Share

Bab 3

Author: Natalie
Calvin mengatupkan bibir tipisnya rapat-rapat, menatap punggung Jessica yang menjauh. Kening tampannya berkerut sedikit. Entah mengapa, hatinya merasa gelisah.

Entah mengapa, dia selalu merasa Jessica berbeda dari sebelumnya.

Sindy memperhatikan ekspresi wajah Calvin, menggigit bibirnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Calvin, apakah Nona Jessica tadi nggak senang, makanya sengaja berkata seperti itu? Aku benar-benar nggak sengaja membuat media salah paham."

Calvin mengerutkan keningnya, matanya setengah menyipit.

Apakah … Jessica sengaja merajuk karena marah?

"Ini bukan salahmu, nggak perlu memedulikan dia."

Suara Calvin terdengar dingin, ekspresinya acuh tak acuh.

Sebagai istri Calvin, dia bahkan tidak ingin menghadiri penampilan putranya. Sebaliknya, dia malah merajuk, menyuruh Sindy datang. Jadi, dia harus menanggung konsekuensi sendiri.

Sudut bibir Sindy terangkat, matanya memancarkan sedikit perhitungan.

Urusan Calvin dan Sindy segera menjadi topik hangat yang memenuhi semua berita di media.

Meskipun Calvin sudah menghapus topik tentang dirinya dengan cepat, dampaknya tetap tidak kecil.

Rowan tentu saja juga melihatnya.

"Jadi ... apa kamu sudah memutuskan? Kamu benar-benar akan meninggalkan tempat ini, lalu pergi ke Kota Ronawa?" Rowan mengalihkan pandangan dari topik hangat di media sosial. Dia menaikkan alis. "Kalau begitu, aku akan membantu memusnahkan semua data-datamu di sini, sekalian menyamarkan jejak perjalananmu selanjutnya."

Pandangan Jessica tertuju pada topik hangat di media sosial, serta foto yang tertangkap kamera itu.

Calvin dan Sindy duduk di kursi penonton, saling tersenyum dengan Ricky yang baru saja selesai bermain biola di atas panggung.

Keluarga mereka tampak bahagia bersama.

Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa dulu saat putranya baru belajar bermain musik, Jessica-lah yang dengan susah payah menemaninya berlatih sedikit demi sedikit. Jessica-lah yang membuat Ricky tidak kehilangan semangat untuk terus mengasah kemampuannya.

Sekarang, semua orang mengatakan putranya mewarisi bakat seni dari Sindy.

Kebetulan, pada saat itu Sindy menyukai komentar tersebut.

Kemudian, dia langsung mengunggah postingan Twitter yang ambigu: [Pernah ada yang bertanya padaku, bisakah dua orang yang saling mencintai bersatu kembali setelah bertemu lagi? Sekarang jawabanku adalah, dua orang yang saling mencintai sejak awal sudah sempurna, nggak perlu bersatu kembali.]

"Ya." Jessica menarik pandangannya, lalu berkata dengan suara pelan, "Musnahkan saja semuanya."

Kota ini menyimpan kenangannya selama 25 tahun.

Namun, sebagian besarnya selalu tidak menyenangkan.

Kematian orang tuanya, kejatuhan Keluarga Sudarso, serta masa lalunya yang bergelora penuh cinta, yang akhirnya berakhir dengan menyedihkan.

Di tempat ini, selain Rowan dan rumah tua keluarganya, sudah tidak ada lagi yang akan Jessica rindukan.

Mungkin karena masalah yang sedang menjadi topik hangat itu terlalu menghebohkan.

Malam itu Jessica memesan makanan, tidak lagi memasak sendiri.

Dulu dia selalu merasa khawatir dengan kesehatan anaknya dan Calvin, jadi dia melakukan segalanya sendiri. Sekarang Jessica akan segera pergi. Calvin dan anaknya juga sering mengkritik masakannya.

Oleh karena itu, Jessica memilih restoran yang disukai Calvin dan anaknya.

Manusia memang begitu.

Ada kalanya mengikuti hati orang lain jauh lebih efektif daripada berusaha keras sendiri.

Sama seperti sup yang dia masak dengan susah payah. Itu tidak akan pernah sebaik sup dari restoran yang dipilih Sindy.

Kebetulan, Harto, Kakek Calvin, mengetahui masalah topik hangat yang beredar, lalu sengaja menelepon.

Setelah Calvin menutup telepon, dia terdiam sejenak melihat makanan yang tersaji di atas meja.

Jessica hanya menjelaskan dengan tenang, "Kamu dan Ricky menyukai restoran ini. Hari ini aku agak sibuk, jadi kebetulan bisa mencoba."

Kening Calvin berkerut.

Tiba-tiba, kata-kata Harto terngiang di telinga Calvin.

