Share

Buka Kancingnya Sekarang!

Penulis: Rara Arrazaq
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-20 10:02:22

Nala membuka matanya perlahan, dan wajah imut seorang anak kecil yang pertama kali terlihat di matanya.

"Kak? Udah bangun?" Arsenio menatapnya khawatir.

"Senio? Kamu nggak apa-apa?" gadis itu langsung teringat apa yang telah terjadi.

Arsenio menggelengkan kepalanya.

"Nggak, kakak kan udah selamatkan Nio," bocah kecil itu tersenyum.

"Nio? Jadi nama panggilan kamu Nio? Kalo gitu kakak juga akan manggil kamu Nio." Tangan Nala bergerak untuk menyentuh pipi halus Arsenio, namun tiba-tiba ia merasakan bahunya sakit saat digerakkan.

"Akh," rintihnya.

"Jangan bergerak dulu, bahu mu terkena pukulan keras. Walaupun tidak patah, tapi lebamnya cukup parah," suara seorang laki-laki menegur dari sebelah kirinya.

Nala terkesiap dan langsung menoleh, ternyata ada Arshaka juga di dekatnya. Tatapan manik hitam gelap itu tampak mencemaskannya.

Nala memalingkan kembali wajahnya, ia masih marah dengan sikap kejam Arshaka padanya.

"Terimakasih, sudah menjaga Arsenio dengan baik."

"Nala nggak ngelakuinnya buat siapa-siapa. Jadi nggak usah berterimakasih," ketusnya.

"Kalau kamu sudah baik-baik saja, aku akan kembali ke kantor."

Nala tak menjawab. Terserah laki-laki itu ingin pergi ke mana. Ia sama sekali tak berharap di temani laki-laki tak berperasaan seperti Arshaka.

"Tidak boleh begitu," Suara Oma Erni tiba-tiba terdengar dari arah pintu.

Wanita sepuh itu baru datang bersama Laksmi, ibunya Nala.

"Sebagai suami, kamu harus menjaga Nala sampai sembuh."

"Tapi Oma di kantor masih banyak pekerjaan. Tak mungkin ditinggalkan begitu saja," bantah Arshaka sambil menatap jam di tangannya. "Ini saja sudah telat. Mas udah ninggalin pekerjaan selama satu jam lebih."

Nala meringis sendiri mendengar penolakan Arshaka. Sebegitu berharga pekerjaan bagi laki-laki itu, sehingga satu jam saja ditinggalkan, sudah merasa begitu merugi.

Dan Nala juga baru tahu, kalau Arshaka menyebut dirinya 'mas' di dalam keluarga. Yang berarti laki-laki memiliki adik.

"Lebih penting istrimu daripada pekerjaan," tegas Oma Erni.

Arshaka menggaruk tengkuknya. Kalau sang nenek telah bersikap tegas, ia tak akan pernah membantah.

"Baiklah. Mas akan jaga. Tapi setelah mengurus beberapa pekerjaan yang tak bisa ditinggal begitu saja."

"Ya, Bu. Biar kita yang jaga dulu sampai Arshaka menyelesaikan pekerjaan hari ini," bela Laksmi. Bagaimana pun juga ia tak ingin Arshaka semakin sulit untuk menerima Nala jika terus dipaksa-paksa.

Arshaka langsung mengangguk. "Ya, cuma sampai sore ini."

Namun Oma Erni malah menggeleng. "Tidak perlu, masih banyak orang yang memiliki otak dan bisa berpikir di perusahaan mu itu. Biar mereka yang mengerjakannya."

Akhirnya, jadilah Arshaka yang menjaga Nala. Sementara Arsenio kemudian dibawa pulang oleh Oma Erni dan ibunya Nala.

Oma Erni bahkan melarang perawat membantu Nala. "Lakukan saja tugas kesehatan kalian, yang lain biar suaminya yang urus," pesan wanita sepuh itu sebelum pulang.

Di samping tempat tidur Nala, Arshaka duduk memantau. Ia tak membiarkan Nala bergerak sedikitpun, meski hanya menggaruk.

