalkan saya sorang diri," sahut Al dengan sorot penuh luka."Itu bukan kemauan mereka A', mereka hanya mengikuti takdir Allah yang tak dapat ditolaknya," sahut Dina meluruskan.Al hanya menghela nafasnya tanpa menjawab ucapan Dina. Baginya, alasan takdir sudah sangat basi. Semua orang memintanya untuk bersabar dan ikhlas menerima kepergian kedua orang tuanya dengan alasan itu, tapi baginya, menerima takdir Tuhan yang pahit tak semudah membalikkan telapak tangan."Aa' pasti kangen ya?" tanya Dina memec
Kamu kenapa, Din?" tanya Al pada Dina yang tampak melamun. Percakapan Vio dengan Mamanya yang merencanakan hal buruk pada suaminya sukses memenuhi isi pikiran Dina."Oh, A', nggak apa-apa," jawab Dina kikuk."Kenapa melamun? Ada yang mengganggu pikiran kamu?" tanya Al perhatian."Nggak ada sih, A', cuma masih berusaha mencerna kehadiran Vio yang tiba-tiba aja," jelas Dina tak sepenuhnya berbohong."Kenapa? Sikap Vio membuat kamu tidak nyaman ya? Jangan dimasukkan hati, dia memang begitu orangnya," ucap Al menyarankan."Iya, A'," sahut Dina tersenyum. Mereka tengah menikmati suasana pagi yang mulai memanas di area kolam renang. Setelah memberi Oma bantal dan selimut untuk menunjang kenyamanan tidurnya, Al dan Dina memutuskan untuk menghabiskan waktu berkeliling rumah Oma sembari berbincang ringan."A', boleh aku tanya sesuatu?""Silakan.""Sedekat apa Aa' sama Vio?" tanya Dina lugas, membuat Al memandan
"Gengsian banget sih, A'!" sahut Dina."Kamu tuh yang kege-eran!" seru Al tak mau kalah."Tapi nggak apa-apa kok, A', Dina senang digenggam-genggam Aa',"ucap Dina dengan pandangan manjanya, "lagi, dong!" lanjutnya sembari menyodorkan kedua tangannya ke hadapan Al."Ogah!" sahut Al berlalu dari hadapan Dina berjalan ke kolam renang, senyumnya yang tertahan akhirnya terukir saat ia telah berhasil memunggungi Dina. Al berdiri di tepi kolam dengan kedua tangan berada di saku celana jeansnya."Tuh kan! Senyum-senyum!" pekik Dina yang tiba-tiba menyumbul dari bawah, membuat Al terlonjak kaget melihatnya."Astaga, Dina!" pekik Al terkejut."Dasar om om gengsian!" gumam Dina pelan hampir tak terdengar sembari menyedekapkan kedua tangannya."Apa kamu bilang? Coba ulangi sekali lagi!" titah Al yang mendengar gumaman lirih istrinya.Dina membalikkan badannya menghadap Al, kemudian membetuk hati dengan kedua jarinya, "Saran
"Al sama Dina mana sih? Kok nggak kelihatan batang hidungnya? Udah sore juga, apa mereka dah pulang ya? Tapi mobil Al masih ada," batin Vio celingukan mencari keberadaan Al dan Dina."Gue ke kamar Al aja lah," lanjut Vio dalam hati, kemudian mulai menaiki anak tangga."Eh, Vi! Mau ke mana kamu?" teriak Oma Rose."Ke kamar Al," sahut Vio singkat."Bocah ngawur!" seru Oma Rose melihat Vio yang mulai menaiki tangga."Kenapa sih, Oma?""Turun, Vi!""Nggak mau, Oma!""Turun nggak, Vi!" seru Oma Rose sekali lagi."Iiihh, Oma! Kenapa sih?" sahut Vio kesal sembari menuruni anak tangga dengan menghentak-hentakkan kakinya."Kamu tuh ngapain mau ke kamar Al? Dia nggak suka kamarnya dijamah orang lain." Oma Rose memperingati, beliau paham betul bagaimana kepribadian cucu-cucunya."Ya, kan Vio cuma mau manggil Al, Oma! Nggak asal masuk-masuk," sungut Vio."Sama aja kamu ganggu! Kamu lupa m
Al memandang Dina sejenak, kemudian tampak berpikir,"Ya sudah, nanti akan saya pertimbangkan," sahut Al membuat senyuman mengembang di bibir Dina dan Oma Rose."Memangnya kamu pengen liburan ke mana, Vi?" tanya Al pada Vio yang tampak merengut."Terserah, atur kalian aja lah," sahut Vio malas kemudian meninggalkan meja makan."Dih, gimana sih, nggak jelas!" sungut Al.Melihat itu, dalam hati Dina bersorak, ia tersenyum penuh kemenangan. "Kamu mau bermain cantik, Vi? Jangan salah, aku juga bisa bermain lebih cantik," batin Dina menyeringai."Ya sudah, kalau gitu Al pulang dulu ya, Oma," pamit Al pada Oma Rose."Iya, kalian hati-hati ya," ucap Oma Rose mengizinkan.Al berdiri dari tempatnya diikuti Dina di belakangnya, keduanya melangkah maju mendekat ke arah Oma Rose, kemudian dengan penuh hormat Al meraih tangan Oma Rose dan menciumnya, hal yang sama juga dilakukan oleh Dina, membuat Oma Rose tersenyum bahagia.
