Home / Romansa / Holding On To You / 2. Dunia Malam Grazian

Share

2. Dunia Malam Grazian

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2021-05-29 17:07:28

Memasuki pukul sepuluh malam Grazian mulai aktif keluyuran. Mengendarai motornya membonceng gadis lainnya untuk diajak bersenang-senang di club malam. Gadis di belakang Grazian itu memeluk erat. Tubuh mereka menempel seperti diberi perekat. Lelaki brengsek sekelas Grazian tidak akan menolak santapan empuk yang disodorkan padanya itu.

Grazian sering kali keluar masuk ke club, tapi tak sekalipun mengizinkan Merona untuk mengikuti jejaknya memasuki tempat penuh dengan huru-hara kesenangan duniawi itu. Perihal hubungannya dengan Merona, Grazian yakin tak seorang pun tahu jika Merona tinggal bersamanya. Sejak dahulu Grazian dan Merona saling menjaga jarak jika mereka ada di luar rumah. Orang-orang hanya tahu keduanya sebatas saling kenal saja.

Motor Grazian berhenti di depan pintu masuk club. “Kamu turun duluan ya, aku mau parkir motor dulu.” Titahnya pada gadis yang menemaninya malam ini.

Gadis itu sudah barang tentu menurut. Masuk lebih dahulu membiarkan Grazian melakukan apa yang dikatakan sebelumnya. Saat motornya terparkir, tiba-tiba saja pipi Grazian dicium seseorang. Grazian menoleh mendapati Shinta salah satu pacarnya. Anak kelas B fakultas Ekonomi.

“Seneng deh bisa ketemu kamu di sini,” kata Shinta bahagia.

“Aku juga, tapi aku lagi sama yang lain. Kamu besok aja, ya?” ucap Grazian seraya mengusap lembut pipi Shinta yang kini cemberut.

“Yah, padahalkan aku kangen kamu.”

Grazian selalu punya cara agar gadis-gadisnya menurut maka, dia bergerak merapat pada Shinta. Mencumbu bibir gadis itu penuh dengan kelembutan seolah-olah benar bahwa ada rasa dalam pagutan manisnya itu. Shinta seperti gadis kebanyakan yang akan terlena akan pesona Grazian. Begitu bibirnya di lepas, Shinta tersenyum.

“Oke, kalau begitu aku tunggu besok ya.”

“Iya, sayang.”

Gadis mana yang tidak Grazian sebut sayang saat bersama dirinya. Mulut manisnya itu penuh tipu muslihat, memperdaya gadis-gadis hingga betekuk lutut pada pesonanya. Meninggalkan Shinta, lelaki itu bergegas masuk menyusul gadis yang datang bersamanya. Namanya Karin baru dipacarinya sore tadi. Bagi Karin ini adalah kencan pertamanya dengan lelaki tapi, bagi Grazian Karin adalah yang entah ke berapa karena begitu banyaknya gadis yang dikencaninya.

“Hei baby, maaf ya buat kamu menunggu,” tutur Grazian begitu ia berdiri di sisi Karin, lalu mencium pipi gadis itu. “Udah pesan apa?”

“Vodka, kamu mau apa?”

“Aku ikut selera kamu aja,” jawab Grazian sambil salah satu tangannya merangkul pundak Karin. Mengajak gadis itu untuk duduk di salah satu sudut club.

“Ya sudah kalau gitu aku pesan lagi.”

“No!” Grazian meletakan jari telunjuknya di atas bibir Karin. “Biar aku saja, kamu duduk manis aja di sini.”

“Oke.”

Lantas Grazian yang memesan ke meja bar. Lelaki itu disambut hangat oleh Juno salah satu bartender yang akrab dengannya. “Baru lag?” tanya Juno.

“Biasalah, hiburan.”

Juno terkekeh sendiri. Bukan sekali dua kali dirinya mendapati Grazian bersama wanita berbeda setiap malamnya. Dunia Juno sendiri tak jauh berbeda dengan Grazian. Perempuan, making love dan alkohol menjadi satu paket yang salah satunya tak bisa dihilangkan. Memesan beberapa botol alkohol, Grazian kemudian meminta Juno untuk mengantarkannya langsung ke mejanya.