"Jangan kebanyakan garuk-garuk," larangnya.

"Lah, abis gatal. Gimana, dong?"

"Jangan pakai tangan yang bahunya sakit. Aku tidak mau meninggalkan pekerjaan terlalu lama karena kamu terlalu lama sembuh. "

Nala menghela napas mendengarnya. Ia terpaksa menggigit lengan kirinya yang gatal.

Begitu juga saat minum, Nala juga harus minum dengan tangan kiri. Hingga tak sengaja menumpahkan air di bajunya.

"Yaah, gimana nih? Baju Nala jadi basah." Nala menyapu bajunya yang kebasahan.

"Mau bagaimana lagi. Kamu minumnya kayak anak kecil."

Arshaka bangkit mencari baju ganti pasien untuk Nala. Lalu kembali menghampiri gadis itu.

Tangannya kemudian bergerak ke arah dada Nala.

"Eh? Om mau ngapain?" Nala refleks beringsut mundur.

"Mau buka bajumu yang basah," jawab Arshaka datar.

"Nggak usah, biar Nala buka sendiri."

"Buka kancingnya saja. Setelah itu biar aku."

Nala menggeleng kuat. "Nggak mau, ntar nampak lagi."

Arshaka menaikkan sebelah alisnya.

"Memangnya kenapa? Bukannya semalam kamu sendiri yang bilang kita sudah sah karena sudah nikah?"

"Itu ... Nala lagi salah ngomong."

Arshaka menahan senyumnya, ternyata gadis itu tak tahu penyebab dirinya menjadi aneh semalam. Timbul niatnya untuk menggoda.

"Salah ngomong? Kamu juga menyentuh dan memelukku. Setelah itu kamu mengendus-endus di ...."

"Itu Nala nggak sengaja," potong Nala cepat. Wajah polos tanpa make-up itu tampak memerah. "Nala cuma penasaran sama bau parfum Om."

"Oh, seperti itukah? Tapi kamu tetap berdosa karena telah menyentuhku."

"Nggak lah, kita kan udah nikah."

"Nah, kalo gitu aku juga bisa melihatmu sekarang. Cepat buka kancingnya."

"Aih?" seru Nala saat sadar telah terjebak. Meski sambil mendumel, akhirnya Nala membuka kancingnya juga. "Om bukain sambil tutup mata, ya?" pintanya kemudian.

"Aku bukan orang buta, yang bisa melakukan apa saja tanpa melihat," bantah Arshaka.

Tangan kokoh itu kemudian menepis tangan Nala yang masih berusaha menutup bajunya, dengan tak sabar.

Wajah Nala seketika memerah saat dalamannya akhirnya terlihat. Ia segera memalingkan muka.

Arshaka membuka baju gadis itu dengan hati-hati. Berusaha sebaik mungkin agar bahu Nala yang sakit tidak banyak bergerak.

"Apa bisa dilihat? Tidak ada apa-apa di sini," ujarnya.

Wajah Nala semakin memanas mendengar perkataan laki-laki itu. Apa maksudnya dengan tidak ada apa-apa? Ia yakin ukuran dadanya tidak terlalu kecil dibandingkan dada gadis lain yang seusianya.

Selesai mengganti baju Nala, Arshaka kembali duduk di samping ranjang. Dan mulai detik itu penjagaannya menjadi semakin ketat. Manik hitam gelapnya tak lepas sedikitpun dari gadis itu.

Membuat Nala semakin menderita. Ingin rasanya ia memencet bel agar perawat datang untuk membantunya.

"Kalo Nala kebelet pipis, gimana?" tanyanya kesal.

"Aku akan membantumu," jawab Arshaka datar.

Seketika itu juga, Nala ingin menangisi nasibnya. Mulai sekarang, ia tak akan minum meskipun haus. Tapi bagaimana dengan cairan infus?

