Beranda / Romansa / Hot Sugar Daddy / 4. Bukti Gairah

Share

4. Bukti Gairah

Penulis: Laquisha Bay
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-02 15:51:18

POV Logan

Aku hanya berniat menggoda Amanda, tetapi ketakutannya pada kepribadianku kembali terlukis jelas di wajahnya yang cantik sekarang. Ekspresi gugup itu membuatku ingin mengudarakan tawa dengan keras, membiarkan semburat pucat menghiasi bibirnya, dan menciumnya sampai dia mengerang tanpa ragu. Namun, aku harus menahan diri untuk adegan yang sempurna itu dan membuat penantianku bernilai sepadan nantinya.

“Itu lelucon pria-pria Inggris,” selorohku sambil menyunggingkan seringai tipis pada Amanda yang seketika mundur satu langkah lebih jauh dari posisinya semula.

“Benarkah? Maaf, selera humorku memang rendah,” komentarnya kemudian.

Aku melihat kedua pipi Amanda merona terang. Apa dia merasa malu karena sudah memikirkan sesuatu yang buruk mengenai seorang Logan Caldwell? Wanita itu seharusnya mengintip sejumlah imaji liar yang menyangkut tentang dirinya dalam kepalaku, rencana-rencana yang kusiapkan, dan pandangan pribadiku akan tubuhnya.

“Dia pelayanku. Seseorang yang mengurus rumah sehari-hari. Nyonya Vazquez,” ungkapku pada Amanda yang masih memperhatikan Nyonya Vazquez bekerja.

“Jadi, kau berasal dari mana? Aberdeen? Edinburgh?” tanya Amanda yang mulai mengalihkan pandangannya secara penuh padaku.

“Aku lahir di Stirling dan pindah ke Brooklyn semasa SMU. Menetap di Philadelphia sejak tiga tahun terakhir.”

Amanda menurunkan bulu matanya, menatap lantai yang dipenuhi pola rumit yang telah ada sejak aku membeli tempat ini, dan mengajukan pertanyaan lain seputar diriku. Aku memberinya jawaban yang pendek, menanggapi reaksinya dengan sikap hati-hati, membatasi diri pada kedekatan yang lebih dari sekadar satu malam. Aku memang terpikat pada pesona Amanda, tetapi bukan untuk merantaiku dengan komitmen baru.

“Bagaimana rasanya menjadi nomaden?”

“Cukup menyenangkan,” sahutku lagi-lagi singkat, lantas mengajak Amanda pergi menuju kamar paling atas.

Kami tiba di kamarku yang terletak di lantai tiga dengan pemandangan danau yang menjorok ke sisi barat. Langit sore langsung terpampang begitu memukau dari jendela. Cahaya matahari terakhir di sisa hari ini menyirami sebagian sudut, menciptakan kesan temaram yang redup, dan menawarkan suasana yang mendukung untuk memulai sesuatu yang akan kunikmati sebentar lagi.

Aku memperhatikan Amanda yang mengawasi keadaan di sekeliling kami. Dia terlihat dua kali lipat lebih panik sekarang. Tingkahnya sontak membuatku bertanya-tanya seberapa jauh interaksinya dengan lawan jenis sebelum dia bertemu denganku, dia masih muda, pengalamannya mungkin minim atau bisa jadi malah nol.

“Dekorasi yang hebat,” puji Amanda yang mengusap lehernya dan menghindari tatapan kami saling berpapasan ke arah cermin-cermin berukuran besar yang kupasang di beberapa titik.

“Terima kasih. Aku suka sesuatu yang bergaya vintage,” sahutku parau, mencegah sifat impulsifku mengacaukan segalanya.

“Mengapa kau menaruh begitu banyak cermin di sana?” tanyanya lagi, kedua alisnya bertaut, kemudian pandangannya mengamati kaca-kaca bening itu secara keseluruhan.

“Kau akan segera tahu alasannya,” gumamku sambil menghambur langkah pelan seperti seekor predator yang tengah mengincar targetnya agar tidak lolos dan lari dari cengkeraman.

Amanda mendadak menyadari perubahan atmosfer di sekitar kami. Dia menoleh ke belakang dan mendapati aku yang sedang berjalan meraih pinggang rampingnya. Sukses membawa tubuh itu ke dalam pelukan sebelum kesiap kagetnya meluncur, lantas menghirup puas aroma parfumnya yang refleks mengaktifkan libidoku.

