Hari Sabtu berganti Minggu, kemudian Senin datang tanpa aba-aba. Satu hari terlewat begitu saja seperti tanpa makna. Setidaknya itulah yang dirasakan Edric. Zura benar-benar tidak berniat berkunjung ke rumahnya untuk membawa Embun. Padahal Chalondra sudah bela-belain ikut menelepon. Zura si keras kepala. Itulah julukan baru yang diberikan Edric untuk wanita dari masa lalunya itu.
Hari ini adalah hari pertamanya kembali bekerja setelah satu minggu lebih melakukan perjalanan ke Dubai. Zac, si Operational General Manajer dan Zoey yang adalah Finance General Manajer, kini sedang berada di ruangannya untuk melakukan briefing pribadi. Seperti yang dikatakan Zac hari Sabtu kemarin, dia harus menyerahkan laporan selama dia menjadi penanggung jawab Edric. Dia harus menjelaskan semuanya dengan rinci, agar Edric tidak melewatkan apapun. Begitu juga dengan Zoey yang wajib melaporkan tentang keuangan perusahaan kepada sang direktur.
Sekitar setengah jam kemudian, Zac dan Zoey kel
Sudah kah kamu nge-vote hari ini?
“Selamat pagi, Bapak-bapak … perkenalkan, saya Zura, perwakilan dari Galaxy Group.” Suara lembut dan merdu Zura menarik jiwa Edric dan Hendry kembali ke dunia nyata. Tampaknya mereka sempat kebingungan sendiri dengan situasi yang terjadi sekarang. Bukan haya Hendry yang khawatir Zura akan mengenalinya, tapi Edric juga. Apakah Zura masih mengingat peristiwa lima tahun yang silam? Jika iya, tentunya dia akan mengenal Hendry dan bereaksi saat melihat pria itu untuk yang pertama kalinya tadi. Tapi nihil. Zura malah menunjukkan senyum manisnya kepada mereka berdua. “Silakan duduk, Ibu Zura.” Edric membuat gerakan seperti mempersilakan Zura duduk di kursi yang ada di hadapan mereka. Sedikit tergelitik dengan sebutan yang dia pakai untuk menyebut nama wanita itu. ‘Ibu Zura’. Lucu juga ya, mengingat mereka selalu bertemu dalam dua koindisi yang berbeda seperti hari ini dan malam minggu yang lalu. Zura berhasil membuat dirinya seperti dua pribadi yang berbeda. Zura as Embun m
Hasrat Edric sudah berada di puncak. Bayang-bayang wajah Embun yang kalau dipikir-pikir memang ada kemiripan dengannya, membuat Edric tidak berhenti berpikir sejak malam minggu kemarin.Saat Zura keluar dari ruang rapat tadi, Edric tiba-tiba tidak rela karena dia belum juga membahas tentang anak kecil itu. Ucapan ayahnya yang menduga Zura hamil saat mereka berpisah, mulai dirasa masuk akal. Pasalnya usia Embun sama persis dengan lamanya mereka terpisah satu sama lain.Desahan-desahan terdengar sahut menyahut, memenuhi ruangan kedap suara yang menjadi tempat Edric dan Zura melampiaskan hasrat terpendam mereka untuk yang kedua kalinya."Ouhhhh ..." Zura menggeliat merasakan sesapan Edric yang silih berganti di kedua bukit kembarnya. Peringatan bahwa dia sudah memiliki suami, ternyata tidak mempan bagi Edric. Pria itu justru menantang Zura yang jelas-jelas begitu gampang luluh jika sudah urusan ranjang. Tadi Edric sempat menyentuhnya sedikit, kemudian menjauh
Kelopak mata Zura tanpa sadar bekedip sebanyak dua kali mendengar ucapan Edric. Membesarkan Embun bersama-sama? Maksudnya apa? Jangan bilang dia sudah tau kalau Embun adalah darah dagingnya. How come?“Ma-maksud-nya?” tanya wanita itu setelah menelan ludahnya dengan ketara.Edric sengaja tidak langsung menjawab. Dia menangkap sedikit reaksi gugup dari wanita yang masih berada di bawah tubuhnya. Semakin lama dia diam, semakin gusar kedua bola mata indah milik perempuan itu.“Selama suamimu berada di luar negeri, saya ingin membantu kamu mengurus Embun.” Yap! Kecurigaan Edric semakin besar melihat ekspresi Zura yang terlihat tidak tenang. Tapi tunggu dulu, dia tidak berencana mengeksekusi ini sekarang. Dia masih belum mempunyai bukti yang valid.Tahu-tahu Zura mengalungkan kedua tangannya lagi di leher Edric dan gadis itu memberi senyum yang teramat manis kepadanya. “Apakah kerjaan kantor masih kurang banyak sampai-
