Share

Pernikahan Ini Harus Berakhir

Author: Rara Arrazaq
last update Last Updated: 2023-12-22 08:14:12

Setelah kejadian di roof top Rumah Sakit, ibu tiri Arsenio di tahan atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyiksaan terhadap anak sambungnya itu selama bertahun-tahun.

Dan otomatis, hak asuh Arsenio kini jatuh ke tangan keluarga Arshaka.

"Oma berterimakasih padamu, Lunala. Berkat bantuanmu, Arsenio sekarang bisa bersama kita," ucap Oma Erni.

"Sebenarnya ini bukan murni karena bantuan Nala, Oma. Tapi Allah memang mentakdirkan Arsenio lepas dari ibu tirinya yang jahat itu, melalui kelengahan Nala, hehehe," gadis itu terkekeh sendiri mengingatnya.

Oma Erni tertawa melihat gadis yang selalu bersikap apa adanya itu. Gadis yang masih sangat muda tapi cukup dewasa dalam berpikir dan bertanggungjawab.

Lunala seperti ayahnya. Sopir taksi hebat yang berani mengorbankan diri demi menyelamatkan nyawa orang lain.

"Sebentar lagi suamimu akan pulang. Kamu masuk ke kamar mu saja. Biar Arsenio Oma yang temani," ujar Oma Erni kemudian.

Nala mengangguk patuh. Ia melangkah masuk ke kamar luas yang sebenarnya tak pernah menjadi kamarnya itu.

Sepuluh menit menunggu sambil merilekskan pikiran dengan bermain game di ponselnya, pintu kamar terbuka.

Langkah kaki sepatu pantofel itu terdengar gagah seperti biasa. Begitu juga dengan raut wajah laki-laki yang memiliki langkah tegap itu, tanpa ekspresi seperti biasa.

Nala menyambut dan menyalami seperti biasa pula. Mencium punggung tangan kokoh Arshaka yang tanpa ia ketahui sebenarnya merasa senang dengan kebiasaannya itu.

Gadis itu memperhatikan wajah tampan laki-laki itu sejenak. Tak pernah sekalipun ia melihat raut lelah dari wajah Arshaka saat pulang kerja.

"Benar-benar kayak robot," gumamnya.

"Kamu bilang apa?" Alis kanan Arshaka langsung naik tajam.

"Nggak ada apa-apa," Nala menggaruk tengkuknya.

"Aku akan mandi dulu, setelah itu kita bicara," ujar laki-laki itu.

"Bicara masalah apa?"

"Nanti saja," jawab Arshaka singkat. Lalu beranjak ke kamar mandi.

Sambil menunggu, Nala kembali bermain game. Hingga laki-laki itu selesai mandi dan keluar dengan handuk yang terlilit di pinggangnya.

Harum shampoo menarik perhatian Nala. Dan selanjutnya perut yang rata, lengan yang berotot dan dada yang bidang itu membuat matanya tak bisa melihat ke arah lain.

"Jangan dilihat, nanti jadi terbayang-bayang," ujar Arshaka datar.

Nala langsung melihat ponselnya kembali. Lalu memajukan bibir bawahnya. "Pede amat," gerutunya.

Setelah memakai baju bersih, Arshaka menghampiri dan duduk di samping Nala. Tangannya kemudian meraih ponsel gadis itu dan menyimpannya.

"Eh, tunggu dulu, Om! Hampir menang juga," protes Nala.

"Aku mau bicara serius," tatap Arshaka tegas.

"Oke, deh." Nala melengos.

"Dengarkan baik-baik. Aku sudah mendapatkan hak asuh Arsenio. Jadi, seperti perjanjian awal, berarti pernikahan kita harus berakhir. Aku akan mentransfer uang sesuai janjiku."

Nala menghela napas.

"Kenapa?" tanya Arshaka. "Jangan bilang kamu ingin mencari alasan untuk menunda, apalagi membatalkan janji," tatap laki-laki itu curiga.

"Bukan gitu, Nala cuma belum siap aja."

Raut Arshaka seketika berubah dingin.

Nala meneguk salivanya. Padahal ia hanya ingin memberitahu bahwa dirinya masih bingung harus menggunakan uang satu miliar itu untuk usaha apa agar tak habis begitu saja.

Namun melihat tatapan tajam Arshaka ia urung untuk menceritakannya.

