Pantai indah berpasir putih di sebuah pulau terpencil tak berpenghuni di lepas laut Evernesia baru saja jadi saksi bisu sebuah event penting dalam titik kehidupan sepasang kekasih.
"Akhirnya hanya ada kita berdua di sini."
Joy terhenyak. "Pangeran Rey?"
"Astaga, Rey. Kita ada di mana?"
Waktu berlalu begitu cepat.
Pangeran Rey dan Joy yang telah melalui begitu banyak hal semenjak mereka berkenalan, akhirnya tiba di titik ini. Dimana mereka tadi pagi sudah resmi dipersatukan oleh janji suci, di sebuah pulau terpencil di tengah lautan Evernesia, disaksikan oleh teman-teman akrab seperjuangan mereka.Dan saat ini sudah tak ada apapun dan siapapun yang dapat memisahkan mereka berdua.Para tamu, mama Joy, Yin Yang, Putri Agnez, MC Mr. Brokoli, dan bos Joy Mr. Bee sudah kembali dengan kapal yang datang menjemput tadi sore, jadi sekarang hanya ada Rey dan Joy, sepasang pengantin baru, masih dalam seragam resmi pangeran kerajaan dan gaun pengantin putihnya.
Rey terlihat keren tapi 'manis', sedari dulu baby face, uniknya tetap maskulin dalam keseluruhannya. Tubuhnya tak terlalu tinggi besar atau atletis, namun herannya tetap menarik dengan perawakannya yang ramping dan awet muda. Matanya sipit, tapi tajam menusuk jantung setiap wanita muda yang menatapnya, apalagi para putri.
Sekarang ia suami Joy. Si gadis jelata beruntung yang memperoleh cinta darinya.Joy masih tetap si tomboy. Rambutnya bob pendek kemerahan, ditata agak bergelombang. Tanpa kacamatanya ia lebih feminin, tak se-nerdy biasanya. Tubuhnya yang ramping berpadu dada dan pinggul yang agak curvy dan berisi, seringkali mengunci mata sipit Rey menatapnya sedikit nakal. Apalagi hari ini, dimana mereka sudah bisa 'saling memiliki seutuh-utuhnya.'
"Ada apa?" Rey tersenyum kecil memandang Joy yang masih tampak malu-malu.
"Oh, eh, tidak. Hanya sedikit belum percaya kalau kita sekarang sudah jadi suami istri. Agak terlalu dadakan." Joy menyahut sedikit jengah. Ia sebetulnya senang sekali hari ini, tapi kok masih ada rasa 'mengganjal'."Bila tidak begini, ayahku takkan pernah merestui kita berdua." senyum Rey semakin lebar. "Kuharap kau mengerti.""Aku mengerti. Aku bahagia akhirnya kita bersama-sama mulai hari ini hingga akhir hayat. Hanya saja," Joy masih sedikit malu-malu, "Terus terang, ada hal yang ingin kuakui."
"Katakan saja, aku 'kan sekarang suamimu." Rey memandang Joy dalam-dalam hingga pipi Joy makin merah merona, bertambah jengah tapi juga gembira.
"Itu, aku.. masih belum berpengalaman. Belum pernah 'begituan' dengan cowok. Seperti apa rasanya?" polos Joy menatap Rey balik. "Sungguh memalukan, ya?"
Rey terdiam. Tiba-tiba, "Ha ha ha ha ha." Tawanya meledak.
"Bukannya bagus, kau masih 'segelan plastik'. Bahkan denganku pun belum." dikedipkannya sebelah matanya. "Aku juga mau berterus terang. Aku juga masih 'ting-ting'.""Serius, Rey?" Joy tak percaya begitu saja. "Sedari dulu putri-putri cantik mengelilingimu dan kau belum pernah icip-icip ?? Sangat banyak orang-orang berdarah biru dikelilingi cewek cantik yang mau mereka, ehm, ya, kau mengerti maksudku."
"Ya, itu memang betul. Teman-temanku sesama ksatria, sering mengajak cewek-cewek cantik dan seksi kemana-mana, walau hanya kencan saja. Atau diam-diam ke klub. Kami pergi bersama tapi aku tak ikutan berpasangan, hanya jadi nyamuk." kenang Rey sambil memegang tangan Joy. "Aku bukan tak mau, tapi sama sepertimu, dulu aku sangat pemalu. Di samping itu, etika kerajaan mengajarkanku untuk tetap sopan kepada wanita. Tak boleh seenaknya memegang, memeluk, apalagi, ah, kau tahu. Betapa ketatnya peraturan kerajaan Evertonia itu."