"Calvin, terkadang seseorang nggak boleh melihat bagaimana awalnya, tapi harus lebih banyak melihat hasil dan prosesnya. Kamu tahu sendiri bagaimana Jessica memperlakukanmu. Setelah dia menikah denganmu, dia akan memasak sup selama beberapa jam setiap hari ketika mendengarmu mengalami sakit perut. Dia sudah dimanja sejak kecil, tapi demi kamu, dia memasak sup sampai tangannya merah karena terbakar .... Dalam hidup ini, yang paling ditakutkan bukan penyesalan, tapi kehilangan kesempatan. Calvin, hubunganmu dengan wanita lain itu seharusnya sudah berada di masa lalu. Orang yang melihat dari luar tahu dengan lebih jelas. Yang paling ditakutkan adalah mencintai tanpa menyadari, lalu berakhir menyedihkan ...."

Cinta?

Dirinya dan Jessica selalu saling menghormati. Calvin mengetahui dengan jelas bahwa semua yang dilakukan Jessica adalah demi status sebagai istrinya. Dari mana adanya cinta?

Namun, ketika melihat makanan mewah yang tersaji di depannya, Calvin tiba-tiba merasa gelisah.

Jessica mencintainya, tetapi dia bahkan tidak ingin memasak lagi?

Atau ... dia masih merajuk karena masalah Sindy?

Ricky juga mengerutkan kening kecilnya. Meskipun dia sangat menyukai restoran ini, Jessica yang dulu tidak akan begini. Dia akan selalu memasak makanan mereka sendiri.

'Apakah Ibu nggak mau memasak karena masih merajuk?' pikir Ricky.

'Kenapa dia selalu begini? Karena hal kecil, dia menyerang Ayah dan Bibi Sindy. Kenapa dia nggak bisa pengertian seperti Bibi Sindy?' batin anak itu.

Ricky mengatupkan mulut kecilnya, tetapi tetap makan dengan patuh meski terpaksa.

Tidak lama kemudian, di meja makan, Calvin tiba-tiba berkata dengan acuh tak acuh, "Besok ... aku harus menemani Sindy untuk pemeriksaan lanjutan."

Beberapa waktu lalu, Sindy mengalami cedera pergelangan kaki karena pertunjukan di panggung.

Meskipun cederanya tidak serius, dia tetap harus diperiksa.

Tidak seorang pun mengetahui bagaimana perasaan Jessica ketika suaminya mengatakan akan menemani wanita lain di depannya.

Namun, Jessica sudah merasakannya bertahun-tahun.

Jessica tidak terkejut.

"Baiklah."

Jessica menjawab dengan santai, tanpa ada reaksi apa pun, hanya meletakkan sendok di tangannya. "Aku sudah selesai makan. Kalau nggak ada hal lainnya, aku akan kembali ke kamar dulu."

Ricky yang ada di samping terdiam sejenak, lalu tanpa sadar bertanya, "Ibu, apa kamu nggak akan menemaniku berlatih biola?"

Dulu, ibunya akan selalu menemaninya, melihatnya berlatih biola.

Malam ini, tidak hanya ibunya tidak memasak sendiri, bahkan ibunya juga mengabaikan latihan biolanya.

Jessica teringat akan komentar pada topik hangat di media sosial. Dia tersenyum sambil menjawab, "Kamu bisa berlatih sendiri. Aku nggak mengerti cara bermain biola. Aku hanya akan mengganggu di sana."

Sebelum Jessica selesai berbicara, Calvin tiba-tiba memegang pergelangan tangannya. Mata hitamnya yang dingin menatap Jessica.

Dia mengatupkan bibir, berkata dengan nada dingin serta tidak sabaran, "Apa lagi yang kamu permasalahkan? Kamu seharusnya tahu kalau masalah topik hangat di media hari ini itu hanya salah paham. Jessica, dulu kamu melakukan berbagai cara untuk bisa menjadi menantu keluarga ini. Sekarang, seharusnya kamu menjadi menantu yang baik. Apakah sulit bagimu untuk menemani putramu berlatih biola?"

Jessica menatap mata hitam yang dingin dan dalam itu, tiba-tiba merasa ingin tertawa.

Pria ini sudah memperlakukannya dengan dingin selama tujuh tahun.

Menaruh wanita lain di hatinya.

Namun, dia mengingatkan Jessica untuk berperan menjadi menantu Keluarga Wijaya dengan baik.

Memang benar, orang yang lebih dicintai memang akan bebas berbuat apa saja.

Jessica tersenyum, lalu menarik tangannya perlahan.

"Aku pikir aku sudah cukup kompeten sebagai menantu Keluarga Wijaya." Jessica menatap Calvin, lalu kembali berkata, "Aku juga nggak sedang mempermasalahkan apa pun. Aku juga nggak marah karena masalah topik hangat di media. Aku nggak memiliki bakat dalam hal musik. Ricky juga nggak membutuhkanku di sampingnya."

