#HDMSPart 10 Langkah AwalSesampainya aku di kontrakan, ku letakkan ponselku di ruang tamu. Sementara aku pergi ke dapur mengambil minum dan cemilan ringan. Inilah tempat tinggalku setelah bercerai dengan mas Fadhil. Sebuah kontrakan yang hanya ada satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur yang menjadi satu dengan kamar mandi. Aku kembali ke ruang tamu. Mengambil ponselku lalu membuka aplikasi fac*bo*k. Begitu banyak pemberitahuan, termasuk bahwa mas Fadhil sudah menerima pertemananku. 'Saatnya bermain, 'batinku. Ku buka profil mas Fadhil, berandanya hampir penuh dengan foto-fotonya dengan Sandra atau keluarganya. Ku kirimkan pesan pribadi padanya, dan kebetulan dia sedang online. [Hay Fadhil] [Hay juga, siapa?] [Sinta] Tak butuh waktu lama mas Fadhil membalas pesanku. Cukup panjang aku memperkenalkan diri dengan akun yang dibuat oleh Ida. Entahlah, perasaanku berkata seakan mas Fadhil cepat merespon karena akunku ini berfotokan profil wanita muda. Ditambah dengan data diri seba
Ting! Pesan masuk dari aplikasi wh*ts*ap muncul. Aku pun segera membukanya, dari mas Fadil. [Kok nggak sampai-sampai, aku dah lama nunggu nih, pesanan juga udah datang] [Ban mobilku bocor, aku harus ke bengkel dulu. Aku sudah menyuruh asistenku untuk menemuimu, sebentar lagi dia datang] Baru tiga puluh menit berlalu dari jam perjanjian mas Fadil rasanya sudah tak betah menunggu. Lagipula mana ada ban mobil bocor apalagi asisten yang datang, karena aku sudah di pos parkiran sejak tadi pagi. Tentu saja ini adalah bagian dari rencanaku. Ku buat mas Fadil lama menunggu, di tambah dengan pesanan paket yang terlanjur ia pesan, itu akan membuatnya mengeluarkan uang begitu banyak. Waktu hampir jam delapan pagi. Karena jam delapan adalah batas waktu ia masuk kerja. Dan aku tahu mas Fadil pasti semakin kesal karena semakin lama ia menunggu. Derrt ... Derrt ... Mas Fadil menelponku. "Asistennya mana? kok nggak sampai-sampai juga? kamu ngerjain aku ya? "'Emang iya, ' batinku.Aku menahan
Sesampainya aku di rumah (kontrakan) ku rebahkan badanku diatas kasur, mengambil istirahat sejenak setelah hampir setengah hari aku 'bermain'. Rencana hari ini berhasil semuanya. Lega hatiku. Dan dengan uang ini aku bisa mengganti kerugian atas pesanan mas Fadil di cafe tadi. Hanya berpura-pura mengganti, karena pada dasarnya ini bukan uangku. [M-Bangkingku sedang error, tadi aku nggak sempet juga ke atm, bisa kita atur lagi pertemuan kita?] - SendKu kirim pesan pada mas Fadil. Hanya sebagai alasan m-banking error, karena pada nyatanya aku tak mungkin mentransfer uang lewat rekeningku, selain tak cukup uang juga karena rekeningku atas namaku. Kebayang kan kalau aku sampai transfernya pakai rekeningku?[Baik, tapi aku yang akan tentukan waktu dan juga tempatnya] Balas mas Fadil. [Baik] Ku turuti kemauannya untuk menentukan waktu dan tempat pertemuan kita selanjutnya, dengan harapan semoga saja di warung tempatku bekerja. Jadi aku tak perlu repot-repot meminta izin libur. [Kantor
Pov Fadil Karangan BungaTok! Tok! Tok! "Permisi Pak. " Terdengar dari balik pintu ruang kerjaku. Meskipun baru beberapa hari pindah kerja di sini, aku cukup mengenal suara bawahanku, termasuk dia, Damar. "Masuk! "Pintu di buka, Damar berjalan dan berhenti tepat di depan meja kerjaku. Damar meletakkan sebuah amplop berwarna coklat di atas mejaku. "Pagi Pak Fadil, maaf ini ada titipan dari bu Sinta. ""Sinta? Kamu kenal? ""Cukup kenal Pak, dulu saya pernah bekerjasama dengan beliau. ""Oh, begitu, terimakasih. ""Sama-sama Pak, saya permisi. "Damar meninggalkan ruanganku. Ya, dulu sebelum aku menjabat sebagai kepala cabang, aku dan Damar sama-sama hanya karyawan biasa. Namun di tempatkan di kantor yang berbeda. Damar di sini, dan aku di tempatku sebelumnya. Setelah pensiunnya kepala cabang di kantor ini, aku dan Damar menjadi kandidat calonnya.Ku akui, Damar memiliki potensi lebih dari aku, selain itu attitudenya juga lebih baik dari aku. Tapi karena aku lebih lama menjadi kary
