Di lantai paling atas, Dominic melipat teropong kecil minimalis yang baru saja dia pakai untuk melihat sesuatu di lantai tujuh. Chalondra yang duduk di sebelahnya hanya mengamati apa yang sedang dilakukan oleh suami tuanya itu. Zac dan Zoey entah pergi ke mana. Tadi katanya ingin melihat-lihat menu desert yang ada di etalase.
“Gadis itu di sini.” Dominic bergumam.
“Gadis siapa, Dad?” Chalondra mengerutkan keningnya.
“Zura. Dia bersama Edric di bawah sana.”
Gerakan cepat Chalondra merampas teropong mini Dom, membuat laki-laki itu shock setengah mati. Tidak bisakah dia lembut sedikit?
Berganti Cha yang berdiri di pinggiran teralis dan menyorot ke sembarang arah.
“Di mana sih, Dad?”
“Pasti sudah hilang. Sepertinya mereka akan ke sini.”
“Serius??” Chalondra lagi-lagi membuat Dominic menahan napas karena gerakan cepatnya berpindah dari tepi teralis ke tempat duduk. Dasar ibu-ibu!
“Entahlah. Itu dugaan saya saja
Kasian bener si Zura di ospek sama Dominic wkwk. Gaess jangan lupa vote terus yahh.
(Hai, maaf kalau sedikit dan kalau banyak typo. Aku nggak sempat dobel check. Makasihh.)."Embun mau makan apa, sayang? Mau es krim? Atau kentang goreng? Atau Mac 'n Cheese?" Chalondra menunjuk gambar-gambar yang ada di buku menu restoran cepat saji yang menjadi pilihan terakhir mereka, setelah terlalu lama berputar-putar.Embun seperti memperhatikan dengan seksama, kemudian menjatuhkan telunjuknya yang kecil di gambar es krim berwarna stroberi. Zura yang duduk di hadapan mereka pun langsung menggeleng."Jangan es krim ya, Nak? Sudah malam," lerainya lembut."Kata Mama udah malem." Embun mendongak ke atas seperti ingin mengadu pada Chalondra. Wanita paruh baya itu tersenyum dan membelai surai Embun yang pendek sebahu."Oh iya, sudah malam. Oma salah ya ajakin makan es krim? Makan kentang goreng aja ya? Biar Embun-nya kenyang?"Berganti Embun menoleh kepada ibunya. "Kentang goleng aja, Mama."Zura tersenyum sambil
Malam minggu keluarga Louis itu berakhir dengan para kaum wanita berpisah dengan kaum pria. Zoya, setelah menelepon Chalondra, akhirnya berhasil menemukan dimana sang ibu dan Zura berada. Dia yang sudah sempat makan sedikit, memilih untuk memesan cemilan yang sama seperti Embun. French fries with mayonnaise.“Kenalin, aku Zoey, adiknya kak Edric.” Sejak pertama dia duduk di sebelah Chalondra, dan di depan Zura, kembaran Zac itu langsung memperkenalkan dirinya. “Tadi kita belum sempat kenalan karena papa terlalu sibuk dengan dramanya.”Zura tersenyum kecil sambil menyambut uluran tangan Zoey. “Zura, Kak,” ucapnya.“Panggil Jo saja. Betewe aku nggak nyambung ngobrol sama mereka. Aku ke sini deh.”“Memangnya mereka ngomongin apa, Jo?” Chalondra sebenarnya sudah tau, suami dan kedua puteranya kemungkinan sedang membahas apa. Pastilah tentang Zura.“Mama pura-pura polos. Eh, Embun,
Hari Sabtu berganti Minggu, kemudian Senin datang tanpa aba-aba. Satu hari terlewat begitu saja seperti tanpa makna. Setidaknya itulah yang dirasakan Edric. Zura benar-benar tidak berniat berkunjung ke rumahnya untuk membawa Embun. Padahal Chalondra sudah bela-belain ikut menelepon. Zura si keras kepala. Itulah julukan baru yang diberikan Edric untuk wanita dari masa lalunya itu. Hari ini adalah hari pertamanya kembali bekerja setelah satu minggu lebih melakukan perjalanan ke Dubai. Zac, si Operational General Manajer dan Zoey yang adalah Finance General Manajer, kini sedang berada di ruangannya untuk melakukan briefing pribadi. Seperti yang dikatakan Zac hari Sabtu kemarin, dia harus menyerahkan laporan selama dia menjadi penanggung jawab Edric. Dia harus menjelaskan semuanya dengan rinci, agar Edric tidak melewatkan apapun. Begitu juga dengan Zoey yang wajib melaporkan tentang keuangan perusahaan kepada sang direktur. Sekitar setengah jam kemudian, Zac dan Zoey kel
“Selamat pagi, Bapak-bapak … perkenalkan, saya Zura, perwakilan dari Galaxy Group.” Suara lembut dan merdu Zura menarik jiwa Edric dan Hendry kembali ke dunia nyata. Tampaknya mereka sempat kebingungan sendiri dengan situasi yang terjadi sekarang. Bukan haya Hendry yang khawatir Zura akan mengenalinya, tapi Edric juga. Apakah Zura masih mengingat peristiwa lima tahun yang silam? Jika iya, tentunya dia akan mengenal Hendry dan bereaksi saat melihat pria itu untuk yang pertama kalinya tadi. Tapi nihil. Zura malah menunjukkan senyum manisnya kepada mereka berdua. “Silakan duduk, Ibu Zura.” Edric membuat gerakan seperti mempersilakan Zura duduk di kursi yang ada di hadapan mereka. Sedikit tergelitik dengan sebutan yang dia pakai untuk menyebut nama wanita itu. ‘Ibu Zura’. Lucu juga ya, mengingat mereka selalu bertemu dalam dua koindisi yang berbeda seperti hari ini dan malam minggu yang lalu. Zura berhasil membuat dirinya seperti dua pribadi yang berbeda. Zura as Embun m
