Home / Romansa / His Dangerous Secret / 5. Yang Edric mau.

Share

5. Yang Edric mau.

Author: Oot
last update Last Updated: 2022-02-10 21:24:34

Pencarian akan Zura ternyata menjadi sebuah misi yang membuat produktifitas Edric di perusahaan menjadi sedikit terganggu. Dia dan Hendry sibuk mendatangi rumah orang-orang yang dianggap mengenal dan dikenal Zura di masa lalu. Mereka ke rumah orang tua Zura yang dulu dan juga ke apartemen yang diberikan Edric untuknya. Keluar masuk sana sini namun tidak ada yang bisa memberikan petunjuk yang berarti. 

Edric malahan semakin dibuat bingung dengan adanya saksi yang mengatakan bahwa sebelum Zura meninggalkan apartemen, gadis itu sering membawa laki-laki masuk ke dalam apatemennya. Tak pelak perasaan Edric bagai dihantam batu seberat 1 ton. Apakah Zura berselingkuh?

Dan saat pertanyaan konyol itu muncul dalam benaknya, Edric seketika tersenyum miring. Selingkuh? Bukankah Edric sendiri yang menyudahi hubungan mereka?

*****

Bulan berganti tahun. Edric tetap menjalani kehidupannya yang sedikit banyak sangat terpengaruh atas kepergian Zura. Dia benar-benar berhenti bermain perempuan. Dia semakin pendiam dan dingin. Dia tidak ingin berlama-lama meeting dengan siapa pun. Dia semakin membenci Patricia, tunangannya. Dan satu hal yang semakin menjadi adalah, kecintaannya terhadap alkohol.

Malam ini, tahun ke empat setelah dia benar-benar tidak bisa menemukan Zura. Dia berada di sebuah club yang sudah menjadi langganannya di tahun-tahun terakhir. Adik kandungnya, Zac, ikut menemani waktu minumnya seperti biasa.

“Jangan terlalu banyak, Brother. Kau lupa besok ada flight ke Dubai?” Zac menegur karena sang kakak sudah terlihat mulai teler.

“Ini masih sedikit, biasanya aku minum lebih banyak dari ini.” Edric meracau sambil menatap gelas wine-nya. Dia tiba-tiba tertawa kecil karena bentuk gelas tersebut gemuk di atas, kemudian kurus di bawah. “Lucu,” celetuknya.

Zac menggelengkan kepala malas. “He’s literally hangover. Aku harus siap-siap diamuk papa lagi,” gumamnya pada dirinya sendiri.

“Zura … is that you?” Tiba-tiba Edric menarik lengan salah seorang pengunjung wanita yang melintas di depan table mereka. Alhasil gadis itu terjatuh di atas pangkuannya.

“Kurang ajar!” Gadis itu langsung berdiri dengan sigap dan menabok Edric dengan clutch yang ada di tangannya. Ouch!!

“Ha-ha-ha-ha. Ya ya, kau bukan Zura-ku. Zura tidak kasar sepertimu.” Edric mengejek sambil menjulurkan lidahnya. Persis seperti anak kecil. Beruntunglah dia, club ini sedang remang-remang, sehingga gadis tadi tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Kalau tidak, akan panjang urusannya.

“Zura again. Sudah empat tahun, kau belum move on juga. Ck.” Zac menatap Edric nelangsa. Dia juga sudah tahu perihal gadis yang menghilang dari kehidupan sang kakak. Gadis yang sudah berhasil merubah kehidupan Edric seratus delapan puluh derajat. 

“I have no idea bakal sampai kapan kau seperti ini. Selama gadis itu belum ketemu, kau akan semakin hancur. Hari demi hari.” Zac berbicara dengan pelan dan lambat. Dia tau Edric masih bisa mendengarnya sekalipun pria itu tidak bisa mencerna dengan sepenuhnya. “Bisakah kita membuat sayembara saja untuk mencari Zura Taniskha ini? Aku tidak tahan menjadi samsak papa setiap malam.” 

“Sayembara?” Kan? Pria mabuk itu menyeletuk. “Kau mau kupentung?? Itu bisa membuat Zura semakin menjauh, jika dia tau sedang dalam pencarian,” lanjutnya dengan suara yang sedikit parau.