"I-iya, deh. Sesuai perjanjian, pernikahan ini akan berakhir."

Arshaka menghembuskan napas panjang dan bangkit berdiri.

"Kita keluar sekarang untuk memberitahu Oma dan ibumu," tegasnya.

Di ruang makan, Oma Erni dan Laksmi telah menunggu. Arshaka kemudian duduk di hadapan kedua orangtua itu, disusul Nala yang kemudian duduk di sampingnya.

"Ehm, "Arshaka berdeham sebelum membuka suara.

"Sebelum kita makan, ada yang ingin kami sampaikan."

Oma Erni tersenyum penuh arti. "Apa kalian sudah punya rencana untuk berbulan madu?"

Laksmi pun ikut tersenyum.

"Bukan. Sebenarnya ... kami ingin berpisah," ujar Arshaka.

Senyuman di wajah Oma Erni dan Laksmi seketika menghilang.

"Apa Oma tidak salah dengar?"

"Tidak, Nek. Kami benar-benar ingin berpisah. Bagaimanapun, kami baru saling mengenal dan tak mungkin bisa jatuh cinta. Ini tidak adil untuk Nala. Dia masih kecil dan masih bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan mencintainya."

Nala langsung melirik saat disebut masih kecil oleh Arshaka.

Kecil katanya? Tapi kok dinikahi?

Namun demi kelancaran rencana mereka, Nala pun ikut menimpali.

"Iya, pernikahan ini terlalu mendadak."

Om Erni menghela napas berat. Tanpa tanggapan apapun, wanita sepuh itu kemudian bangkit dan menuju ke dapur.

Di dapur ia meminta Mbok Ijah menyiapkan dua minuman spesial. Lalu kembali dan duduk di kursinya.

"Malam ini, di meja makan ini hanya boleh ada makan malam. Apapun yang ingin kalian sampaikan, kita bicarakan besok pagi," tegasnya marah.

Arshaka dan Nala terdiam. Keduanya tak berani membuka suara lagi dan mulai makan.

Mbok Ijah kemudian datang membawakan minuman. Dan keduanya langsung membasahi tenggorokan yang tiba-tiba kering melihat kemarahan Oma Erni.

Kembali ke kamar, Nala menatap Arshaka cemas.

"Gimana nih, Om? Oma kayaknya marah."

"Kita akan bicarakan lagi besok pagi. Oma tidak akan melarang terlalu keras karena ini pilihan hidupku."

Nala menghembuskan napas sembari menghenyakkan tubuhnya di ranjang empuk Arshaka. Lalu berbaring menelentang.

"Om, malam ini kita boleh nggak tukeran tidur buat terakhir kalinya? Om di sofa, Nala di ranjang?"

"Tidak," jawab Arshaka singkat.

"Om, yang kita sepakati ini dosa nggak, sih? Tujuan pernikahan kita kan udah melenceng dari yang seharusnya."

Arshaka menghembuskan napas berat. Matanya tak sengaja menatap lurus pada gadis yang tidur terlentang di ranjangnya. Entah kenapa, aliran darahnya terasa begitu panas tiba-tiba. Mengalir ke bagian inti dan menciptakan denyutan yang membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.

"Kita memanfaatkan pernikahan untuk tujuan kita masing-masing, ya kan, Om?"

"Argh, entahlah. Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang." Arshaka menguar rambutnya dengan raut frustasi.

Sebuah fantasi tercipta begitu saja saat matanya tak bisa berhenti menatap gadis ayu di ranjangnya itu. Membuat jantungnya berdegup kencang dengan hasrat yang mulai muncul.

"Cepat turun dari ranjangku!" titahnya. Berbanding terbalik dengan kata hatinya.

"Ish, pelit! Kasurnya empuk, spreinya juga lembut banget. Nala udah pegel tidur di sofa, nggak bisa bolak-balik." Gadis itu mengusap-usap kain sutera putih yang melapisi kasur big size itu tanpa menyadari efeknya untuk pria yang sedang menatapnya.

Manik hitam gelap Arshaka menatap liar. Belum pernah sekalipun ia merasa bergelora terhadap wanita seperti ini, karena selama ini ia memang tak pernah mau berurusan dengan wanita. Lalu, apa ini karena ia terlalu banyak berinteraksi dengan gadis kecil itu?