Anaknya menyukai Bibi Sindy, mendambakan kehidupan yang bersinar seperti itu.

Jadi, Jessica akan mengabulkannya.

Mereka tidak menyukai masakan buatannya, lebih menyukai restoran yang dipilih oleh Sindy.

Jessica juga akan mengabulkannya.

Dia dulu suka membuat masalah, tetapi itu hanya karena hatinya merasa tidak rela.

Sekarang Jessica sudah mengabulkan keinginan mereka, apa lagi salahnya?

Setelah selesai berbicara, Jessica berbalik untuk pergi, sementara Calvin terdiam di tempat.

Dia menyalakan rokok, mata hitamnya tampak dalam dan gelap, tidak terlihat dasarnya.

Namun, keningnya berkerut.

Sepertinya ... Jessica benar-benar tidak membuat masalah karena masalah Sindy.

Namun, kenapa hati Calvin makin terasa sesak?

Jessica kembali ke kamarnya. Barang-barang yang harus dia kemas sudah selesai dikemas selama dua hari ini.

Sebelum pergi, dia hanya ingin mengunjungi Profesor Calla sekali lagi.

Malam itu.

Calvin tidak bersikap seperti biasanya, tidak tidur di kamar tamu.

Ketika Jessica keluar dari kamar mandi, dia hanya membungkus tubuhnya dengan handuk mandi.

Di bawah cahaya yang lembut, kulitnya tampak putih seperti salju, seputih porselen yang indah. Sorot matanya tak lagi menyimpan amarah atau rasa tidak rela seperti dulu. Kini yang tersisa hanyalah ketenangan dan kelembutan, yang membuat pesona tajam di wajahnya tampak lebih kalem.

Sebaliknya, dia tampak lebih tenang dan lembut.

Berbeda dengan penampilannya yang biasa.

Calvin terdiam di tempat. Pandangannya jatuh pada Jessica, jakunnya bergerak pelan.

Tiba-tiba, di kepala Calvin muncul kata-kata Harto, "Yang paling ditakutkan adalah mencintai tanpa menyadari ...."

Dia mencintai Jessica?

Tidak mungkin!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
devi hamdani chanel
ceritanya sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 100

    Calvin mengernyit, suaranya dalam dan berat saat berkata, "Tapi, di hatiku cuma ada kamu."Begitu kalimat itu keluar, Jessica tiba-tiba tertawa.Tawa di dalam ruangan makin keras, membuat ekspresi Calvin tampak khawatir. Dia menatap Jessica dengan cemas.Beberapa detik kemudian.Jessica menyeka air mata di sudut matanya, lalu membuka mulut, mengucapkan setiap kata dengan tegas."Di hatimu benaran cuma ada aku atau cuma karena sifat posesifmu?"Selama tujuh tahun menikah, berapa kali Calvin lebih memilih Sindy daripada dirinya?Sekarang, masih bisa-bisanya pura-pura sangat cinta?Jessica menyunggingkan senyum tipis, lalu berbalik pergi tanpa menoleh sedikit pun.Calvin sempat mengulurkan tangan, tetapi matanya penuh penyesalan.Melihat sosok ramping itu benar-benar menghilang dari pandangan, dia berdiri terpaku dan tak bisa bergerak.Sementara itu.Cahaya pagi menembus jendela dan jatuh ke dalam kamar.Setelah Jessica kembali, dia mendapati Ella sudah terbangun.Gadis itu menatap kosong

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 99

    Calvin mendengar pertanyaan Ricky. Gerakannya sempat terhenti sejenak, teringat akan sikap dingin Jessica kemarin.Karena insiden pura-pura sakit waktu itu, dia tahu Jessica sudah kehilangan kepercayaan pada mereka berdua.Namun.Saat menatap mata Ricky yang penuh harap, Calvin membuka mulut, suaranya agak serak."Ricky, Ayah akan cari cara."Ricky menunduk kecewa karena tak mendapat jawaban pasti.Beberapa saat kemudian.Ricky berkata dengan lirih, "Sayangnya, aku nggak ketemu kunang-kunang."Mendengar itu, ekspresi Calvin langsung dingin. Nada suaranya tegas saat dia berujar, "Lain kali kamu nggak boleh pergi sendiri ke tempat berbahaya. Paham?"Ricky memalingkan wajahnya. Dia menggumam."Tapi, aku mau tangkap kunang-kunang buat Ibu. Kalau Ibu senang, dia mau ajak aku ke taman hiburan. Ayah 'kan sibuk terus, makanya aku pergi sendiri."Kelopak mata Calvin sedikit berkedut. Hatinya campur aduk antara lelah dan perih. Dia hendak bicara saat tiba-tiba ….Tok, tok!Terdengar ketukan pint

