Hinaan Dari Mantan Suami
#HDMSPart 1 Bercerai
"Dengan ini, sidang kami tutup! "
Tok! tok! tok!Ucap ketua hakim yang menyatakan bahwa aku telah resmi bercerai dengan mas Fadil.
Ya, lima tahun aku menikah dengan mas Fadil, namun karena tak kunjung hamil dia menceraikanku. Bukan hanya itu, keluarga mas Fadil selalu menganggapku wanita pembawa si*l. Karena selama pernikahan, mas Fadil tak pernah berubah posisinya di perusahaan. Tetaplah karyawan biasa.
"Kita lihat nanti, kamu bisa apa tanpa aku! " ucap mas Fadil menyobongkan diri.
"Ya nggak mungkin bisa apa-apalah Mas, dia aja wanita nggak berpendidikan, cuma lulusan SMP! ha ha ha! " ucap Sandra.Sandra adalah mantan kekasih mas Fadil sebelum dia menikahiku. Dulu, mas Fadil sempat ingin menikahinya, namun Sandra memilih melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Tak lama setelah itu, mas Fadil bertemu denganku.
Tak butuh waktu lama, mas Fadil melamarku. Sosoknya yang kalem, baik, bersahaja dan menerimaku apa adanyalah yang membuatku tak bisa menolak lamarannya.
Namun, setelah kepulangan Sandra dari luar negeri, ibu mertuaku berubah. Dia mulai mencoba mendekatkan lagi anaknya dengan Sandra, apalagi ditambah diriku yang tak kunjung memberikannya cucu.
"Bener kamu San! Sudah mand*l, pembawa si*l, nggak tau diunt*ng lagi! " ucap mas Fadil.
Geram hatiku mendengar ucapan mas Fadil, tapi harus kutahan karena aku masih di lingkungan pengadilan. Aku tak mau membuang-buang tenaga dan pikiran hanya untuk membalas penghinaannya.
"Sudah sudah, kita tinggalkan saja wanita pembawa si*l ini, kalau lama-lama nanti yang ada kita bisa ikutan si*l, " ucap bu Susi, mantan mertuaku.
"Sudah cukup?! " tanyaku.
Mereka saling melihat satu sama lain. Lalu berjalan meninggalkanku.
Aku sudah lelah dengan hinaan keluarga mas Fadil selama ini. Setelah perceraian ini, aku berharap tak ada lagi dari mereka yang semena-mena atasku, namun ternyata aku salah. Mereka masih tetap arogan padaku.
Baiklah, kita lihat saja nanti, roda kehidupan itu berputar Mas. Aku, meskipun tak berpendidikan tinggi seperti kalian, tapi aku masih punya harga diri. Tidak akan kubiarkan kalian terus menghinaku.
Derrtt ...
Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari aplikasi berwarna hijau.[Alhamdulillah, mbak Ratna diterima kerja, besuk sudah boleh masuk.]
Rasanya senang tak karuan mendapat pesan dari Dina, sepupuku. Setelah mas Fadil memutuskan untuk menceraikanku, saat itu juga aku diam-diam mencari pekerjaan. Aku yakin, jika aku tak menghasilkan uang sendiri, keluarga mas Fadil pasti akan terus merendahkanku.
Ijazah SMP memang tak begitu kuandalkan, namun keahlian dan kemampuanku dalam memasaklah yang kuandalkan. Ditambah, ada Dina yang sudah menjadi karyawan kepercayaan bosnya yang bisa membantuku untuk mendapatkan posisi itu.
