Seketika Raka menangis dalam gendongan mas Bayu. Suara bapak sangat lantang, begitupun mas Bayu menjawab. Aku terpana menahan hati. Bukan karena takut, tapi syok jika seperti ini jadinya."Aku akan bawa Raka, baik kalian suka atau tidak!" Lalu mas Bayu membalikan badan menuju mobil terpakir."Tunggu!" teriakku, hingga ia membalikan badan."Raka masih menyusui, seandainya di tanganmu anakku tersiksa dan sakit, aku tak segan melaporkan kasus penelantaran anak. Kita sama-sama tau gimana sikap semua keluargamu, Mas." Menekan ucapan, ini agar Raka kembali padaku. Aku yakin ia tak kan bisa mengurus Raka.Kami saling beradu pandang. Rasa hati semakin kesal melihat tindakannya hari ini. Apakah begini sifat aslinya yang baru kuketahui sekian lama kami berumah tangga.
Pov Bayu"Ayo kita pulang, Rina!" Suara bapak Rina lantang mengajak Rina pergi.Ada rasa hati ingin menahan, tapi terhalang mengingat Rina mengakui perselingkuhannya dan ini membuatku sangat kecewa. Aku merasa tak dibutuhkan hingga ia mencari lelaki lain. Padahal cacat ini bukan keinginanku. Bukankah sekarang aku sudah punya pekerjaan dan tidak mengabaikan tanggung jawab. Tapi jika penghasilanku lebih kecil, bukan berati Rina seenaknya selingkuh. Seandainya ia memilih lelaki lain untuk bahagia, aku rela asal Rina bahagia karena aku tahu, aku bukan lelaki sempurna."Bayu, jadi masalahmu dengan Rina belum selsai? Ibu kira kamu ingin jemput Rina tadinya.""Bu, aku ... aku tak bisa terima perselingkuhan Rina. Hanya itu, Bu," lirihku dengan hati terluka. Cintaku pada Rina tak berubah. Hanya saja aku kecewa dan
Kini, semua mendengar sendiri pengakuan Inur dan Jaka. Kebenaran sudah terungkap. Namun, kali ini Inur memohon lagi, anaknya selalu alasan dan ini membuat hati tak tega."Lepaskan kakiku!" teriakku berusaha melepaskan tangan Inur, merangkul kakiku.Agak sulit dilakukan. Inur semakin erat merangkul kakiku hingga melangkah pun tak bisa. Ia menangis meraung hingga suasana bertambah ribut. Belum lagi mas Bayu menghajar kakaknya."Rina, sebaiknya kita pergi saja. Yang penting sudah bersama Raka," ajak bapak. Raka terdiam dalam gendongan karena bapak menggusuk punggungnya."Iya, Pak," jawabku."Tidak! Aku nggak bakalan melepaskan kakimu, Rina. Lebih baik aku dipukul daripada dipenjara. Anakku bisa terlantar, tolong maafkan aku. Aku janji, aku janji tak akan mengganggu hidupmu lagi
Tak semudah membalikan telapak tangan. Keputusan hati harus dipikir matang-matang. Rumah tangga yang belum berjalan empat tahun, tapi sudah dibumbui masalah. Masalah kami tak banyak. Selama ini yang dominan masalah hinaan keluarga suami. Namun, semakin aku bertahan, masalah lain muncul dan masih ulah keluarga suami.Kepala Raka yang ada benjolan, kuoles obat dari dokter, pun pinggangnya yang membiru. Melihat kondisi Raka, air mata berjatuhan. Daripada anakku yang sakit, biarlah aku yang menanggungnya."Biar kubantu, Mbak," ucap Yana mengambil obat dari tanganku. Lalu mengoleskannya ke kepala Raka."Seharusnya kita tidak menunggu berjam. Maaf ya, Mbak, ideku membuat Raka seperti ini." Yana tetlihat merasa bersalah."Bukan salahmu, Yan. Tapi ini salah Mas Bayu karna menitipkan Raka ke Inur. Dulu juga pernah terja