"Uhh, pangeran yang perjaka." Joy merasa telapak tangan Rey hangat sekali. "Beruntungnya aku. Jadi kita sama-sama masih virgin. Dulu pun teman-temanku ada yang sudah kebobolan. Aku sering dijuluki gadis bodoh tak berpengalaman. Sangat naif dan polos. Tak laku, tak tahu laki-laki."
Rey tertawa lagi. "Dan saat bersama kita yang polos dan innocent ini bisa jadi nakal sekali, ya."
Mereka masih duduk berdekatan di pasir putih, membiarkan jas seragam dan gaun putih kotor sedikit gara-gara air laut dan pasir. Toh, sudah tak ada siapa-siapa lagi. Di langit, senja semakin merah, dan sebentar lagi malam hari pun tiba.
Suasana semakin gelap, tapi juga romantis gemerlap berkat hiasan lampu-lampu kecil berwarna warni dan deretan panjang obor imitasi di sepanjang pantai yang telah dirancang menyala ketika waktu menunjukkan pukul enam malam.
"Kau mau makan? Yuk kita makan dulu sebelum kita menghabiskan malam ini bersama-sama."
Bersama-sama? Joy masih merasa malu, tapi Rey tampaknya lebih santai.
"Kau belum lapar? Makanan kita masih sangat banyak, ayo kita nikmati berdua. Tenang saja, selama seminggu ini sudah tersedia segala yang kita butuhkan selama kita terdampar di pulau bulan madu ini." Rey berdiri, menarik lembut lengan Joy. "Pulau Cinta." ia beri nama sesuka hatinya.
"Se.. seminggu berduaan di sini?" malu si pengantin baru perempuan yang seumur-umur bahkan belum pernah 'pesta piyama' bersama teman-temannya.
"Iya, sebulan pun gapapa kalau kau mau. Pangeran mah bebas.."
"Aku kan kerja. Boss Bee bisa marah-marah kalau cuti kelamaan." gerutu Joy.
Rey si pengantin pria lagi-lagi terbahak-bahak, sungguh senang ia meledek istrinya yang hot tempered alias pemarah ini.
Tak lama kemudian, mereka dengan asyik duduk makan berdua tanpa peduli aturan lagi, di atas pasir yang masih hangat sambil menatap bintang-bintang berkelap-kelip di langit tropis cerah Evernesia.
Rey-Joy tampak lahap, rupanya lapar juga setelah seharian berpesta merayakan hari dimana kini mereka jadi pasangan raja dan ratu Evernesia sehari di tengah pulau terpencil. Mereka menikmati aneka appetizer, main course dan dessert lezat yang khusus disediakan. Semua makanan kesukaan mereka.
"iya, makanan pesta ini sangat enak, belum sempat kunikmati semuanya saking sibuk mengobrol dengan tamu-tamu kita. Sungguh senang sekali hari ini dan juga sangat lelah."
"Kalau pengantinku lelah, gak jadi dong," Rey pura-pura kecewa.
"Gak jadi apa sih?" Joy pura-pura sebal juga.
"Kita tidur saja ya?" Rey masih mengeluarkan nada ngambeknya.
"Oke, habis makan kita ganti baju lalu tidur." tantang Joy.
"Tidur langsung saja?" Rey mencoba mengeluarkan kekesalan Joy.
"Iya, capek, bangun pagi-pagi terus dirias selama berjam-jam. Lalu upacara tadi juga lama sekali ya." Joy pasang tampang lelah.
"Kau mau tidur di mana?" ledek Rey lagi. "Di sini masih ada ular lho."
"Aku tak takut." Joy membuang muka.
"Kecoa !!" tambah Rey sambil menunjuk kaget ke arah tertentu.
"A.. apaaa ???" Joy si pemberani tak takut pada segala hewan termasuk ular sekalipun, tapi, kecoa ???
Dalam kagetnya, spontan ia melompat ke pelukan Rey. Dadanya tertempel erat ke dada sang pangeran tanpa ia sadari. Dan mata mereka pun bertemu.
