CINTA SATU MALAM - PESONA OM BUJANG LAPUK (32)"Kenapa, Sayang? Apa ada masalah?" tanya Dina seraya memeluk suaminya dari belakang."Kamu lihat Vio? Hampir seluruh keluarga saya sejenis dengannya, bahkan banyak yang lebih bar-bar darinya. Sejak kecil saya kurang cocok dengan lingkup keluarga Papa, sebab saya tidak merasakan ketulusan dari mereka. Itulah sebabnya, saya memutuskan untuk berimigrasi dari Jakarta ke Surabaya, yang lalu langkah ini diikuti oleh Oma." Al mulai menceritakan prihal keluarganya pada Dina."Oh, gitu ... Tapi kenapa mereka begitu, A'?""Entah mengapa? Tapi sudah lah tak perlu dibahas," ucap Al membuat Dina tak lagi melanjutkan sesi tanya jawabnya, sebab menangkap sikap tak nyaman dari suaminya."Sebaiknya kita istirahat, kemudian bersiap. Selepas maghrib nanti kita jalan ke rumah Oma," ucap Al sembari melangkah kembali ke ranjangnya.Dina mengikuti langkah kaki suaminya, kemudian turut membaringka
"Iya, tapi tidak untuk saya," jawab Al membuat Dina terdiam lalu menoleh ke arah suaminya."Karena hanya saya yang berbeda dari mereka. Saya tidak merasakan keberkahan itu, saya tidak memiliki orang tua, tidak bersaudara, bahkan sebatang kara," ucap Al terdengsr begitu pilu menusuk hati Dina."Ya Allah, aku sangat faham bagaimana perasaan Aa' Al, apa mungkin ini alasan ia merasa tak nyaman berkumpul dengan mereka? Pasti rasanya begitu sakit, saat melihat kerabatnya bahagia dengan keluarga masing-masing, sedangkan ia sendiri bagai seorang yang terasing," batin Dina.Dina meraih tangan Al, membuat lelaki dengan mata elang yang semula memandang kosong ke depan itu kini beralih memandangnya."Aa' jangan sedih ya? Jangan pernah merasa sendiri, karena sekarang 'kan sudah ada Dina yang menjadi team Aa'," ucap Dina menghibur.Al tersenyum tipis."Saya tidak merasakan kesedihan, Din. Karena sudah puluhan tahun saya merasakan hal ini. Saya
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (33)Hingga tiba-tiba ...Buugk!"Astaghfirullah, Aa' ...!"Terdengar suara bogeman yang mendarat di rahang lelaki kurang ajar itu diiringi suara teriakan Dina yang terkejut dengan aksi suaminya yang tiba-tiba.Sesaat Dina terdiam, menutup mulutnya debgan tangan, melihat darah segar mengucur daru ujung bibir lelaki yang mendapatkan bogeman suaminya.Menyadari hal yang harus dilakukannya, Dina segera memeluk suaminya dari arah belakang dan menariknya mundur perlahan, ia dapat merasakan seluruh tubuh suaminya itu menegang menahan amarah."A', istighfar, A' ... Sabar ...," desis Dina lirih menenangkan suaminya.Plok ... Plok ... Plok ....Lelaki kurang ajar yang baru saja mendapatkan bogeman Al itu kini justru bertepuk tangan."Hebat ... Sungguh hebat, ternyata seorang Alfaro Alfahri bisa bucin juga," ucapnya terdengar seperti sebuah ejekan di telinga Al.