#HDMS Part 2 Hari Pertama BekerjaHari ini adalah hari pertama aku bekerja. Di sebuah warung makan tempat Dina, sepupuku bekerja. Meskipun hanya warung makan sederhana tapi warung makan ini sangatlah ramai pembeli. Mungkin karena tempatnya yang di pinggir jalan raya, dan dekat juga dengan beberapa pabrik di sekitarnya. Di seberang jalan, sembari memainkan ponselku, aku menunggu angkot dengan tujuan ke tempat kerjaku. Tiin ... !! Tiin ... !! Tak disangka dan tak diharapkan, mas Fadil dengan motor matic tipe NM*Xnya berhenti di depanku. Kupalingkan wajahku dari hadapannya, berpura-pura tak melihatnya. "Makin kere aja kamu ya! dulu kemana-mana kamu bisa naik motor ini, atau naik taksilah paling nggak, sekarang naik angkot kan ? ha ha ha! " ucapnya menyombongkan diri. Sekilas kulirik mas Fadil dengan geram, lalu cepat-cepat memalingkan lagi wajahku. "Baru kemarin aku cerai sama kamu, lihat sekarang aku sudah jadi kepala cabang, terbukti kan kalau kamu selama ini benar-benar pembaw
#HDMSPart 3 Kamu LagiAku dan Dina berdiri di dekat pintu pembatas antara tempat makan dengan dapur. Mencoba mengintip seseorang yang ditemui bu Ajeng. "Orangnya mana Din? " ucapku seraya melihat kesegala arah. "Itu, ketutupan bu Ajeng. "Duh. Sayang sekali. Seorang wanita yang bernama Susi itu harus ketutupan bu Ajeng. Karena inilah membuatku semakin penasaran. Aku berdiri tegak, menghela nafas, lalu merapikan penampilanku. Ku persiapkan diri untuk memberanikan muncul dan melihat secara langsung wanita yang ditemui bu Ajeng. "Mau kemana? " tanya Dina. "Langsung aja yuk, penasaran nih. ""Biarin aja, kita siap-siap kerja aja. ""Tapi Din ...."Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba muncul seseorang dari belakangku. "Woy!"Orang tersebut ternyata perempuan yang dijuluki kill*r oleh Dina. "Ya Allah Da, ngagetin aja deh, " ucap Dina. 'Oh, Ida namanya, ' batinku. "Pada ngapain sih? buruan kerja! ntar siang kita ada pesanan nasi box ke kantor cabang PT Garmen yang di
#HDMSPart 4 KomplainKami berlari sekencang mungkin menuju mobil. Takut-takut kalau mas Fadil ataupun security di kantor ini mengejar, karena ulah Ida. Aku senang melihat mas Fadil begitu kesakitan karena tamparan Ida. Itu berarti tanpa aku harus mengotori tanganku, mas Fadil mendapatkan karma atas ucapannya. "Ida? ngapain kamu di situ? " ucap Dina melihat Ida yang duduk di kursi belakang. "Ya Allah! keliru, " ucapku. "Buruan tuker, keburu datang orangnya, " perintah Dina. Saking buru-burunya kami berlari, hingga tak sadar bahwa aku yang seharusnya duduk di kursi belakang malah tertukar dengan Ida yang harusnya duduk di kursi depan setir. Ida pun segera menghidupkan mesin mobilnya lalu kami pun pergi meninggalkan kantor ini. "Kamu kenal sama pria tadi? " tanya Ida ditengah perjalanan. "Kenal banget Da, kenal luar dalam malah, hahaha, " sahut Dina. Ida menoleh kearah Dina yang duduk di sebelahnya. Sekejap Dina langsung menghentikan tawanya. "Maksudnya apa Din? " tanya Ida. "C
#HDMSPart 5 TerpaksaMas Fadil bersama temannya meninggalkan kami. Kali ini ketakutanku benar-benar terjadi. Dia membuat citraku buruk di hari pertama bekerja. Tak hanya itu, dia juga menjadikan bahan tontonan para pelanggan, ditambah akan ada sanksi dari bu Ajeng. Dasar, lelaki pembawa si*l. ***Dilain tempat kini aku dan kedua temanku sudah kembali ke tempat bekerja. Dimana kami akan di"sidang" langsung oleh bu Ajeng selaku pemilik rumah makan. "APA?! "Ucap kami serentak. Ya, bu Ajeng memintaku, Dina dan juga Ida untuk meminta maaf kepada mas Fadil. Karena jika tidak kami akan di proses dengan pihak yang berwajib. Sebagai tuduhan kekerasan fisik yang dilakukan oleh Ida, terlebih ternyata di kantor itu terdapat CCTV yang dimana rekamannya akan menjadi penguat tuduhan mas Fadil. Sebenarnya setelah mendengar penjelasan kami, bu Ajeng memaafkan kami. Namun ia juga takut jika harus berurusan dengan polisi. Apalagi tak hanya kami yang akan dirugikan, namun juga nama baik warung makan