"Mana kecoa? Mana?""Di kolong ranjang rumahmu..""Uuh, Rey bohong! Dasar!"Cuma pengen kena bumperku saja! - Joy merutuk sebal, sedangkan Rey tertawa-tawa saja, kesenangan."Nakal kamu, sebel ih, tega-teganya ngerjain aku." geramnya sambil memukul-mukul dada Rey."Aww, jangan Joy, ah ha ha ha, maaf, maaf. Kecoanya aku saja dah!"Mereka jatuh berguling-guling di atas pasir, habislah sudah jas ningrat Rey dan gaun putih Joy yang tadinya rapi tertata itu, jadi abu-abu karena pasir yang basah. Akhirnya mereka saling merangkul dan lama sekali saling menatap mesra, lama tak bersuara. Hingga akhirnya Rey gak tahan lagi."Tapi kamu senang kan." goda cowok pengantin baru itu pada pasangannya sambil terus berpelukan. Sama-sama menahan tawa. Benar-benar adegan jorok setelah makan."Enggak." Joy meleletkan lidah."Enggak salah lagi.""Memangnya enak?" tambah si singa betina yang sedikit-sedikit ngomong makanan."Iya, hangat dan empuk.""Memangnya bantal?"
"Kita bermalam di sini?" polos pengantin baru tomboy Joy, saat Rey sang pangeran imut sang mempelai pria, menggandengnya mesra ke sebuah tenda yang hanya berselubung kain putih berenda halus semi transparan, indah dan romantis berhiaskan bunga-bunga mawar segar dan di bawahnya, di atas pasir putih, berderet puluhan lilin-lilin imitasi yang telah dinyalakan sebelumnya.Rey mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Biasanya ia lebih suka tampil sederhana, tapi malam ini tampaknya ia betul-betul all-out mempersiapkan bulan madunya dengan Joy. Membawanya ke tempat terpencil di ujung dunia dimana tak ada seorang pelayanpun, nyaris tak ada fasilitas mewah, kecuali semua yang telah dirancang khusus olehnya. Rey memang pangeran yang walau sangat down-to-earth, tapi juga sangat sophisticated."Mengerikan." Joy malah sedikit bergidik membayangkan akan bermalam di dalam sana, walaupun di atas sebuah peraduan berwarna pink nan empuk dan nyaman -bukan ranjang- yang berhiaskan seprai s
Joy malam itu tertidur dalam buai Rey, Keduanya begitu lelah, tapi pula terlalu senang hingga tak ingim memejamkan mata. Saling bercerita di tengah usaha mereka mengeksplorasi cinta. Cinta yang sedalam-dalamnya antara pria dan wanita dewasa, yang sekarang bukan lagi pintu terkunci di dalam taman rahasia surgawi.Hmm, dini hari Joy sempat terjaga sementara Rey masih pulas. Setengah sadar dan masih di awang-awang, ia berpikir, "Lho, di mana aku kini, aih aih.. kok di sebelahku..""Rey terlelap hanya berselubung selimut tipis, dan mengapa aku juga... ," panik Joy seraya memegang tubuhnya yang terasa polos, tak memakai piyama seperti biasa. "Apa yang kami lakukan, ini di mana? Dan, di mana mamaku?""Joy, kamu.." Rey tersenyum dalam tidur, sepertinya mengigau. "Tadi sangat menyenangkan. Yuk, kita coba lagi. Ah, aku kecanduan dirimu. Ternyata bercinta itu luar biasa sekali ya."Joy terhenyak. "R.. rey? Kamu di sini?
Belum pernah seumur hidupnya, Joy merasakan sesuatu seperti yang ia rasakan sebelum 24 jam lalu, sebelum bersama Rey dalam arti bersama sedalam-dalamnya. Ada rasa gembira, bercampur malu nan begitu nikmat memabukkan bagaikan candu. Tak bisa lepas lagi dan hanya ingin selama mungkin merasakannya, mencobanya lagi, memutar ulang sensasi itu hanya berdua dengan Rey."Ayo, ambil handukmu, atau kimonomu. Kita ke sana berdua, mau mandi pagi enggak?" Rey sedikit gemas karena Joy agak lambat berpikir. Ditariknya ujung selimut yang menutupi tubuh istrinya, hingga Joy akhirnya menjerit panik dan menarik balik selimut itu, karena sungguh,masih malu banget walau semalam mereka sudah lalui berdua entah berapa kali. Tapi di terang benderang seperti pagi menjelang siang ini, kok Joy masih segan.Rey tersenyum simpul tak mau marah, namun juga tak mau kalah. Ia menyelinap masuk dan menyergap Joy di dalamnya."Uh, gemas, nakal kamu, lepaskan aku! Nanti aku teriak lho." Joy geregetan