“Jadi kau akan mencari terus tanpa adanya petunjuk? Kenapa kau tidak memakai power papa sekalian?”

“Karena jika papa tau aku mengabaikan tunanganku karena mencintai perempuan yang sudah lenyap, bisa-bisa aku dipasung di kamar mandi. Oh come on Zac, think!”

Zac jadi garuk-garuk kepala. Bukannya tidak berpikir ke sana. Tapi menurut Zac, pencarian Edric selama ini terkesan jalan di tempat. Hal itu mungkin dikarenakan orang-orang Edric masih belum secanggih dan se-pro para tangan kanan ayah mereka.“

Barangkali kau bisa mengatakan kalau Zura adalah karyawan kita yang hilang, sehingga kau harus meminta bantuan papa? Kan bisa jadi?

“Tidak semudah itu. Ah sudahlah. Aku ingin tidur dulu.”

*****

Keesokan paginya, Dominic dan Chalondra terlihat sedang bersantai di ruang keluarga ketika suara gedebuk terdengar di lantai atas. Mereka langsung saling bertukar pandang dan sama-sama menggeleng kecil.

“Anakmu, Dad,” celetuk Chalondra sambil mengganti chanel tivi berbayar dengan remot yang ada dalam genggamannya.

“Seperti bukan anak kamu saja.”

“Dia mabuk-mabukan karena Daddy. Mau sampai kapan dia seperti itu terus?” 

Dominic yang sedang bersantai di kursi goyang sambil membaca koran pagi hanya berdecak. “Bisa kamu jelaskan arti dari kata-katamu itu, Nyonya?”

“Nggak usah pura-pura bego. Daddy tau ‘kan dia lagi ada problem? Kalau enggak kenapa juga dia mabuk-mabukan terus?”

“Problem apa? I have no idea, Cha.”

Chalondra memicingkan kedua matanya, melihat suami tuanya tanpa selera. “Lying. Buktinya  Daddy menyimpan foto gadis kecil itu. I know.”

“Kamu juga tau??” Dominic refleks menurunkan korannya. Wajahnya sedikit terkesima. Sang istri merespon dengan menggendikkan bahunya. Paling malas kalau Dominic sudah main kucing-kucingan begini.

“Kamu tau dari mana?” Dominic sudah bergerak dari kursi santainya dan mendekati Cha.

“Aku ini ibunya. Ya wajarlah aku tau.”

“Apa bedanya dengan saya ayahnya, Chalondra?”

“Lah iya. Daddy buktinya tau. Dad tau dari mana hayo? Jujur!”

Dominic yang sudah tua renta itu tentu saja langsung kaget saat dibentak. Chalondra memang masih seperti dulu, saat dia belia. Masih suka teriak-teriak kepadanya. Namun kepada orang lain, wanita itu begitu lembut dan anggun. Sama sekali tidak seperti induk singa yang suka mengaum kepadanya.

“Kamu ‘kan tau saya punya banyak mata-mata. Sebenarnya saya sudah tau mereka dekat sejak gadis itu mulai bekerja di perusahaan.”

Kedua mata Chalondra langsung membesar. “Tapi Daddy nggak kasih tau aku, gitu?!”

Baru juga Dom ingin membuka mulut, tiba-tiba Chalondra sudah memotong lagi. “Dan Daddy masih tega jodohin dia dengan Patricia?? Jahat banget!!” Kali ini remot yang ada di tangan Cha sudah singgah di lengan Dominic dan menggebukinya berkali-kali. “For God sake! Anak sudah punya pacar tapi kenapa masih dijodoh-jodohin! Waktu itu aku kira dia sama sekali belum ada teman dekat makanya setuju sama rencana Daddy!”

“The problem is, anak kamu itu playboy, Chalondra! Edric sama sekali tidak berniat untuk mengajak mereka serius, termasuk gadis kecil itu. Lantas mau sampai kapan kita menunggu?!”

“Kenapa nggak ditanya dulu sebelum dijodohkan?”

“Sudah dan dia sendiri yang bilang tidak sedang terikat dengan siapa-siapa.” Dominic mendengus kesal mengingat obrolannya dengan Edric sekitar lima tahun yang lalu. Saat dia memutuskan untuk menerima ajakan perjodohan dari kolega bisnis mereka.