"Gimana kalau kita ke Bromo aja A'?" sahut Dina sembari melepaskan lengan Al dari dekapnya dan berganti memandangya."Bromo? Kamu belum pernah ke sana?" tanya Al sembari menoleh ke arah Dina, tampak istrinya itu menggeleng tanda ia belum pernah mengunjungi destinasi wisata alam terbaik di Jawa Timur itu."Oke, besok kita ke Bromo," jawab Al membuat Dina mengukir senyuman manisnya."Makasih ya, A', akhirnya kesampaian juga ke Bromo bareng pasangan," gumam Dina girang."Memangnya kenapa kalau sama pasangan?" tanya Al memancing."Seru dong, A', di tempat yang dingin ada yang dipeluk-peluk. Coba aja kalau nggak? Yang ada peluk diri sendiri kek jomblo merana," sahut Dina membuat Al terkekeh."Ada-ada aja kamu," sahut Al sembari kembali fokus mengemudi.Tiba-tiba terdengar suara ponsel Dina berdering, dengan cepat Dina segera mengecek siapa yang menghubunginya. Sesaat ia ragu hendak mengangkat, diliriknya suami di sisinya dan
"Din ....""Ya A'?""Saya juga ingin sholat, kamu bantu saya, ya!"Deg!Bagai sedang mimpi, antara sadar dan tidak sadar saat Dina mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut suaminya. Seulas senyum kini menghiasi wajah cantiknya. Merasa bahagia dan juga lega, karena apa yang diharapkannya perlahan menjadi nyata.Kedua mata Dina memanas memandang suaminya, haru yang dirasakan di hatinya membuat bulir bening itu mengalir begitu saja."Masya Allah, Aa', Dina nggak salah dengar 'kan?" tanya Dina dengan tatapan penuh keharuan.Perlahan Al mengusap air mata Dina yang sempat menetes membasahi pipinya."Kamu kenapa nangis?"." Dina bahagia, A'. Dina terharu,"sahut Dina sembari memegang tangan Al yang tengah membersihkan air matanya."So, kamu mau bantu saya?""Pasti, A', apa yang bisa Dina bantu?""Saya sudah lama nggak sholat, saya lupa bacaan-bacaan sholat," sahut Al serius.
Cup!Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Dina, membuatnya speech less seketika.Perlahan Dina memegang kening bekas kecupan Al dengan tangannya, kemudian memandang kedua mata Al dengan senyuman tertahan."Kamu makin cantik kalau dilihat dari dekat," lanjut Al membuat Dina semakin merona."Aaahhhh ... Oppa ...," sahut Dina manja."Ya udah, saya mau ganti baju dulu," sahut Al kemudian mengambil alih kotak di tangan Dina lalu beranjak pergi meninggalkan Dina yang sedang salting sendiri.Al membuka kotak di tangannya dan mengeluarkan sebuah sarung berwarna hitam dari sana. Segera dibukanya sarung itu kemudian mecoba mengenakannya.Lima menit berlalu dan Al masih belum selesai mengenakan sarungnya, membuat Dina berinisiatif mendekat dan membantu suaminya."Butuh bantuan A'?" tawar Dina membuat Al menoleh seketika."Ini cara make sarung gimana sih? Nggak paham saya," sahut Al masih dengan mencoba mengena