"Ellis," I followed Ellis' gaze, and he was staring at the woman behind me. "Mate," My knees weakened as Ellis whispered the words. I took a step back. "Ellis, baby," I regained composure and went to him to get his attention. "Mate," he whispered again, ignoring me and looking at Charlotte. I could barely breathe, and all I did was step aside. Ellis took steps forward to her and slowly cupped Charlotte's crying face with trembling hands. "Hello, mate," No, no, no. I silently begged the moon goddess to wake me from this nightmare... *** Love Chasia is heartbroken when her boyfriend of ten years finds his mate and chooses her, forgetting the promise he made to stay by her side forever. The best and only option for her is to leave and never see him again, but what happens when she discovers she's pregnant? Five years later, they meet in a way they didn't expect. Now, he is her new boss. The passion, love, and lingering feelings they thought were buried come back with full force, especially now that she works in his company. Follow me on Instagram- authorSunshine97
ดูเพิ่มเติมBab 1
[Bang, semua uangnya 100 juta untuk biaya pelaminan dan konsumsi, dan untuk bikin seragam couple.] begitulah isi pesan, yang di kirim oleh Gita, adik iparku. Tak sengaja aku membacanya di ponsel suamiku, pada chat WA. Gita memang akan menikah, Ibu mertuaku meminta bantuan biaya pernikahan pada suamiku yaitu kakak kandung Gita. Aku menyetujuinya, sesuai kesepakatan dengan Bang Raka, kami akan memberi 20 juta itu pun hasil tabungan simpananku dari menulis di platform online. Setelah membaca pesan itu, aku menunggu Bang Raka pulang, karena dia masih indoapril untuk membeli sabun cuci muka dan pulsa. Aku harus bilang pada Bang Raka, jika aku tidak mau memberi sebanyak itu untuk pernikahan adiknya. 15 menit kemudian, Bang Raka tiba di rumah. Aku memberikan ponsel padanya dan meminta ia membaca pesan dari Gita. "100 juta? Dari mana kita uang sebanyak ini," ujar Bang Rafa, dan mengernyitkan dahinya saat membaca pesan itu. "Aku tidak mau Bang, jika sebanyak itu bilang pada Ibu dan adikmu!" aku meninggalkan Bang Raka yang masih termangu.**"Bang, aku ke rumah Rani dulu ya. Mau ambil baju yang ku jahit di tempat dia," ucapku pada Bang Raka, yang sedang asik menonton tv."Iya Far, hati-hati..." jawab Bang Raka. Aku pun pergi menggunakan sepeda motor kerumah Rani, untuk mengambil gamis yang ku jahit padanya. "Kamu gak jahit baju seragam couple di sini Git?" tanya Hani, teman Gita. Ternyata mereka sedang di sini juga, aku mengurungkan niat untuk masuk dan masih di balik pintu dengan sedikit mengintip tampak Mbak Rani juga tidak ada di dalam mereka hanya berdua. "Enggak lah Han, aku mau jahit seragam couple pernikahanku pada Designer yang terkenal di kota ini!" jawab Gita dengan pongah."Wah, pasti bagus banget seragam couple kalian nanti," "Tentu! Aku akan mengalahkan pestanya pernikahannya si Anna, karena resepsiku nanti lebih mewah. Gaun pengantinku saja khusus di rancang hanya untukku bukan sewaan!" ujar Gita. "Gak sabar deh lihat pernikahanmu nanti, oiya mbak iparmu Farah kamu sertakan tidak untuk baju couple?" tanya Hani, aku tahu dia sengaja bertanya seperti itu karena keluarga Bang Raka tak menyukaiku terutama Ibu dan Gita. "Enggaklah! Dia biar pakai baju yang dia punya, gak sudi mengajaknya untuk bikin seragam Couple. Dia itu kan norak banget," ujar Gita dan mereka berdua tertawa. Jadi mereka suka menggunjingku. "Mbak Farah, kenapa gak masuk?" Mbak Rani sudah ada di depanku, dan mengagetkan diriku."Iya Mbak, baru aja sampai!" jawabku. Mbak Rani mempersilahkanku untuk masuk, Gita dan Hani menatapku, mereka sedikit kikuk mungkin takut jika aku mendengar percakapan mereka barusan. Padahal memang aku sudah mendengarnya. "Mau ambil gamis ya Mbak," ujar Mbak Rani dan mengambil sebuah gamis di lemari kaca dan memasukkannya kedalam kantong kresek. "150 ribu," ujar Mbak Rani dan menyerahkannya padaku. Aku mengambil dompet dan membayarnya."Lihat deh, gamisnya aja murah!" bisik Gita pada Hani yang masih bisa ku dengar.Aku tak peduli dan pamit pergi dari situ. "Mbak Hani sebentar saya ambilkan bajunya," ujar