Kini Chalondra memijit kepalanya sambil mendesis. “Kan? Aku bilang juga apa. Jiwa playboy Daddy dulu pasti udah nurun ke dia!”

“Siapa bilang saya playboy?”

“Daddy yang ngaku waktu pedekate sama aku!”

“Kapan saya bilang?” Dominic masih tidak terima.

“Oh, Chalondra siyi sidih limi tidik tidir dingin pirimpiin, bla bla bla,” cibir Cha sambil menirukan kalimat Dominic yang masih sangat dia ingat jelas sampai saat ini. Kalimat rayuan yang begitu sering diucapkan Dominic saat mereka melakukan dosa yang terindah. 

“Ha-ha-ha-ha!!” Tawa Dominic menggelegar. Chalondra mengingatkannya akan masa-masa indah pendekatan mereka dulu. Dimana jiwanya selalu bergejolak melihat gadis kecil yang blak-blakan setiap kali berbicara. Gadis cantik, lucu, imut, menggemaskan, menggetarkan hati, menggairahkan. Dominic benar-benar merindukan masa muda mereka.

“Ih, kok malah ketawa sih, Dad? Aku serius ini. Kita harus gimanain si Edric? Aku nggak mau loh ya dia nyakitin dirinya sendiri, nyakitin Patricia juga. Daddy bantu kek!”

“Cha … dia sudah dewasa. Trust me.” Dominic menjawab tenang. Kembali ke mode dimana Chalondra selalu berhasil terdiam untuk mendengarnya. Sorot matanya yang berbinar, mengikat netra Chalondra dengan kuat sehingga wanita itu kembali terhipnotis.

"Hanya dia yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari masalah apa pun. Kita hanya membantunya lewat saran dan masukan. Patricia adalah campur tangan saya yang pertama dan yang terakhir untuk urusan percintaan dia. Itu pun karena khawatir dia akan kehilangan arah dalam pergaulannya. Tapi apa? Useless. Dia bahkan mengabaikan Pat sampai sekarang. Lantas sekarang kamu mau kita membantunya untuk menemukan gadis itu juga? Big no! Dia tidak akan bisa menghargai sesuatu yang dia dapatkan dengan mudah. Mari kita melihat sejauh mana dia mau berjuang untuk mendapatkan apa yang dia mau.” Dominic menjeda sebentar.

“Lagian …” Dominic kembali melanjutkan. Chalondra masih tetap terdiam. “Kita harus mengingat perjanjian yang sudah kita sepakati dengan keluarga Robbie. Entah bagaimana pun hubungan Patricia dan Edric  nantinya, mereka harus tau bahwa kita mendukung perjodohan ini.”

Chalondra menghembuskan nafasnya dalam diam. Mendengar Dom menyebutkan nama keluarga Robbie membuat dia sadar bahwa pemikirannya yang tadi adalah sebuah kesalahan. Berniat untuk membantu Edric menemukan pujaan hatinya alih-alih mendukung Patricia yang sudah setia mendampingi puteranya selama lima tahun belakangan. 

“Baiklah, Dad. Aku ikut Daddy aja,” ucapnya sedikit gamang. 

“Good. Come, hug me.”

Chalondra menurut saja masuk ke dalam dekapan hangat suaminya. Pelukan yang selalu berhasil menetralisir semua hal yang berkecamuk di dalam pikirannya. Aroma tubuh Dom tidak pernah berubah sejak dulu. Begitu maskulin. Segar dan menenangkan.

“Kita nggak akan bikin dia sama seperti kita dulu ‘kan, Dad?” 

“Saya tadi sudah bilang, Cha. Biar Edric yang menentukan jalannya sendiri. Jika dia sudah menetapkan hatinya, tenang saja, saya tidak akan mempersulit apa pun. Tapi yaaaa, anak kamu itu masih labil. Empat tahun dia menyiksa diri tanpa berniat keluar dari masalahnya. Dia kira mabuk-mabukan bisa menyelesaikan semuanya? Dulu saya bisa menyuap orang-orang kepercayaan papa Chris yang menjaga kamu selama satu tahun kita backstreet. Kamu saja tidak sadar ‘kan kalau kamu selalu diawasi? Kenapa saya bisa tau? Ya karena saya cari tau. Nah, anak kamu itu belum se-berani saya waktu muda dulu. Saya tidak tau apa yang sedang dia tunggu.”