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 98

    Jessica bisa memahami perasaan Dany saat ini. Dia mengangguk ringan dan berkata dengan suara pengertian."Ya, kalau butuh bantuan, bilang saja."Setelah Dany pergi, suasana di sekitar langsung hening.Kamar rumah sakit ini cukup luas. Selain ranjang tempat Ella berbaring, di sebelahnya juga ada satu ranjang lipat untuk pendamping.Jessica berencana bermalam di sini malam ini. Dia merogoh saku, hendak mengambil ponselnya, tetapi malah menemukan dua ponsel.Ternyata, saat buru-buru keluar tadi, dia tak sengaja membawa ponsel milik Ella.Tring!Suara notifikasi pesan tiba-tiba terdengar.Jessica melirik ke arah Ella yang tertidur pulas, lalu tanpa sadar matanya menatap ke layar ponsel yang menyala."Kematian Soni itu salah kamu!""Kalau saja kamu nggak minta putus, dia nggak akan nekat bunuh diri.""Kamu masih bisa hidup setelah semua itu?"…Mata Jessica membelalak, pupil matanya menyempit. Melihat pesan-pesan jahat itu, rasa penasaran yang selama ini dia simpan akhirnya terjawab.Pantas

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 97

    Jessica mengernyitkan dahi. Begitu melihat Calvin, reaksi pertamanya adalah menghindar. Dia tak ingin terlibat urusan apa pun lagi dengan mereka.Namun.Tepat saat itu, Calvin seperti menyadari keberadaannya, lalu menoleh dan melihat ke arahnya.Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka saling mengunci.Sorot mata Calvin agak cerah. Dia melangkah cepat mendekat, suaranya terdengar agak terkejut."Jessica, kamu juga di sini?"Lalu, ekspresinya berubah jadi cemas dan perhatian."Ada apa? Kamu sakit?"Jessica menatapnya dingin, menggeleng pelan. Dia menjawab, "Terima kasih atas perhatian Pak Calvin. Aku baik-baik saja."Calvin menghela napas lega, tetapi melihat sikap dinginnya, hatinya terasa sesak.Suasana mendadak jadi canggung.Jessica menatap mereka berdua dengan sorot dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, Calvin tiba-tiba menarik pergelangan tangannya."Jessica, dengar dulu penjelasanku."Ekspresinya penuh keteguhan. Dia langsung menumpahkan semua yang belum sempat dikatakan di

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 96

    Wajah Ella pucat seperti kertas, tubuhnya sedingin es, dan dia sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.Dany langsung menggendongnya dan melangkah cepat menuruni tangga, sementara Jessica memungut ponselnya dan segera menyusul.Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Ella langsung dibawa ke ruang gawat darurat.Di lorong rumah sakit.Jessica menunduk. Ekspresinya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Nada suaranya terdengar berat."Ini semua salahku. Kalau saja aku lebih cepat menyadari perubahan suasana hati Ella, semua ini pasti nggak akan terjadi."Beberapa hari ini, dia terlalu sibuk menyelidiki masalah Keluarga Sudarso, ditambah Ella memang sudah lama tidak kambuh, makanya Jessica menjadi lengah.Namun, Dany sama sekali tidak menyalahkannya. Dia mengepalkan tangan dan memukulkannya ke dinding dengan keras, seolah tak merasakan sakit sedikit pun."Ini bukan salahmu. Aku juga gagal jadi seorang kakak."Suaranya serak, penyesalannya sama dalamnya dengan Jessica.Namun.Karen

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 95

    Ricky terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dan mulutnya terus bergumam."Ibu."Calvin mengernyit. Hatinya ikut teriris. Dia mencoba menenangkannya."Ricky, kalau kamu sembuh, Ayah akan ajak kamu ketemu Ibu, oke?"Mendengar itu, Ricky pun berhenti rewel. Dia memejamkan mata dan tertidur lelap.Sindy menggigit bibir bawahnya.Anak tak tahu terima kasih ini … Dia sampai rela mempertaruhkan nyawa demi menemani anak itu cari kunang-kunang ke luar kota, tetapi yang ada di kepala anak itu tetap saja Jessica.Dia berpikir sejenak, merasa tak terima begitu saja, lalu mulai menjelekkan Jessica di depan Calvin."Calvin, Nona Jessica benar-benar kejam. Dia memanfaatkan kerinduan Ricky padanya buat mendorong Ricky melakukan hal berbahaya begitu."Begitu kata-kata itu meluncur, suasana di dalam kamar seketika membeku.Calvin mengerutkan kening lebih dalam. Dia berkata dengan nada tak senang, "Jessica bukan orang seperti itu. Ini pasti ada kesalahpahaman. Aku nggak mau dengar ucapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status