“Iya, gue anter sendiri bos.”

Grazian kembali ke mejanya menghampiri Karin. Mengangkat tubuh gadis itu agar duduk di atas pangkuannya. “Kamu tahu kan peraturan mainnya kalau mau jadi pacar aku?”

“Ya, aku tahu dan paham,” Karin lalu mengusap rahang Grazian, mengecup kemudian di sana. “Aku udah enggak perawan kok jadi, aku rasa enggak masalah kalau bercinta dengan kamu.”

Banyak gadis yang pada akhirnya mengaku bahwa mereka tak lagi perawan pada Grazian. Bukan hal yang aneh di jaman sekarang banyak gadis yang tak lagi gadis. “Aku tahu, tapi sesuai janji mal ini kita hanya sebatas jalan, bukan bercinta.”

Ya tentu saja Grazian menolak Karin karena sudah ada Rachel yang mengajaknya lebih dahulu. Rachel adalah yang paling pandai dalam memuaskan hasrat kelelakian Grazian dibandingkan sederet pacar-pacarnya yang lain. Terlebih lagi Rachel sama seperti dirinya yang hanya untuk memuaskan satu sama lain. Rachel butuh Grazian bukan hanya urusan biologisnya saja, tapi juga dompetnya dan Grazian butuh Rachel karena hasratnya.

Menghabiskan malam bersama Karin di club, Grazian mencubui gadis itu. Meraba setiap lekuk tubuhnya sampai Karin merasa puas tanpa harus Grazian memasukinya. Dua jam mereka di sana, Grazian kemudian mengantarkan Karin lalu setelahnya lelaki itu melesat ke apartemen Rachel.

****

Rachel Sevanya Haris mahasiswi Fakultas Hukum yang menurut penilaian para lelaki paling cantik dan molek. Hidupnya selalu terlihat mewah dan glamor, tapi mungkin hanya Grazian yang paling tahu sisi kelam seorang Rachel hingga berbuntut gadis itu menjadi seorang wanita bayaran secara diam-diam. Namun sejak dengan Grazian, Rachel tidak pernah melayani siapapun. Itu adalah syarat yang diajukan oleh Grazian.

“Wow!” decak Grazian saat kedatangannya disambut seksi oleh Rachel yang mengenakan lingerie hitam transparan hingga memperlihatkan keindahan di balik sana. Terlihat jelas oleh mata Grazian.

“Gimana? Seksi enggak?” tanya Rachel yang sebenarnya tak perlu dijawab pun dunia tahu kalau dia begitu seksi.

Cekatan tangan Grazian merengkuh Rachel, kaki kirinya mendorong pintu hingga tertutup. “Kamu selalu seksi, Rachel.”

“Jadi gimana? Mau hidangan pembuka atau langsung ke menu utama?”

“Em… hidangan utama. Aku laper,” tutur Grazian lantas melepas Rachel dan berlalu ke dapur. “Laper beneran Rachel!” serunya menyadari dirinya sudah membuat Rachel kesal.

Selain mengerti Grazian dalam urusan hasrat ranjangnya, Rachel juga mengerti Grazian soal urusan makan. Mengikuti langkah kaki Grazian ke dapur, Rachel bersiap membuatkan sesuatu untuk lelaki itu. Lelaki yang mampu membuatnya mendesah berkali-kali.

“Tadi nge-date dimana? Sama siapa?” tanya Rachel tanpa rasa marah dengan statusnya sebagai pacar Grazian.

“Karin, anak kampus sebelah,” jawab Grazian sebelum menggit apel dan mengunyahnya.

“Lama-lama kamu bisa masuk MURI, beb karena mengoleksi banyak perempuan. dibuatan asrama boleh juga tuh kayaknya. Aku jadi kepala asramanya.”

Grazian tertawa kecil. “Kepala asrama yang selalu bercinta duluan dengan aku sebelum penghuni asrama lainnya.”

“Nah itu!”

Jika dengan Rachel tak pernah ada kecanggungan saat mengobrol. Gadis itu tak marah atau tak tersinggung saat Grazian membicarakan pacar-pacarnya. Rachel tak main hati dengan Grazian, tidak seperti kebanyakan yang lainnya. “Besok aku mau putusin tiga pacar aku yang rese.”