Teringatlah Joy pada masa-masa pertama kali ia mengenal kenikmatan itu, yang pertama kalinya membuatnya malu sekaligus takut akan dosa, karena kata orang-orang jaman dahulu, itu hal yang tabu. Tabu untuk dibahas, dibicarakan, apalagi diumbar.Saat pertama kali melihat bayangannya yang tanpa sehelai benangpun pada sebuah cermin rias di depan wastafel, mungkin di hotel tempat wisata saat masih ABG bersama keluarganya. Saat ia masih remaja ting-ting dan baru belajar mengenakan bra.Jauh sebelum mengenal Rey.Sejak Joy tahu kenikmatan itu, ia jadi lebih berani, walau hanya di kamarnya sendiri. Mengunci pintu, lalu membuka semua yang ada di tubuhnya. Telentang di ranjang, berfantasi seolah ada pria tak dikenal sedang mengintipnya. Kadang telungkup, dibayangkannya ada sosok lelaki yang menggodanya, mengajaknya bercumbu.Rasanya malu. Tapi melihat, menatap, mengekspos bayangan tubuhnya sendiri terasa begitu nikmat memabukkan. Apalagi menyentuhnya. Terasa ada yang pe
"Kok bisa ya, tak bosan-bosannya begini denganmu walau kita sudah tahu sebanyak-banyaknya bagaimana kita luar-dalam?" Joy tiba-tiba bertanya. "Aneh bukan, kamu pernah bertanya-tanya hal yang sama, Rey Baby Hubby?"Rey pertama-tama diam saja. Wajahnya, terutama matanya yang kecil, tiba-tiba tersenyum, smize - smiling eyes, istilah Joy. Manis memikat."Sama seperti makanan, tiap hari kita mesti makan tapi dengan sedikit variasi, pasti akan terasa berbeda dan lebih lezat, iya kan?" mata sipit Rey membentuk emotikon ^_^."Ma, ma, maksudmu?""Seperti saat ini, kau tak biasa berbusana pantai, tapi siang ini kau memakai bikini." Rey menatapnya lekat-lekat, dimana Joy selalu berhasil dibuatnya jengah."Memangnya, bodiku bagus?" Joy selalu mengeluhkan betisnya yang besar dan membulat, pahanya yang tak begitu jenjang, serta pinggulnya yang besar, walau berat badannya masih ideal. Bahkan Rey lebih langsing dan ramping berkat keahliannya menjaga makan."Bagiku kau
Malam itu, Rey membawakan kejutan lagi untuk Joy. Sebuah 'peti harta karun' yang besar sekali, ia letakkan di dalam pondok cinta mereka."Kamu nemu harta karun? Ini harta bajak lautkah?" polos Joy, tapi ia sebenarnya agak 'tahu' itu apa. Tadi siang sudah ada bocoran dari sang pangeran imut."Pesta Piyama, dan ini prop-nya." Rey menyeringai nakal. "Impianmu sejak kecil kan, tapi yang ini plus plus dan ada aku..""Rey juga ikutan?""Aku mah tetap jadi pangeran saja, atau kau mau aku jadi incubus?" seringai Rey tambah lebar, mata sipitnya berkilauan."Idih, seksi tapi serem. Aku lebih suka kau yang innocent.""Tapi liar di ranjang. Joy has unleashed the beast within me." Rey pura-pura menerkam istrinya."Eh, jangan buru-buru ah, enggak lucu." Joy meleletkan lidah, menghindar, bersembunyi di balik peti."Yuk buruan kita buka, penasaran.""Kuncinya ada di balik celanaku." goda Rey. "Ambilkan? Takut ya?""Uuuh, enggak lucu." Joy
"Baju kita basah kuyup." Joy dan Rey setelah mandi, baru sadar kalau baju pasangan penjelajah mereka yang mirip seragam pramuka itu tadi bekas terendam lumpur hutan cokelat tebal. Mereka sudah mencucinya di danau, tapi kini tak punya gantinya. Menunggu kering, masih sangat lama. Mungkin besok baru bisa dipakai kembali!Syukurlah, di pulau Cinta ini mereka seperti Adam dan Hawa, hanya sepasang manusia berdua saja bersama hewan-hewan hutan atau pantai, dan sesekali juga masih ada hewan pengganggu. Hanya saja, nggak mungkin juga terus tak berbaju, 'bahaya' juga dong, walau mereka sudah halal jadi pasangan."Di tas ranselku ada handuk kecil dan handuk besar. Ambillah yang besar, Joy. Aku cukup yang kecil saja." Rey membuka ransel petualang anti airnya.Dikenakannya sehelai handuk putih yang cukup untuk melingkari pinggangnya, sementara Joy buru-buru membentuk handuknya menjadi kemben yang pas menutup dada hingga setengah paha. Uh, syukurlah, cowok yang ada di sini suda