Hasrat Edric sudah berada di puncak. Bayang-bayang wajah Embun yang kalau dipikir-pikir memang ada kemiripan dengannya, membuat Edric tidak berhenti berpikir sejak malam minggu kemarin.Saat Zura keluar dari ruang rapat tadi, Edric tiba-tiba tidak rela karena dia belum juga membahas tentang anak kecil itu. Ucapan ayahnya yang menduga Zura hamil saat mereka berpisah, mulai dirasa masuk akal. Pasalnya usia Embun sama persis dengan lamanya mereka terpisah satu sama lain.Desahan-desahan terdengar sahut menyahut, memenuhi ruangan kedap suara yang menjadi tempat Edric dan Zura melampiaskan hasrat terpendam mereka untuk yang kedua kalinya."Ouhhhh ..." Zura menggeliat merasakan sesapan Edric yang silih berganti di kedua bukit kembarnya. Peringatan bahwa dia sudah memiliki suami, ternyata tidak mempan bagi Edric. Pria itu justru menantang Zura yang jelas-jelas begitu gampang luluh jika sudah urusan ranjang. Tadi Edric sempat menyentuhnya sedikit, kemudian menjauh
Kelopak mata Zura tanpa sadar bekedip sebanyak dua kali mendengar ucapan Edric. Membesarkan Embun bersama-sama? Maksudnya apa? Jangan bilang dia sudah tau kalau Embun adalah darah dagingnya. How come?“Ma-maksud-nya?” tanya wanita itu setelah menelan ludahnya dengan ketara.Edric sengaja tidak langsung menjawab. Dia menangkap sedikit reaksi gugup dari wanita yang masih berada di bawah tubuhnya. Semakin lama dia diam, semakin gusar kedua bola mata indah milik perempuan itu.“Selama suamimu berada di luar negeri, saya ingin membantu kamu mengurus Embun.” Yap! Kecurigaan Edric semakin besar melihat ekspresi Zura yang terlihat tidak tenang. Tapi tunggu dulu, dia tidak berencana mengeksekusi ini sekarang. Dia masih belum mempunyai bukti yang valid.Tahu-tahu Zura mengalungkan kedua tangannya lagi di leher Edric dan gadis itu memberi senyum yang teramat manis kepadanya. “Apakah kerjaan kantor masih kurang banyak sampai-
Zura sudah tidak memperdulikan klakson mobil yang saling beradu di belakangnya. Dia melintasi mobil demi mobil tanpa memikirkan keselamatan lagi. Jarum spidometer sudah berpindah ke sebelah kanan. Zura benar-beran memacu mobilnya dengan sangat kencang. Jika kakeknya sudah sengaja membawa Embun, itu artinya ada kesalahan fatal yang sudah dia perbuat. Sambil tetap menjaga kestabilan kecepatan mobilnya, Zura mencoba menebak apa yang menjadi penyebabnya. Apakah kakeknya tau kalau dia dan Edric tidur besama siang ini?Semakin berdebar karena dugaannya sendiri, Zura semakin tidak sabaran untuk bertemu dengan putrinya. Dia tau sang kakek memang tidak akan melukai Embun. Embun adalah cucu kesayangan laki-laki yang sudah berkepala tujuh itu. Yang membuat Zura khawatir adalah, sesuatu hal yang menjadi alasan kakeknya mengambil Embun darinya.Biasanya dia membutuhkan waktu hampir satu jam membelah jalan raya untuk sampai di apartemen sang kakek. Namun sekarang, dia bisa mel
Zac sedang ada meeting internal bersama tim controller saat Zoey mengirim sebuah pesan kepadanya. Fokus Zac langsung teralih karena wanita itu mengiriminya tiga buah pesan.'Zac, kau lagi meeting ya?''Masih lama kah?''I need your help.'Membaca pesan terakhir, Zac pun langsung menekan tombol panggil sambil keluar dari kursinya. Terdengar bunyi tut sebanyak tiga kali, kemudian suara Zoey terdengar di seberang."Kenapa?" tanyanya dengan nada rendah. Dia sudah berada di luar ruangan."Zac, aku ganggu ya?""Kenapa, Jo? Buruan, aku masih meeting.""Tamu bulananku datang dan kayaknya nembus. Aku nggak punya cadangan dalaman dan rok di sini. Help." Suara Zoey terdengar gelisah dan kalut."Kenapa bisa lupa tanggal sih?" Udara bebas seakan berhasil mengirimkan sinyal kekhawatiran Zoey kepada Zac. Kaki panjang pria itu bergerak cepat menuju lift. Sampai melupakan kalau dia belum berpamitan secara resmi dari tengah-tengah rapat.