“Mungkin dia takut Daddy marah? Atau karena dia sudah punya tunangan makanya nggak berani bertindak jauh?”

“Yes dan sesungguhnya itu bukanlah tindakan yang gentleman. Sebagai seorang laki-laki sejati, kita harus tau apa yang kita inginkan dan kita harus berani memperjuangkannya, Cha. Whatever it takes.”

Chalondra melepaskan dirinya dari pelukan Dom dan menatap suaminya, “Whatever it takes? Semisal pertunangan dia batal dan hubungan keluarga kita dengan keluarga Robbie renggang? Tidak masalah?”

Dominic mengangguk pasti. “Asal tujuan dia kedepannya jelas. Tidak terombang-ambing seperti ini. Saya hanya ingin melihat dia berjuang, Cha. Karena usia kita tidak akan lama lagi. Dia akan menjadi panutan untuk adiknya Zac dan Zoey. Dia harus bisa menentukan yang terbaik, minimal untuk dirinya sendiri. Berharap gadis itu kembali namun tidak bisa tegas melepaskan Patricia? Serakah.”

“Hm … apa kita terlalu memanjakan dia selama ini?” Chalondra tiba-tiba merasa demikian. Karakter Edric jelas jauh sekali dengan Dominic yang straight to the point. Dulu Dom bahkan berani mati menghadap Chris.

“Sudah, tidak ada gunanya menyesali yang sudah berlalu. Semuanya masih bisa diperbaiki semisal pun itu benar. Makanya saya bilang ke kamu, kita lihat saja apa yang dia mau. Dia pasti bisa menangani ini. Saya sangat yakin.”

Chalondra hanya mengangguk tanpa menjawab apa-apa. Lagian dari arah tangga sudah terdengar derap langkah seseorang. Sudah pasti itu adalah Edric.

“Hei, kalian bermesraan terus.” Sebuah tangan yang lebar memeluk kedua insan tersebut dari balik sandaran sofa. Aroma wangi-wangian yang biasa dipakai Edric tersebar memenuhi seluruh ruangan keluarga. 

“Hei, Dude! Kamu mabuk lagi tadi malam. Mau sampai kapan kamu akan mengabaikan nasehat kami?” Dominic seperti biasa langsung menegur puteranya. 

“Aku hanya ingin sedikit hiburan sebelum perjalanan bisnisku hari ini, Pa.” Edric memijit kedua bahu Dominic dengan semangat supaya ayahnya tidak memuntahkan amarah yang lebih lanjut.

“Siapa yang menjamin kamu tidak akan mabuk selama di Dubai?”

“Papa bisa tanya Calvin. Sepupuku itu tidak pernah berbohong ‘kan kepada Papa dan Mama?” Edric dengan entengnya membawa-bawa Calvin, putera dari om-nya Brandon. Sebagai penerus Cakrawala Paper, Calvin juga memiliki jadwal kunjungan tetap ke Dubai sama seperti Ed. Mereka selalu datang untuk memantau bisnis yang dikembangkan Dominic dan juga Brandon dulu. Setidaknya mereka akan flight dua kali dalam setahun dan menghabiskan waktu satu minggu di sana.

“Dengar, Dude. Usiamu sudah tiga puluh lima. Berhenti melakukan hal yang tidak berguna. Kesehatanmu juga penting untuk dijaga, supaya nanti bisa tetap bugar meski sudah memasuki usia senja.”

“Supaya seperti Papa, begitu?” Edric masih bertanya dengan kesan bercanda. Senyumnya terkembang sampai kedua matanya nyaris hilang. Persis seperti Chalondra setiap kali tertawa.

“Yes and for you family too. Kalau papa sudah tidak ada saat kamu masih kecil, masih remaja dulu, mau jadi apa kamu? Hah?”

Chalondra refleks menepuk paha Dominic agar memelankan suaranya. “Ssstt, Dad. Pelan-pelan aja ngomongnya, Edric pasti paham kok.”

“It’s oke, Mom. Aku memang ingin mendengar amukan Papa pagi ini. Karena aku akan ke Dubai selama satu minggu dan aku pasti merindukan omelannya.”