Arshaka meneguk salivanya. Ia tak memungkiri bahwa Nala adalah gadis yang sangat menarik, dan ia merasa sangat nyaman meskipun sering kesal dengan sikap sesuka hati Nala yang sama sekali tak takut padanya.

Apa karena hal itu ia jadi sangat ingin menyentuh gadis itu?

"Turun sekarang," perintahnya lagi dengan suara yang berubah serak.

"Iya, satu menit lagi. Perut kenyang, jadi mager, Om."

"Kalau begitu jangan salahkan aku, kalau melarang mu turun setelah ini."

Arshaka melangkah menghampiri. Pikiran jernihnya benar-benar telah terkontaminasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Foto dan Video

    Nala dan Alex melangkah keluar, tepat di saat Arshaka masuk ke dalam. Mata pria itu langsung menatap tajam. "Mas kenapa?" risau Alex begitu melihat wajah lebam Arshaka. "Tidak kenapa-napa," jawabnya dingin. "Kalian mau kemana?""Mau mesan cake pengantin buat resepsi nanti," jawab Alex. Netra hitam pekat Arshaka beralih pada Nala. "Kamu tidak boleh pergi!" tegasnya. "Aku perlu bantuanmu untuk mengobati ku."Nala ingin membantah, namun ia tak mungkin pergi begitu saja disaat laki-laki yang telah menjadi suaminya itu pulang dalam keadaan babak belur. Menoleh pada Alex, gadis itu tersenyum. "Kita pergi besok aja, ya."Alex mengangguk. Ia juga ingin tahu kenapa Arshaka tampak seperti orang yang baru saja berkelahi. Arshaka melangkah pergi ke kamarnya, diikuti Nala di belakang dengan wajah pasrah"Besok pergi denganku," ujar laki-laki itu begitu tiba di dalam kamar."Nala tak menjawab. Ia meletakkan tasnya di atas nakas dan keluar lagi dari kamar. Arshaka menatap kepergian gadis itu,

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Masih Ada Rasa

    Tok tok. Suara ketukan terdengar di pintu. Arshaka berbalik, menatap daun pintu dengan penuh harapan. Nala kembali? Kakinya yang panjang melangkah lebar kesana. Ia harus memperbaiki semuanya. Klik. Pintu terbuka, namun yang berdiri di baliknya ternyata adalah Ratih. "Ma?" lirihnya kecewa."Ya. Mama mau kasih baju yang tidak jadi kamu coba tadi. Tapi Mama yakin, ukurannya pas. Cepat bersiap, kita berangkat untuk lamaran sebentar lagi," titah Ratih. Arshaka menggeleng. "Tidak, Ma. Aku tidak bisa. Aku sudah menikah," tolaknya. Mata Ratih langsung melotot. "Apa Mama tidak salah dengar? Arsha, pernikahan itu adalah keinginan nenekmu! Mama tau kamu tidak menginginkannya. Mama juga tau kamu menyukai Serena.""Iya, tapi aku harus bertanggung jawab atas perempuan yang aku nikahi, Ma. Ini juga tidak adil untuk Serena. Dia harus tau kalau aku sudah menikah.""Pernikahan itu hanya di atas kertas. Mama akan mengurus perceraian dan menghilangkan jejaknya. Kamu hanya perlu bersiap untuk per

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Siapkan Uangnya, Aku Akan Pergi.

    Nala menatap lama ke arah pintu masuk butik, menunggu kedatangan sosok yang akan menjadi pengantin prianya."Gimana, Mami. Bagus tidak?" Alex keluar dari ruang ganti dengan jas putih yang seharusnya dicoba Arshaka. Laksmi menatap pemuda yang sangat baik padanya itu kagum. "Nak Alex gagah sekali," pujinya. "Mami sampai pangling."Alex menyengir. "Berarti Alex udah pantas dong, jadi pengantin baru?"Laksmi tersenyum. "Pantas sih pantas saja, tapi jangan dulu.""Kenapa?" "Kalau Mami punya anak laki-laki, Mami pinginnya anak laki-laki Mami mapan dan dewasa dulu baru menikah."Nala hanya mendengar sekilas percakapan Alex dengan ibunya. Ia masih menunggu kedatangan Arshaka dengan hati kesal. Tega sekali pria itu mencampakkan dirinya setelah mereguk manisnya. Kalau saja semuanya berjalan sesuai perjanjian, yakni ia tak boleh disentuh, pasti ia tak akan mengharap apa-apa. "Terus kenapa Mami izinkan Nala nikah muda?" tanya Alex. "Karena Nala perempuan. Mami tidak bisa membiarkannya bekerj