#HDMSPart 14 Pemuda itu ... [Maksud kamu apa ngirim karangan bunga seperti itu, heh!]Aku terkenjut membaca pesan dari mas Fadil. Karena aku merasa tak mengirimkan karangan bunga. Jangankan mengirim, beli saja aku tidak ada uangnya. Kalaupun ada lebih baik buat bayar kontrakan. "Da, lihat ini," ku berikan ponselku ke Ida.Ida membaca pesan dari mas Fadil. "Oh, ini pasti kelakuan Damar deh, balas aja salah cetak.""Damar siapa?""Sepupuku. Dia satu kantor dengan mantan suamimu itu."Aku mengerti. Ini adalah bagian dari rencana yang dibuat Ida. Ida mengembalikan ponselku, dan aku segera mengirim balasan pesannya mas Fadil.[Kenapa? Ada yang salah?] send.Aku berpura-pura tak tahu dengan pesan mas Fadil yang sepertinya penuh emosi.Derrt ...Mas Fadil membalas pesanku. Mengirimkan sebuah gambar karangan bunga dengan tulisan turut berduka cita disertai nama lengkapnya.Seketika aku melongo melihat gambar tersebut. Pantas saja mas Fadil marah. Orang mana yang nggak marah kalau dapat kir
#HDMSPart 15 Mengikuti Kemauannya Fadil (Menyusun Rencana)Sesampainya kami di cafe, pemuda tersebut pun ikut membersamai kami. Rasanya dugaanku semakin kuat, bisa saja ia adalah kekasih Ida. Ida memesankan kami makanan. Sembari menunggu pesanan datang kami mengobrol ringan sekaligus Ida memperkenalkan pemuda yang duduk di sebelahku ini. Bikin deg-degan rasanya."Dia ini Damar, sepupu aku," ujar Ida memperkenalkannya pada kami. Ternyata aku salah menduga, itu berarti kemungkinan masih ada kesempatan buat aku. Hihihi.Damar ternyata bekerja di kantor yang sama dengan mas Fadil. Ia adalah kompetitor mas Fadil, saat menjadi kandidat kepala cabang.Namun, di hari dimana pengumunan siapa yang akan menjadi kepala cabang, ia tak terpilih. Sehari sebelumnya, mas Fadil mendatangi rumahnya, memintanya untuk mundur sebagai kandidat, namun Damar menolaknya. Karena itulah, mas Fadil menyogok dan mengimingi-imingi beberapa karyawan di kantornya sekarang untuk membantunya. Memberi keterangan yan
Aku sudah siap. Memakai barang-barang pemberian Ida. Sekarang saatnya berangkat. Aku langsung menuju kantor mas Fadil tanpa ke tempat kerja dahulu. Karena sebelumnya aku sudah meminta izin pada bu Ajeng untuk masuk telat karena suatu urusan. Dan syukurlah, bu Ajeng memberikan izinnya. Jam 9 pagi, aku sudah berada di depan kantor mas Fadil. Sebelum berangkat tadi pun aku sudah mengabari Ida dan Dina tentang perubahan rencana yang kita susun tadi malam. Aku hanya ingin mengakhiri ini semua. Tak ingin memperpanjang dan mempersulit hidupku sendiri. "Pagi Mbak, saya mau ketemu pak Fadil," ucapku pada resepsionis yang ada."Sudah ada janji Mbak? ""Katakan saja namaku, Sinta. "Resepsionis tersebut lalu menelepon mas Fadil. Setelah selesai, ia pun memberitahukan kepadaku, bahwa telah diizinkan masuk. Akhirnya aku sampai di depan ruang mas Fadil. Tanpa banyak berpikir, aku melangkah masuk ke ruangan. Baru saja membuka pintu, aku sudah diperlihatkan pemandangan dimana mas Fadil yang sed
"Permisi. " Suara seorang lelaki memasuki ruangan. Memecah ketegangan yang ada. Aku pun memalingkan wajahku untuk melihatnya. Ternyata Damar. Ia berdiri tepat di sampingku. "Hari ini adalah hari kehancuranmu Fadil, " ucap Damar. Kemudian muncul tiga orang laki-laki memasuki ruangan. Mereka berdiri di belakang Damar. Dengan wajah ketakutan dan penuh kegugupan. Sepertinya mereka juga karyawan di sini, terlihat dari pakaiannya yang rapi seperti orang kantoran. Seketika mata mas Fadil membelalak melihat tiga lelaki tersebut. Wajahnya berubah pucat pasi. Aku pun teringat dengan cerita Damar ketika ia mengetahu bahwa dibalik tidak terpilihnya ia sebagai kepala cabang karena ada karyawan yang mas Fadil suap untuk menjatuhkan reputasi Damar. Jangan-jangan, merekalah orangnya. "Bagaimana, mau tanda tangan nggak?! " bentakku meminta kepastian. "Atau aku laporan ke --- .""Fadil akan tanda tangan! " Dengan cepat mantan ibu mertuaku memotong ucapanku. "Lihat. Sudah aku tanda tangani. " Mas