Nala mendongak pada kantung infus dengan tatapan pedih. Cairan itu akan membuatnya sering kebelet pipis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Foto dan Video

    Nala dan Alex melangkah keluar, tepat di saat Arshaka masuk ke dalam. Mata pria itu langsung menatap tajam. "Mas kenapa?" risau Alex begitu melihat wajah lebam Arshaka. "Tidak kenapa-napa," jawabnya dingin. "Kalian mau kemana?""Mau mesan cake pengantin buat resepsi nanti," jawab Alex. Netra hitam pekat Arshaka beralih pada Nala. "Kamu tidak boleh pergi!" tegasnya. "Aku perlu bantuanmu untuk mengobati ku."Nala ingin membantah, namun ia tak mungkin pergi begitu saja disaat laki-laki yang telah menjadi suaminya itu pulang dalam keadaan babak belur. Menoleh pada Alex, gadis itu tersenyum. "Kita pergi besok aja, ya."Alex mengangguk. Ia juga ingin tahu kenapa Arshaka tampak seperti orang yang baru saja berkelahi. Arshaka melangkah pergi ke kamarnya, diikuti Nala di belakang dengan wajah pasrah"Besok pergi denganku," ujar laki-laki itu begitu tiba di dalam kamar."Nala tak menjawab. Ia meletakkan tasnya di atas nakas dan keluar lagi dari kamar. Arshaka menatap kepergian gadis itu,

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Masih Ada Rasa

    Tok tok. Suara ketukan terdengar di pintu. Arshaka berbalik, menatap daun pintu dengan penuh harapan. Nala kembali? Kakinya yang panjang melangkah lebar kesana. Ia harus memperbaiki semuanya. Klik. Pintu terbuka, namun yang berdiri di baliknya ternyata adalah Ratih. "Ma?" lirihnya kecewa."Ya. Mama mau kasih baju yang tidak jadi kamu coba tadi. Tapi Mama yakin, ukurannya pas. Cepat bersiap, kita berangkat untuk lamaran sebentar lagi," titah Ratih. Arshaka menggeleng. "Tidak, Ma. Aku tidak bisa. Aku sudah menikah," tolaknya. Mata Ratih langsung melotot. "Apa Mama tidak salah dengar? Arsha, pernikahan itu adalah keinginan nenekmu! Mama tau kamu tidak menginginkannya. Mama juga tau kamu menyukai Serena.""Iya, tapi aku harus bertanggung jawab atas perempuan yang aku nikahi, Ma. Ini juga tidak adil untuk Serena. Dia harus tau kalau aku sudah menikah.""Pernikahan itu hanya di atas kertas. Mama akan mengurus perceraian dan menghilangkan jejaknya. Kamu hanya perlu bersiap untuk per

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Siapkan Uangnya, Aku Akan Pergi.

    Nala menatap lama ke arah pintu masuk butik, menunggu kedatangan sosok yang akan menjadi pengantin prianya."Gimana, Mami. Bagus tidak?" Alex keluar dari ruang ganti dengan jas putih yang seharusnya dicoba Arshaka. Laksmi menatap pemuda yang sangat baik padanya itu kagum. "Nak Alex gagah sekali," pujinya. "Mami sampai pangling."Alex menyengir. "Berarti Alex udah pantas dong, jadi pengantin baru?"Laksmi tersenyum. "Pantas sih pantas saja, tapi jangan dulu.""Kenapa?" "Kalau Mami punya anak laki-laki, Mami pinginnya anak laki-laki Mami mapan dan dewasa dulu baru menikah."Nala hanya mendengar sekilas percakapan Alex dengan ibunya. Ia masih menunggu kedatangan Arshaka dengan hati kesal. Tega sekali pria itu mencampakkan dirinya setelah mereguk manisnya. Kalau saja semuanya berjalan sesuai perjanjian, yakni ia tak boleh disentuh, pasti ia tak akan mengharap apa-apa. "Terus kenapa Mami izinkan Nala nikah muda?" tanya Alex. "Karena Nala perempuan. Mami tidak bisa membiarkannya bekerj

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Fitting Baju Bersama Orang yang Tepat