#HDMSPart 6 Pembalasan (pura-pura minta maaf) Kami berjalan menuju meja resepsionis. Si resepsionis yang bernama Wita, terlihat dari id card yang menggantung di jas bagian atas yang ia kenakan. Belum sempat kamu mengutarakan maksud kedatangan, Wita sudah menyambut kami. "Selamat Pagi, ada yang bisa kami bantu? " sapanya. "Kami mau bertemu ... ," belum sempat aku menyelesaikan ucapanku sudah di potong Ida. "Kudanil! " sahut Ida. Aku dan Dina sekejap langsung melihat kearah Ida. Ada-ada saja memberi julukkan. "Pak Fadil maksudnya, " ucap Dina. Wita pun mengantar kami ke ruangan mas Fadil. "Silakan masuk Mbak, " ucap Wita sesampainya kami di depan ruangan mas Fadil. Wita pun meninggalkan kami. Karena sebelum mengantar kami, dia sudah memberitahukan perihal kedatangan kami. Rasa bad mood kembali menghinggapi perasaanku. Tapi aku harus tetap semangat, karena ini adalah kesempatan langka bisa membalas sakit hati atas penghinaannya terhadapku, walaupun hanya sedikit. Kami bertiga
#HDMSPart 7 Status di Media SosialPov FadilAku yakin, setelah kejadian ini keluarga mas Fadil pasti tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan semakin mengusik kehidupanku dan tidak akan membiarkanku sampai mereka puas membuatku menderita. Dengan ini, akan ku persiapkan mental dan tenagaku untuk menghadapi mereka. Huh! ***🍁 Pov Fadil "Fadil! " pekik ibuku saat membuka pintu ruanganku. "Mas Fadil, kamu kenapa? " tanya Sandra yang ikut serta menghampiriku bersama ibu. Setelah kepergian Ratna dan gengnya, seketika aku memegangi kembali celanaku di bagian senjata pusakaku. Kur*ng aj*r Ratna, beraninya dia menendang benda berhargaku. Aku duduk di sofa pojok ruanganku, diikuti ibu dan juga Sandra. "Ini pasti ulah Ratna, " ucap Sandra. "Darimana kamu tahu? " tanyaku. "Tadi kami melihatnya di parkiran, sama Dina sepupunya dan nggak tahu siapa satunya, " jelas ibu. Aku jelaskan semuanya perihal maksud kedatangan Ratna dan gengnya, hingga perbuatan mereka padaku. "Ini nggak bisa
#HDMSPart 8 DilabrakTiga hari berlalu. Setelah kejadian status mas Fadil di media sosial itu, aku memilih mendiamkannya. Dengan harapan dia takkan menggangguku lagi. Memang benar. Selama tiga hari ini dia tak muncul dihadapanku ataupun membuat ulah di media sosialnya. Tetapi .... Hampir semua keluarga besarku yang mengetahuinya ikut menuduhku gila. Tak hanya itu, bahkan teman-teman ku pun menganggapnya benar. Hingga aku bertubi-tubi mendapat cercaan dari mereka. Bahkan dalam tiga hari ini, beberapa orang yang melihatku tampak memandang aneh. Saat di angkot pun tak jarang dari mereka yang duduk agak menjauh dariku. Begitu besar efek dari ulah mas Fadil terhadapku. Astaghfirullohal'adzim. Setelah perceraian itu, aku lebih memilih mengontrak rumah sendiri, karena jika harus pulang ke rumah orang tuaku, rasanya hanya akan menambah beban mereka. Mengingat, aku bukanlah dari keluarga yang berkecukupan seperti keluarga mas Fadil. Pagi ini, seperti biasa aku menunggu angkot untuk ber
#HDMSPart 9 Akun BaruAku dan Dina masih terdiam di depan Bu Ajeng. Bu Ajeng mulai mendekati kami."Siapa mereka?" tanya bu Ajeng.Aku menjelaskan semuanya. Tentang Sandra dan mantan mertuaku dan maksud kedatangan mereka pagi ini. Aku juga meminta maaf pada bu Ajeng, karena ulah mereka yang sudah membuat kegaduhan di area warung makan.Bu Ajeng duduk di bangku didekatnya. "Saya maafkan kamu, pandanganku kamu nggak salah. Merekalah yang salah, karena sejak kedatangan mereka saya sudah berdiri di balik pintu utama. ""Terimakasih Bu, terimakasih. " Aku tersenyum kegirangan. Bu Ajeng tersenyum tipis. "Silakan bekerja kembali. "Aku lega. Bu Ajeng sama sekali tak menyalahkanku. Baru beberapa hari mengenalnya, sudah dapat ku simpulkan bahwa bu Ajeng adalah orang yang sangat baik, selalu menilai seseorang dari data dan fakta bukan dari kejadian yang hanya sekilas dia lihat. Bahkan, saat kejadian tiga hari yang lalu dimana mas Fadil membuat postingan di media sosial tentang diriku, bu Aje