Zura sudah tidak memperdulikan klakson mobil yang saling beradu di belakangnya. Dia melintasi mobil demi mobil tanpa memikirkan keselamatan lagi. Jarum spidometer sudah berpindah ke sebelah kanan. Zura benar-beran memacu mobilnya dengan sangat kencang. Jika kakeknya sudah sengaja membawa Embun, itu artinya ada kesalahan fatal yang sudah dia perbuat. Sambil tetap menjaga kestabilan kecepatan mobilnya, Zura mencoba menebak apa yang menjadi penyebabnya. Apakah kakeknya tau kalau dia dan Edric tidur besama siang ini?Semakin berdebar karena dugaannya sendiri, Zura semakin tidak sabaran untuk bertemu dengan putrinya. Dia tau sang kakek memang tidak akan melukai Embun. Embun adalah cucu kesayangan laki-laki yang sudah berkepala tujuh itu. Yang membuat Zura khawatir adalah, sesuatu hal yang menjadi alasan kakeknya mengambil Embun darinya.Biasanya dia membutuhkan waktu hampir satu jam membelah jalan raya untuk sampai di apartemen sang kakek. Namun sekarang, dia bisa mel
Zac sedang ada meeting internal bersama tim controller saat Zoey mengirim sebuah pesan kepadanya. Fokus Zac langsung teralih karena wanita itu mengiriminya tiga buah pesan.'Zac, kau lagi meeting ya?''Masih lama kah?''I need your help.'Membaca pesan terakhir, Zac pun langsung menekan tombol panggil sambil keluar dari kursinya. Terdengar bunyi tut sebanyak tiga kali, kemudian suara Zoey terdengar di seberang."Kenapa?" tanyanya dengan nada rendah. Dia sudah berada di luar ruangan."Zac, aku ganggu ya?""Kenapa, Jo? Buruan, aku masih meeting.""Tamu bulananku datang dan kayaknya nembus. Aku nggak punya cadangan dalaman dan rok di sini. Help." Suara Zoey terdengar gelisah dan kalut."Kenapa bisa lupa tanggal sih?" Udara bebas seakan berhasil mengirimkan sinyal kekhawatiran Zoey kepada Zac. Kaki panjang pria itu bergerak cepat menuju lift. Sampai melupakan kalau dia belum berpamitan secara resmi dari tengah-tengah rapat.
Jeff refleks menjauh dari Zoey, sedangkan perempuan itu masih tetap di posisinya. Jeff masih waras untuk tidak berurusan dengan Zac, dia sama gilanya seperti Edric. Namun entah kenapa Jeff masih berani menggoda Zoey, anak perempuan dari konglomerat yang bernama Dominic Ethan Louis tersebut. Zac melangkah masuk ke dalam dan menghampiri kedua orang itu. Tidak bisa menyembunyikan kalau dia sedikit tidak menyukai Jeff. “Sepertinya jam segini pekerjaan Pak Jeff sudah selesai.” Sindirnya dengan wajah yang mulai mengeras. "Ehm, mohon maaf, Pak. Saya hanya ingin menyapa ibu Zoey sebentar." Jeff menjawab dengan santai. Kedua tangannya kini sudah berada di dalam saku celana. "Bukankah ini masih jam kerja?" "Zac." Zoey menegur pelan. Keningnya sedikit berkerut melihat tingkah kembarannya yang sangat tidak terpuji. "What?" Zac menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan malasnya. "Aku yang minta tolong dia ke sini untuk melakuka
Edric dan Zac dengan cepat berlari keluar dari ruangan. Langkah cepat kaki-kaki panjang mereka yang nyaris berlari kecil membuat semua perhatian tertuju kepada mereka.Kesehatan seorang Chris Ellordi memang sudah tidak sebaik dulu lagi. Di usianya yang sudah sangat renta, yakin delapan puluh enam tahun, Chris sudah lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Dia menjadi cepat lelah sejak dia berhenti total dari perusahaan. Mungkin, yang kesehariannya bekerja full time dan mobilitasnya tinggi, tiba-tiba tidak mengerjakan apapun, sangat wajar memang, jika onderdil-onderdil di dalam tubuhnya mulai kehilangan tenaga.Edric menghampiri mobilnya dan langsung mengambil tugas di balik kemudi. Zac duduk di sebelahnya dan memasang seatblet.Tiba-tiba pintu belakang terbuka. Edric dan Zac spontan melihat siapa yang baru masuk. Zoey!"Kalian mau ke mana? Kenapa seperti terburu-buru sekali??" Zoey bertanya dengan wajahnya yang terlihat keheranan. Tadi, di
"Kenapa bisa??" Zoey menatap Edric dan Zac secara bergantian, seperti menuntut penjelasan. Irama jantungnya sudah mulai terpengaruh. "Kita juga belum tau, Jo, tadi papa cuma bilang opa nggak sadarkan diri," jawab Edric tenang seraya menginjak pedal gas dan memutar setir mobilnya untuk membuat tunggangan mahal itu berjalan. "Serius? Aku telepon mama deh!" "Don't!" Zac tiba-tiba menoleh ke belakang dan menatapnya tajam. "Kau tidak berpikir apa yang dirasakan mama sekarang?" Zoey langsung urung mengambil ponsel dari dalam tasnya. Benar juga, mama Cha-nya pasti sangat kalut sekarang. Tentang opa Chris yang sudah sering sakit memang bukan hal yang baru lagi, tapi belum pernah sampai tidak sadarkan diri seperti ini. Pada akhirnya mereka bertiga tenggelam dalam diam. Sama-sama sedang memikirkan apa yang terjadi di rumah sakit sekarang. Bagaimana kondisi opa Chris? Bagaimana perasaan oma Amber dan mama Chalondra? Ketiganya seperti mengalam