Mbak Rani saat aku akan keluar dari rumahnya. **Sangat kesal aku, saat bertemu Gita. Sungguh sangat sombong! "Assalamualaikum..," aku mengucap salam saat baru masuk kedalam rumah, ternyata sudah ada Ibu mertuaku di ruang tamu bersama Bang Raka. "Kebetulan kamu sudah pulang Far, Ibu mau bicara sama kamu," ujar Bang Raka memintaku untuk bergabung. "Ada apa Bu?" tanyaku pada Ibu mertuaku. "Jadi gini, kalian pasti tahu lah ya, karena Gita juga sudah mengirim pesan tadi. Jadi uang yang harus kalian sumbang itu 100 juta untuk pernikahan Gita nanti!" ucap Ibu mertua dengan entengnya. "Maaf bu, aku tidak bisa!" jawabku, tentu saja gampang sekali meminta uang 100 juta pada kami. "Loh, gimana ini sudah bagian Raka. Semua saudaranya juga memberi sumbangan untuk pernikahan ini," Ibu mertuaku yang bernama Retno itu, menatapku tajam."Terlalu banyak untuk kami Bu, yang lain juga tidak 100 juta bukan?" aku tetap tidak mau."Raka, Ibu tidak mau tahu kamu harus memberi 100 juta! Semua keputusan ada padamu, bukan Farah!" tatap Ibu mertua nyalang padaku. Aku menggeleng dan menatap Bang Raka, semoga dia tidak menuruti kemauan Ibu. "Ibu tunggu besok uangnya!" Ibu mertuaku berlalu keluar, kebetulan rumah kami memang tidak terlalu jauh. "Far, tolong kamu berikan uang 100 juta pada Ibuku. Kamu kan punya simpanan!" Bang Raka sepertinya memihak pada ibunya. "Tidak Bang, aku tidak mau. Kenapa harus mengadakan resepsi mewah jika tidak mampu!" "Gita anak bungsu, dia juga kebanggaan Ayah dan Ibu. Karena bisa berkuliah, jadi kami harus membuat spesial pernikahannya," jawab Bang Raka."Tidak mau Bang! Mau spesial atau tidak. Jika menyusahkan sama saja pembuat masalah," aku berlalu ke dalam kamar, percuma berdebat dengan Bang Raka yang selalu membela keluarganya itu. Ponsel Bang Raka bergetar diatas kasur, kebetulan dia jarang membawa ponsel kemana-mana. Aku penasaran dengan cepat membukanya, dan Gita yang kembali mengirim pesan.[Jangan Abang buat resepsiku gagal, Mbak Farah itu banya uang simpanan, apa salahnya beri keluarga kita 100 juta. Jika Abang tidak mau bantu, Gita tak akan menganggap Abang lagi bagian keluarga ini!] pesan ini bernada ancaman, yang di kirim untuk Abangnya sendiri. Keterlaluan mereka, aku harus melindungi tabunganku di rekening mereka tak akan bisa memaksaku untuk mengambilnya." I just said it once in front of the little hybrid," Zephir snickered, carrying Adan and throwing him in the air. My son giggled, and I smiled, looking at him. " Where's your husband?" Asked Egon, frowning. " He went to the office, but he'll be back soon," I answered. Egon's phone beeped and hi
Harry chuckled, " Kidnapped?" " Yes," I told him everything that happened. " So what is your choice?" he asked. I didn't know either. I still loved Aerys but didn't want to be unfair to Chuck. " I don't know, Harry, I'm so confused, but I have to decide by dawn," " Choose Aerys," he sudden
Elizabeth I couldn't stop thinking about how I felt feeding from the alpha. It was like I was renourished, and my strength and feelings for him intensified. I sighed and continued to brush my hair. I joined Aerys in the bedroom; he was already ready to go outside. " Human breakfast?" he smiled at
I went to the shower and took a cold bath. Then, I snuggled in bed with her and pulled her closer to me. I woke up late the following morning. It was the first time I'd slept in, and I slept well. Elizabeth was already awake, watching me. " Good morning," I greeted her with a smile. She looked a
" Uncle, make sure everyone knows that Elizabeth is back and inform them of new developments," I said. He bowed and nodded. I dialed my sister, Love, who answered on the first ring. " Hey, brother," He was silent for a moment. " I saw her," I told her " Who?" " Elizabeth, I saw her when I
Elizabeth Drowsily, my eyes fluttered open, but I closed them because the sun was glaring right into them. Slowly, I opened them again. I winced at the throbbing headache I felt. I was in an unfamiliar room. Wait, no, it wasn't unfamiliar. I sat up in a panic. However, I heard something metallic. W
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
ความคิดเห็น