    "Baru semalam aku melihat orang meninggalkan pesta lajangnya. Apa kau sudah meminta maaf pada ibu mertua?" Gama tiba-tiba muncul dan menyunggingkan senyuman lebar."Minta maaf? Aku bahkan tak tau apa kesalahanku, dan aku memang tak melakukan kesalahan apapun!"Gama mengerutkan keningnya. "Kau meminta ibu mertuamu untuk memijat para tamu di pestamu. Ya walaupun cuma nikah kontrak, tapi dia tetap seorang ibu mertua. Menurutku sikapmu keterlaluan.""Apa?!" Arshaka benar-benar terkejut. "Aku tak pernah memintanya datang, apalagi untuk memijat!" "Tapi dia mengatakan kamu yang memintanya.""Kenapa bisa begitu?" Gama mengangkat kedua bahunya. Namun kemudian laki-laki berambut cepak itu teringat sesuatu. "Ah, iya. Aku melihat Leoni yang mengantarkannya.""Leoni?" Arshaka akhirnya menyadari sesuatu, ini pasti rencana mamanya. Ia bangkit menyambar kunci mobil dari atas meja. "Handle pekerjaan hari ini kalau aku belum kembali sampai sore nanti," titahnya. Lalu bergegas keluar dan berangkat me

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Cemburu dan Marah

    "Ada apa ini?" Arshaka muncul. Ia baru saja dari ruangan lain. Alex langsung menatap kakak laki-lakinya itu tajam. "Tidak ada apa-apa. Maaf sudah mengganggu pestamu. Aku akan membawa keluargaku pulang," jawabnya. Kening Arshaka berkerut mendengarnya. Tak tahu apa maksud Alex dan kenapa Alex tiba-tiba marah padanya. Tak peduli dengan reaksi bingung Arshaka, Alex mengajak Nala dan ibunya pergi."Ayo, Nala, Mami!" ucapnya sambil merangkul pundak Laksmi lembut dan membimbingnya keluar. Nala mengangguk. Melirik Arshaka sekilas lalu mengikuti langkah adik iparnya. "Alex, Mami bisa pulang sama aku. Kamu lanjutin pestanya aja," ucap Nala setelah mereka keluar."Iya, Nak Alex masuk saja lagi. Mami bisa pulang sama Nala," timpal Laksmi. "Nggak, Mi. Alex udah nggak nyaman sama pestanya.""Tapi nanti Mama kamu marah liat kamu pulang sementara pestanya belum selesai.""Berarti kita nggak usah pulang dulu. Kita makan-makan aja dulu, gimana? Mami juga pasti laper, kan?"Laksmi yang memang bel

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)    Bachelor Party

    Bab 16Pukul sebelas malam, Nala keluar dari kamarnya. Ia tak melihat Oma Erni dan ibunya yang biasanya duduk mengobrol di ruang duduk. "Tumben Oma Erni sama Mami nggak ngobrol malam ini, Mbak? Apa udah pada tidur?" tanyanya pada Ratna. "Iya, Non. Oma Erni udah masuk kamar karena nggak.ada teman ngobrolnya malam ini.""Emang Mami kemana? Apa udah tidur duluan?""Bukan, Non. Mami tadi saya liat pergi sama Non Leoni."Nala mengernyit. "Sama Leoni? Kemana?" "Nah, itu Mbak juga nggak tau, Non. Mungkin Mami mau beli sesuatu, terus dianterin Non Leoni."Kening Nala masih berkerut. Rasanya tak mungkin Leoni akan sudi mengantarkan ibunya. Selama ini Leoni begitu sinis padanya dan ibunya. "Mami nggak bilang apa-apa sebelum berangkat, Mbak?" Ratna menggeleng. "Nggak, Non."Entah kenap, Nala merasa cemas. Karena tak mungkin Leoni dengan senang hati pergi bersama ibunya, menjawab Laksmi bicara saja Leoni tak pernah. Sedang Nala merasa cemas, Leoni muncul di depan pintu. Namun tak ada Laksmi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status