“Siapa?” tanya Rachel penasaran, tapi tangannya bergerak memasukkan spaghetti ke dalam panci berisi air mendidih.

“Anak...? lupa namanya siapa, sebentar aku lihat kontaknya dulu,” Grazian mengecek ponselnya membaca pesan beberapa gadis yang menurutnya mulai menyebalkan, mulai menuntutnya banyak hal seperti yang mereka inginkan. “Tapi diputusin langsung aja kali ya.”

Grazian lalu menghubungi kontak pertama dan langsung tersambung. Hanya mengatakan. “Kita putus. Kamu udah mulai rese.”

Dan Rachel yang geleng kepala. “Emang brengsek tiada tandingan.”

“Yes, I’am!” Grazian lalu merangkul Rachel dari belakang. Menekan tubuhnya agar Rachel bisa merasakan keras bukti gairahnya. “Dia udah hard kayaknya enggak bisa menunggu sampai selesai makan.”

Rachel sangat paham apa yang Grazian mau saat ini. Tanpa ragu Rachel berlutut untuk memuaskan hasrat Grazian. Kenikmatan demi kenikmatan keduanya raih bersama. Hal yang wajar bagi mereka bercinta tanpa ikatan ataupun rasa. Dunia keduanya sama-sama keindahan semu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Holding On To You   36. Mencari Cara

    Sagara sudah pusing melihat ibunya yang sejak tadi mondar-mandir tak karuan. Bocah lelaki itu tak mengerti karena ucapan Merona tak sesuai seperti siang hari. Sagara dilarang datang ke ulang tahun adiknya Sulki. Alhasil Sagara melewatkan ajakan beberapa teman sepermainnya.“Siang tadi Mami bilang boleh, Mami juga yang akan antar. Kenapa sekarang enggak boleh?” tanya Sagara lesu.Merona berhenti mondar-mandir, dia menatap putra tunggalnya. “Maafin Mami ya.”“Mami harus kasih alasan yang jelas dong.”Tentu saja Merona tidak tahu harus memberi alasan jelas seperti apa. Langit tidak hujan, tidak pula ada badai. Sekuat apapun Merona mencari alasan, hasilnya tetap saja buntu. Sampai kemudian pintu rumahnya diketuk dari luar, Merona terlonjak kaget. Lalu terdengar suara beberapa anak memanggil anaknya.“Sagaaa!”Sagara melompat dari kursinya. Buru-buru dia keluar menghampiri kawan-kawannya. Merona tak sempat mencegah ketika anaknya itu membuka pintu depan rumah. Sagara tersenyum melihat tema

  • Holding On To You   35. Rumah Angker

    Kabar rumah angker yang sudah dibeli dan sedang dibongkar untuk renovasi itu langsung menyebar ke seluruh lingkungan. Termasuk Sagara, bocah itu bercerita pada Merona bahwa Om tampan yang dijumpainya tempo harilah yang membeli rumah tersebuh.Merona masih tak tahu siapa om tampan yang dimaksud anaknya. Lantai dia bertanya pada Chika. “Kamu tahu siapa om tampan yang dibicarakan Sagara?”“Oh itu, waktu di taman beberapa hari yang lalu ada om-om duduk di samping Sagara terus ngajak ngobrol. Kalau enggak salah namanya Zyan Malik.”Sesaat Merona terdiam. “Saya kan sudah bilang jangan dekat-dekat orang asing.”“Bukan orang asing, Mami. Nanti om tampan itu kan jadi tetangga kita juga.” Timpal Sagara sambil duduk di meja makan dan menarik piring berisi omlete dan roti panggang untuk cemilan sorenya.“Kok kamu tahu kalau om-om itu akan jadi tetangga kita?”“Tahulah,” jawab Sagara bangga. “Pulang sekolah tadi kan aku main di rumah Sulki yang rumahnya di depan rumah angker itu, Mi.”Merona waspa