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Fitting Baju Bersama Orang yang Tepat

    "Baru semalam aku melihat orang meninggalkan pesta lajangnya. Apa kau sudah meminta maaf pada ibu mertua?" Gama tiba-tiba muncul dan menyunggingkan senyuman lebar."Minta maaf? Aku bahkan tak tau apa kesalahanku, dan aku memang tak melakukan kesalahan apapun!"Gama mengerutkan keningnya. "Kau meminta ibu mertuamu untuk memijat para tamu di pestamu. Ya walaupun cuma nikah kontrak, tapi dia tetap seorang ibu mertua. Menurutku sikapmu keterlaluan.""Apa?!" Arshaka benar-benar terkejut. "Aku tak pernah memintanya datang, apalagi untuk memijat!" "Tapi dia mengatakan kamu yang memintanya.""Kenapa bisa begitu?" Gama mengangkat kedua bahunya. Namun kemudian laki-laki berambut cepak itu teringat sesuatu. "Ah, iya. Aku melihat Leoni yang mengantarkannya.""Leoni?" Arshaka akhirnya menyadari sesuatu, ini pasti rencana mamanya. Ia bangkit menyambar kunci mobil dari atas meja. "Handle pekerjaan hari ini kalau aku belum kembali sampai sore nanti," titahnya. Lalu bergegas keluar dan berangkat me

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)   Cemburu dan Marah

    "Ada apa ini?" Arshaka muncul. Ia baru saja dari ruangan lain. Alex langsung menatap kakak laki-lakinya itu tajam. "Tidak ada apa-apa. Maaf sudah mengganggu pestamu. Aku akan membawa keluargaku pulang," jawabnya. Kening Arshaka berkerut mendengarnya. Tak tahu apa maksud Alex dan kenapa Alex tiba-tiba marah padanya. Tak peduli dengan reaksi bingung Arshaka, Alex mengajak Nala dan ibunya pergi."Ayo, Nala, Mami!" ucapnya sambil merangkul pundak Laksmi lembut dan membimbingnya keluar. Nala mengangguk. Melirik Arshaka sekilas lalu mengikuti langkah adik iparnya. "Alex, Mami bisa pulang sama aku. Kamu lanjutin pestanya aja," ucap Nala setelah mereka keluar."Iya, Nak Alex masuk saja lagi. Mami bisa pulang sama Nala," timpal Laksmi. "Nggak, Mi. Alex udah nggak nyaman sama pestanya.""Tapi nanti Mama kamu marah liat kamu pulang sementara pestanya belum selesai.""Berarti kita nggak usah pulang dulu. Kita makan-makan aja dulu, gimana? Mami juga pasti laper, kan?"Laksmi yang memang bel

  • Hot Deal (Perjanjian Menarik dengan Mr. Kaku)    Bachelor Party

    Bab 16Pukul sebelas malam, Nala keluar dari kamarnya. Ia tak melihat Oma Erni dan ibunya yang biasanya duduk mengobrol di ruang duduk. "Tumben Oma Erni sama Mami nggak ngobrol malam ini, Mbak? Apa udah pada tidur?" tanyanya pada Ratna. "Iya, Non. Oma Erni udah masuk kamar karena nggak.ada teman ngobrolnya malam ini.""Emang Mami kemana? Apa udah tidur duluan?""Bukan, Non. Mami tadi saya liat pergi sama Non Leoni."Nala mengernyit. "Sama Leoni? Kemana?" "Nah, itu Mbak juga nggak tau, Non. Mungkin Mami mau beli sesuatu, terus dianterin Non Leoni."Kening Nala masih berkerut. Rasanya tak mungkin Leoni akan sudi mengantarkan ibunya. Selama ini Leoni begitu sinis padanya dan ibunya. "Mami nggak bilang apa-apa sebelum berangkat, Mbak?" Ratna menggeleng. "Nggak, Non."Entah kenap, Nala merasa cemas. Karena tak mungkin Leoni dengan senang hati pergi bersama ibunya, menjawab Laksmi bicara saja Leoni tak pernah. Sedang Nala merasa cemas, Leoni muncul di depan pintu. Namun tak ada Laksmi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status