"Halah, tau apa kamu soal perkembangan fashion? Bocah kampungan aja belagu!" sungut Tante tertua Al itu."Sekali lagi, mohon maaf, Tante, bukan Dina bermaksud lancang, tapi mungkin tante-tante di sini perlu membuka wawasan lebih lebar lagi, bahwa style tertutup itu justru style yang sangat kekinian dan mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju.Kita semua tahu, dahulu manusia berpakaian hanya sekedar menutupi alat vitalnya, lalu seiring perkembangan zaman, manusia mulai mengenakan pakaian untuk menutupi seluruh tubuhnya.So, ketika sekarang kita lebih memilih style terbuka, itu artinya selera kita semakin mundur kebelakang, kembali ke zaman kuno, alias kampungan dan tidak kekinian. Bukankah logikanya begitu, Tante?"ucap Dina yang membuat Al terkejut mendengarnya, tak menyangka bocah tengilnya itu menjelma menjadi sosok pemberani dan mendebat orang-orang tua di hadapannya. Yang lebih membuat Al kagum, Dina dapat melakukannya tanpa amarah dan tanpa meng
"Rencana gagal? Rencana apa, Din?" "Sebenaranya saat kita ke rumah Oma untuk pertama kali, aku sempat dengar Vio video call dengan Mamanya, Tante Lena. Mereka merencanakan hal buruk pada Aa' saat itu," jelas Dina mulai bercerita."Rencana buruk?""Iya, A', jadi sebenarnya niat awal kedatangan Vio ke Surabaya adalah untuk pedekate sama Aa', Vio ingin membuat Aa' jatuh cinta dan menikahinya. Namun rencana itu berantakan ketika ternyata Aa' telah terlebih dahulu menikahi Dina.""Lalu di mana sisi buruknya? Hal itu memang sudah terjadi sejak dahulu, Din, dan saya sudah ceritakan sama kamu.""Sisi buruknya adalah, Vio tak tulus ingin mendapatkan Aa', Vio hanya ingin mendapatkan harta benda Aa', bahkan saat Vio mengabarkan pada Mamanya bahwa Aa' kini telah berisitri, Tante Lena tetap pada pendiriannya, dia tetap meminta Vio untuk mendekati Aa' dan merebut Aa' dari Dina," lanjut Dina membuat Al sedikit terhenyak. Ia tahu tantenya itu
"Alfaro kecil sangat berbeda dengan Alfaro yang kamu kenal saat ini, Din ... Dia lemah, rapuh, tak berdaya dan tak berharga ...," ucap Al seraya menerawang jauh ke masa silamnya.Sejak kecil saya sudah terbiasa menyimpan luka seorang diri, tanpa membaginya pada siapapun.Saat saya dan sepupu-sepupu saya sama-sama jatuh dan terluka, mereka akan menangis dan berlari ke ibunya untuk mendapatkan pertolongan untuk luka di tubuhnya, juga dekapan untuk menyembuhkan luka di mentalnya. Sedangkan saya? Saya hanya bisa terdiam, menyimpan luka dan berusaha menyembuhkannya seorang diri." Al tampak kembali menghela nafasnya, mengingat kembali masa-masa itu rasanya sangat berat baginya.Saya ingat, saat saya sedang bermain bola bersama mereka, kemudian tak sengaja tersandung hingga terjatuh dan menyebabkan lutut saya berdarah. Tak ada satupun dari mereka yang berinisiatif menolong, mereka justru menertawakan saya yang terjatuh.Karena terbiasa mengurus luka send
Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk (35)"Kalau gitu, ayo sekarang kita turun untuk Dinner bersama mereka, dan mari kita buat mereka semakin menyesal," ajak Dina membuat Al memandangnya penuh tanya."Caranya?""Caranya dengan Aa' menunjukkan pada mereka, bahwa Aa' yang dulu mereka abaikan, kini baik-baik saja dan bisa hidup bahagia. Baik secara materi maupun secara ruhani. Tunjukkan bahwa saat ini Aa' memiliki hidup yang sempurna, dengan begitu mereka akan semakin menyesal sebab telah mengabaikan sebuah berlian yang berharga." Dina terus berusa mensupport suaminya.Al tertawa sumbang, "kamu hanya sedang berupaya membesarkan hati saya 'kan?" ucapnya."Betul, karena memang Aa' itu besar hati, dan Aa' harus sadar bahwa diri Aa' begitu mengagumkan, dan hidup Aa' begitu sempurna," jawab Dina mantap seraya memandang lekat suaminya.Al tersenyum tipis. "Kamu ya ....""Kenapa aku, A'?" sahut Dina dengan nada menggoda.
Ada banyak hidangan yang disajikan malam ini, acara perkenalan keluarga ini memang dibuat non formal, Oma Rose menyiapkan sebuah pesta kecil-kecilan untuk momment kebersamaan keluarganya.Dan di antara banyaknya hidangan yang tersaji, Kue lapis yang berwara-warni lah menarik perhatian Al dan Dina."Aa' mau kue lapis?" Dina menawari suaminya."Boleh."Dina lalu mengambil dua buah kue lapis untuk dirinya dan suaminya."Enak, A'?" "Enak.""Aa' tahu nggak? kue lapis ini salah satu makanan yang selalu hadir di acara pernikahan atau acara tahapan-tahapan pesta pernikahan lho!" ucap Dina seraya menikmati kue lapisnya."Nggak, saya baru tahu, karena nggak pernah menghafal nama-nama kue di acara pernikahan," jawab Al polos."Kue lapis ini selalu hadir di acara pernikahan, karena dia punya filosofi tersendiri," jelas Dina membuat Al menoleh memandangnya."Miss folosofi mulai beraksi ya," sindirnya.