  • Holding On To You   34. Begini Saja Dulu

    Salah besar jika Grazian selama ini diam dan tidak tahu menahu keberadaan Merona. Pria itu tetap tahu kabar pujaan hatinya, meski hidup di bawah tekanan sang kakek tetap saja Grazian mengawasi Merona. Pria itu bahkan tahu soal Sagara—anaknya bersama Merona. Semua kemudahan yang Merona dapatkan pun tak lepas dari campur tangan Grazian. Hanya saja pria itu menahan diri untuk kontak langsung dengan Merona demi keselamatan mereka.Namun hari ini rupanya Grazian sudah tak sabar menahan diri lagi. Terlebih dia mempunyai kesempatan sejak kondisi kakeknya memburuk. Sepenuhnya kekuasaan sekarang ada di tangan Grazian, namun dia khawatir jika Merona enggan menemuinya. Jauh dari Merona membuat kehidupan Grazian berubah, terasa semakin kelam dan kotor dunianya. Grazian terkadang bertanya-tanya tentang apakah memang pantas dirinya untuk Merona?Grazian menatap Sagara lewat jendela mobilnya. Bocah lelaki itu tengah duduk di bangku taman bersama pengasuhnya. Ada anak-anak kecil lainnya yang bermain

  • Holding On To You   33. Sampai

    - 6 Tahun Kemudian - "Selamat pagi!" Merona hangat menyapa pada pasien pertamanya hari ini. Seorang wanita muda yang tengah berbadan dua. Datang bersama suaminya. Merona tersenyum tatkala dengan sigap sang suami menarik kursi untuk istrinya duduk. "Jadi apa yang ibu rasakan?" tanya Merona ramah. "Saya enggak merasakan apa-apa, tapi suami saya, Dok. Kan saya yang hamil, terus kenapa dia yang mual-mual dan ngidam?" Merona tersenyum mendengar penuturan si ibu muda tersebut, lanjut kembali dia menjelaskan. "Itu namanya kehamilan simpatik, atau disebut juga dengan sindrom Couvade. Walaupun bapaknya mual-mual dan ngidam itu enggak berbahaya." Sang suami menjawab. "Sebenarnya saya enggak masalah untuk hal tersebut, Dok. Saya dan istri datang ingin melihat buah hati pertama kami." "Baik," balas Merona. Lalu bertanya. "Apa sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan?" Mereka menggeleng. Kening Merona berkerut, melihat kondisi perut yang sudah besar tersebut. "USG belum pern

  • Holding On To You   32. Tanpa Tatap

    Masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatannya. Grazian yang berada di kantor kakeknya untuk sebuah urusan itu, diam-diam menyusup pergi ke kediaman lama Merona. Pria itu yakin gadisnya ada di sana. Lolos dari beberapa pengawal yang menjaganya bukanlah hal yang mudah. Grazian bahkan harus menukar pakaiannya dengan office boy, lalu menutupi wajahnya dengan topi. Keluar dari pintu belakang, Grazian menyetop taksi di depan kantor kemudian.Jika sekarang Grazian tidak memaksakan dirinya bertemu Merona, maka Grazian khawatir tidak akan pernah ada lagi kesempatan bertemu Merona. Tahu benar bahwa kakeknya itu tidak main-main dengan segala rencananya. Pikiran Grazian tidak tenang selama dalam perjalanan, bagaimana dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Merona ketika mereka telah membagi segala rasa. Kenyataan bahwa Grazian terlampau mencintai Merona tak terelakan begitu saja.Maka saat taxi berhenti di depan rumah Merona, pemuda itu langsung turun membuka gerbang rumah yang rupanya tidak diku

  • Holding On To You   31. Tak Pernah Cukup

    Melihat bagaimana bahagianya Merona membuat Grazian tidak mempermasalahkan dirinya yang sudah mual menaiki macam-macam wahana. Malam yang semakin larut membuat keduanya semakin dekat merapat. Kembang api diluncurkan ke langit. Letupan-letupan indah itu menjadi penutup malah hangat mereka. Kini keduanya sudah kembali ke apartemen membawa serta sisa-sisa tawa.“Aku enggak nyangka kalau kamu ketakutan naik wahan ekstrim,” ucap Merona mengingat beberapa kejadian yang membuat Grazian nyaris muntah.“Bukan takut Sayang, tapi pusing.”“Udah tua ya?”“Bisa aja kamu,” lalu Grazian membawa Merona duduk di atas pangkuannya. Merapatkan tubuh ideal itu padanya. “Besok aku pergi, Roo.”Mata Merona mengerjap, kaget mendengar pengakuan Grazian. Memang sebelum Merona tahu bahwa Grazian akan pergi selama liburan, tapi dia hanya tidak menyangkan akan secepat itu. “Aku kira lusa atau beberapa hari lagi.”“Aku pikir begitu, tapi tadi sore kakek minta aku pergi besok.”Merona tidak tahu harus menjawab apa.