BUKK!!

“Auchh!! Tinju Papa ternyata masih oke juga. Ha-ha-ha-ha.” Edric sempat terkejut saat tinju Dominic tiba-tiba mendarat di perutnya. Namun untung saja dia sudah sering body building, sehingga tinjuan itu tidak terlalu menyakitinya. Malahan kini dia dan Dom sama-sama tertawa menyadari tenaga laki-laki tua itu ternyata masih lumayan.

“Papa dan mama serius, Dude. Pikirkan masa depanmu dari sekarang. Kami akan mendukung apa pun yang menjadi pilihanmu.” Dominic beralih ke mode serius. Sama seperti menatap Chalondra, dia juga menatap Edric dengan tulus untuk menyampaikan pesannya. 

“Siap delapan enam, komandan!”

“Take care selama di Dubai, Ed. Mama papa will miss you.” 

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • His Dangerous Secret   102. Happy ending (Tamat)

    Pernikahan Edric dan Zura adalah salah satu perhelatan akbar di kalangan para pebisnis di tahun ini. Resepsi mereka sampai diliput oleh banyak awak media baik dari tv swasta maupun tv milik pemerintah. Kisruh yang terjadi antara keluarga Edric dan Zura, yang sempat mencuat di hadapan publik membuat hadirin bertanya-tanya bagaimana semuanya bisa berakhir di pelaminan seperti ini. Dan tentu saja tidak ada yang perlu dijelaskan karena tidak semua orang perlu mengetahui apa yang terjadi di antara Edric dan juga Zura.Acara resepsi berlangsung cukup lama. Semua orang berbahagia, terutama keluarga Louis dan juga Ellordi. Acara ini juga bagaikan sebuah reuni untuk semua rekan-rekan bisnis Chris, Dominic dan juga Brandon. Chalondra dan juga Janice tak kalah heboh dengan istri-istri pejabat yang mereka kenal. Embun tak kalah menjadi sorotan. Sejak acara pemberkatan hingga resepsi, dia selalu berada di antara kedua orang tuanya. Bahkan Edric ikut memasangkan cicin kecil di jari manis Embun set

  • His Dangerous Secret   101. Menjelang pernikahan.

    Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Heidy sibuk bukan main. Tiada hari tanpa pergi ke sana-sini. Bukan hanya Heidy, keluarga calon pengantin juga tidak kalah sibuk. Sibuk jahit baju untuk seragam di hari H nanti. Satu minggu terakhir, undangan sudah ready dan siap untuk dibagikan. Semua orang berpencar untuk mengantar semampunya. Entah kenapa, semakin tinggi status sosial kalian, semakin kurang pantas jika mengundang hanya lewat panggilan telepon. Dominic dan Chalondra berkeliling ke rumah-rumah maupun ke kantor-kantor rekan bisnis Inti Global. Berbagi dengan Zac dan Zoey. Sedangkan Edric dan Zura, menyebarkan undangan ke teman-teman sejawat yang masih stay di Jakarta.“Oh My God. Ternyata ngurus nikahan akan sampai secapek ini.” Zac bergumam setelah mereka masuk ke dalam mobil lagi. Keduanya baru saja mengantar undangan untuk salah seorang investor. “Padahal bukan nikahan sendiri. Gimana kalau nikahan sendiri?” timpal Zoey.“Hm-m. Udah siap belum?”“Udah.” Zoey menjawab dengan

  • His Dangerous Secret   100. Bertemu Wedding Organizer.

    Dominic dan Chalondra menyambut rencana baik Edric untuk segera menikah dengan Zura. Memang itulah yang harus mereka lakukan sekarang. Apalagi sudah tidak ada alasan untuk menunda. “Kalau bisa secepatnya aja, Ed. Setelah itu kalian tinggal di sini.” Chalondra memberi saran. Mereka sedang sarapan pagi seperti biasa.“Kenapa harus tinggal di sini?” Edric langsung fokus pada ucapan Cha yang terakhir.“Memangnya kamu mau ninggalin mama, Ed?”Edric langsung tidak bisa berkata-kata. Diliriknya Zura yang menikmati sup ikannya dalam diam.“Percaya deh, mama bukan ibu-ibu resek yang bakal ngatur ini itu. Cukup mama atur papa kalian aja. Nggak usah takut kalau kalian tinggal di sini, kalian akan kehilangan privasi. Rumah ini terlalu besar untuk kita-kita saja. Lagian, mama sudah nyaman ada Embun di rumah. Kalau kalian pindah, rumah bakal balik sepi lagi.” Selera makan Cha sepertinya langsung hilang hanya membayangkan Embun akan meninggalkan rumah.“Udah, jangan bikin anak-anak mikir dulu, Cha.