Pov Bu Ida(Ibu Mertua Rina)Syukurlah warungku ramai lagi. Semenjak kejadian aku dan Inur memfitnah Rina, tiga hari sepi. Tapi mau ke mana lagi ibu-ibu itu berhutang, tentu di warungku ini lah. Harga pun lebih murah dari warung lain. Untung sedikit tapi lancar, itulah politik berdagang."Bu Ida sendirian aja? Jaka mana?" Tiba-tiba si Leha datang.Tumben Leha kesiangan ke sini, biasanya jam tujuh pagi sudah pesan cabe dan ikan asin. Tentu berhutang. Padahal ia punya gelang emas. Lagian tidak mungkin ia tak punya simpanan. Waktu aku pinjam uang untuk Inur, ia bisa pinjamkan. Biasa saja sih aku potong dengan hutangnya padaku, tapi tidak kulakukan agar ia tak belanja ke warung lain."Jaka lagi urusin anaknya, Leha," jawabku. "Oh ya, mau pesan cabe berapa?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Berlarut dalam masalah membuatku tak mengetik cerbung beberapa hari. Saat buka messenger, beberapa penerbit meminang karyaku untuk dijadikan buku. Alhamdulillah, meskipun dilanda masalah, pintu untuk maju berkarya terus terbuka lebar."Rina." Ibu menghampiriku, lalu duduk di tepi ranjang."Ya, Bu," jawabku sambil menggusuk punggung Raka, menidurkannya."Kami sudah dengar semuanya. Bayu minta maaf dan apa keputusanmu."Aku tahu, ibu merasa khawatir dengan kondisi rumah tanggaku. Khawatir seorang ibu pada anak."Entahlah, Bu."Tentu semua orang dengar. Rumah ini kecil dan berbicara sedikit lantang, pasti terdengar. Apalagi teriak yang dilakukan mas Bayu mengedor pintu kamar."Rumah
"Ada apa, Mbak?" tanya Yana. Aku masih terpaku dengan pemikiran bimbang. Ini bukan karena rasa. Tapi lebih kekhawatiran dengan bayangan, tentang dampak yang akan terjadi.Bagaimana kalau seandainya mas Bayu mati karena aksi kenekatannya? Bagaimana kalau aku ke sana, sementara Jaka sudah mengancam agar aku tak menginjakkan kaki di rumah itu. Aku tahu, ibu mertua selalu membela Jaka meskipun ia sudah terbukti salah.Ya Tuhan, sulit sekali memutuskannya. Apa yang harus kuperbuat?"Mbak!" Suara Yana lebih keras hingga aku tersentak."Mas Bayu ngancam gantung diri, jika aku tidak ke sana, Yan," jawabku."Apa?" Yana terkejut dengan mata membulat."Siapa yang gantung diri?" Tiba-tiba ibu mendongakkan kepala di pintu.
Pergulatan antara Stela dan bu Yus makin panas. Ibu mertua dan Jaka berusaha melerai mereka. Namun Stela maupun lawannya tak mau kalah hingga berusaha melepaskan diri dan ingin melanjutkan. Sebuah pemandangan malukan karena Stela seorang gadis berpendidikan."Berhenti, Yus! Jangan bikin aku malu!" teriak bapaknya Inur."Biar ia tau rasa! Ia yang cakar muka anak kita ya harus dibalas dong!" Geram bu Yus. Jaka menahan ibu mertuanya itu."Biar sekalian mukamu kucakar!" Stela tak mau diam. Padahal tangan dipegang ibunya."Cukup!" Teriakan bapak mertua, hingga membuat suasana hening sesaat. Tentu semua terkejut karena suaranya sangat lantang. Namun berhasil membuat bu Yus menjauhi Stela seakan takut.Bapak itu mendekati ibu mertua dan Stela. Sementara Jaka terlihat takut karena p