  • Holding On To You   30. Senja dan Kamu

    Keseharian hidup Grazian dan Merona sangatlah jauh berbeda. Jika Grazian lebih suka keluyuran mencari tempat-tempat baru yang seru untuk nongkrong, Merona justru lebih senang menghabiskan waktunya belajar di kamar. Saat teman-temannya sibuk mengunggah segala kemewahan tempat dan makanan yang mereka nikmati ke sosial media, maka Merona hanya cukup dengan melihatnya. Bukan lantaran tidak ingin atau tidak tertarik, tapi ada hal yang lebih Merona prioritaskan yaitu belajar dengan baik lalu lulus kuliah segera.Merona ingin membuat Grazian bangga padanya sekaligus membuktikan pada kakek dan orang tuanya bahwa dia layak untuk Grazian. Kehidupan muda Merona hampir tidak seseru kawan-kawannya. Tidak banyak warna dalam dunianya, tapi kehadiran sosok Grazian sudah cukup memberinya pelangi. Perjuangan yang dilakukan Merona adalah semata-mata untuk bisa bertahan dengan Grazian, dan juga untuk hatinya sendiri.Maka saat duduk berdua seperti sekarang bersama Grazian adalah hal yang tak akan Merona

  • Holding On To You   29. Jalan

    Merona takjub dengan perubahan yang terjadi pada Grazian. Hari ke hari cowok yang terkenal brengsek itu semakin menunjukkan kebaikannya. Tidak lagi bergelut panas dari ranjang ke ranjang lainnya. Tidak juga mengadu motor di jalanan. Grazian fokus dengan kuliahnya. Belajar, lalu mengurus kedai kopi miliknya dan sesekali datang menemui kakeknya untuk mengurus bisnis yang akan wariskan padanya. Jelas saja apa yang dilakukan Grazian membuat Merona senang tanpa ragu mengembangkan senyum bangganya. Hari-harinya saat menjalani ujian Grazian lebih rajin datang ke perpustakaan untuk belajar dan meminjam beberapa buku. Tak jarang Grazian juga ikut belajar kelompok bersama teman-temannya. Hal yang hampir tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saat selesai ujian cowok itu akan bercerita pada Merona bahwa dia bisa mengerjakan soalnya dengan lancar bahkan mempunyai keyakinan kalau nilainya akann sangat bagus. Merona percaya itu karena sejatinya Grazian sangat cerdas, hanya saja tertutup oleh malasnya

  • Holding On To You   28. Mengutarakan

    Sepulang kuliah Merona dikagetkan dengan kedatangan ayahnya yang menunggu di lobi apartemen. Entah itu bagian dari rencana kakek atau tidak, yang jelas Merona selalu was-was bertemu ayahnya. Perasaannya berkecamuk antara benci dan juga sayang sebagai anak. Sisa-sisa rasa sakit hati itu masih subur tumbuh di hatinya. Sekuat apapun Merona membuangnya namun saat berhadapan langsung seperti sekarang hatinya kembali perih.Meski perih Merona tetap mendekat. “A-ayah ada apa kemari?” “Apa tidak boleh seorang Ayah datang untuk melihat kondisi putrinya?”Boleh-boleh saja. Tak ada yang salah dengan kunjungan Haris hari ini, tapi seandainya hal itu dilukakan lebih cepat mungkin Merona akan senang hati menerima kehadiran pria itu. Hanya saja yang tersisa sekarang adalah luka. “Kalau saja Ayah datang lebih cepat, mungkin aku akan senang.”“Roo, apa sesulit itu memaafkan orang tuamu sendiri?”Genangan air mata sudah siap tumpah dari pelupuk. Merona menatap ayahnya dengan pandangan kabur. “Apa ses

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status