  • His Dangerous Secret   99. Hon-Babe.

    Zura kembali ke kamar dan mendapati kedua belahan jiwanya sedang bermain di dalam kamar. Dominic dan Chalondra sudah menyerah untuk memisahkan mereka bertiga, karena pada akhirnya Edric akan selalu berakhir di kamar tamu, dimana Zoey dan Embun berada. Pagi harinya mereka tetap bergelung di dalam selimut layakya pasangan suami istri. “Sayang? Kamu dari mana?” Edric langsung menyadari kedatangannya.“Dari kamar kak Zoey.” Zura ikut naik ke atas kasur. Embun langsung melompat ingin memeluknya.“Anak mama belum tidur? Tadi katanya mau tidur sama papa?” tanya Zura dengan nada penuh kelembutan. Oh iya, sejak peristiwa itu, mereka melatih Embun untuk memanggil Edric dengan sebutan papa. Bukan om lagi. Dan sepertinya Embun sudah terbiasa sekarang. Bagaimana tidak? Edric memberinya pengertian dengan cara yang aneh bin ajaib.‘Pokoknya papa itu adalah laki-laki yang tidur dengan mama’. Simple dan Embun langsung mengerti, karena memang yang dia perhatikan setiap malam adalah mamanya tidur denga

  • His Dangerous Secret   98. Rencana surprise.

    Malam berlalu, Edric sama sekali tidak bisa tidur. Dia menjaga Embun yang sedang terlelap dan juga menunggu Zura terjaga. Yang lain jadinya memilih tidur di kamar ini juga. Ada yang tidur di sofa, ada yang menambah bed. Setelah percakapan mendalam tentang status Zoey, semuanya merasa lega karena ‘kembaran’ Zac itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan rumah. Juga banyak air mata yang berjatuhan karena rasa haru setelah semuanya terungkap. Kini semua orang tidur dengan pulas. Kini masalah yang tersisa adalah Morgan dan Radesh. Mereka akan memikirkannya setelah kembali ke kota besok.Zura Taniskha Wijaya … wanita yang selalu ada dalam hati Edric. Dulu, sekarang dan sampai mereka menua nanti. Tak sekalipun Edric merasa cintanya luntur. Bahkan saat mereka terpisah selama empat tahun lamanya, atau saat Edric tau Zura akan mengkhianatinya, dia tetap mencintai wanita ini. Edric tau Zura adalah wanita sederhana dengan hati yang lembut, yang tidak mungkin bisa membencinya. Kini mereka

  • His Dangerous Secret   97. Tangis rindu Embun.

    Ruang operasi terbuka dan sejumlah perawat mendorong hospital bad keluar. Edric, Zac dan Zoey langsung menghampiri dengan setengah berlari. Terutama Edric, langsung mengambil posisi di sisi kasur Zura karena ingin melihat wajah sang wanita itu. Pucat, jelas. Dan Zura masih dalam pengaruh obat bius. Dia masih belum siuman. Edric sangat tau itu karena dia pun mengalaminya kemarin lusa.“Gimana hasilnya, Dok?” Dia bertanya kepada Dokter sambil berjalan.“Operasi berjalan dengan baik, Pak. Mari ikut saya ke ruangan sebentar.”Edric mengangguk. Kemudian memberi kode kepada Zac dan Zoey agar mengikuti perawat sampai ke kemar Zura. Edric sudah memesan kamar persis di sebelah ruangan Embun. Hanya untuk malam ini saja, karena besok mereka akan pindah ke Cakrawala.Pembicaraan dengan dokter terbilang sebentar. Dua puluh menit setelahnya, Edric sudah kembali ke ruangan. Over all, operasi Zura berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala yang terlalu berarti. Setelah ini Zura akan siuman, setelah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status