Amanda sangat manis dan memabukkan seperti semarak festival pada musim panas. Ada sedikit bau jejak matahari yang terendus di ujung rambutnya yang halus. Aku kemudian memutar tubuhnya, membuat wajah kami saling menatap satu sama lain, merasakan ritme napasnya yang berat mengembuskan angin lembut di leherku.

“Kita akan bermain dengan aturanku sekarang,” desisku di hadapan Amanda yang menggigil.

“Tu-Tuan Caldwell, aku—uh, mak-maksudku, Logan, apa aku boleh mengakui sesuatu? Aku belum pernah melakukannya,” kata Amanda dengan terbata-bata.

Pengakuan itu spontan membuatku terkejut. Setelah pulih dan berhasil menguasai diri, aku menyapu tulang hidungnya dengan ibu jariku, menggesernya turun hingga ke garis bibirnya yang lembap oleh lip balm. Menenangkan sekaligus menonton respons tubuhnya yang masih gemetar terhadap sentuhanku.

Aku akan membuat Amanda terbiasa pada penjelajahan yang pria bajingan sepertiku buat di kulit pucatnya. Rasanya agak aneh menjadi yang pertama bagi seseorang sebab aku dan Brielle sama-sama petualang dahulu. Namun, aku justru menyukainya.

“It’s going to be hurt first time, but I will be gentle.”

Kening Amanda mengernyit. Aku tahu dia tengah membayangkan sensasinya, tetapi dorongan hasratku yang terlanjur meledak tidak sanggup untuk ditekan lebih lama lagi. Jadi, aku memutuskan untuk mengambil tindakan yang pertama.

“Let’s play and call me Daddy, Baby Girl.”

“Mengapa—”

“Sst, kau tidak boleh membantah atau kau akan dihukum.”

Aku mengganti ibu jariku dengan jari telunjuk, meletakkannya tepat di tengah-tengah bibir Amanda, dan menggeleng padanya. Menumpahkan segenap perhatianku di wajah wanita itu, lantas menyingkap blus miliknya secara bertahap ke atas. Napasku sontak tertahan selepas melihat bra yang dihiasi renda itu mengekspos sebagian lekuk menonjol yang ada di baliknya.

Jika pengendalian diri itu tidak pernah ada, maka aku akan langsung merobeknya sekarang. Namun, aksi yang terburu-buru hanya akan meninggalkan kesalahan. Aku ingin menciptakan detik-detik yang menyenangkan bagi Amanda, momen yang tidak akan membuat dunianya sama lagi, dan merindukanku setiap kali gairahnya hadir.

Aku merendahkan kepala, menelusuri dagu Amanda yang kecil dengan bibirku, menciuminya dengan gerakan yang berangsur turun ke leher. Mengeksplorasi seluruh cekungan di antara tulang selangkanya yang menjenjang setiap kali aku mencicipinya dengan lidah di sana. Itu menyulut gejolakku yang mustahil reda hanya dengan kecupan-kecupan ringan.

Aku tersihir dalam sensualitas yang Amanda punya, dalam erotisismenya yang murni dan polos, dalam api yang terasa membakar bukti hasrat di antara kedua pahaku. Aku akan meninggikan egoku demi permainan yang kudambakan. Mengajarinya mencapai pelepasan bersama dan mengulanginya satu atau dua babak lagi.

“Kau harus patuh, Amanda.”

Punggung Amanda kembali bergetar setelah mendengar perintahku. Apa yang ada dalam kepalanya sekarang? Betapa berengseknya seorang Logan kah? Dia mungkin sedang menyesali dirinya yang menerima perjanjian laknat yang kutawarkan atau bisa jadi justru meresapi semua perlakuan kurang ajar yang kulampiaskan di tubuhnya.

Jemariku kemudian merayap menggapai pengait bra Amanda dan membebaskan kain pelindung itu dari sana dengan mudah. Dadanya seketika menegang, posturnya setengah membusur kaku, menandakan bahwa dia terperanjat dan siap memprotes upayaku untuk menelanjanginya. Napasku mendadak tercekat selepas menyaksikan sesuatu yang mulai bereaksi di depanku, sisi yang terlihat rentan sekaligus permisif, salah satu bagian terbaik dari dirinya.

“My precious little fuck bunny,” bisikku sambil menarik tubuh Amanda ke dalam pangkuan.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hot Sugar Daddy   Bab Ekstra - Permulaan Baru

    POV Logan"Siapa yang menelepon di pukul enam pagi?" Aku menggeram dari balik bantal yang menutupi kepala, sepasang mataku lalu mengintip dari samping, mengawasi gerak-gerik Amanda yang sikapnya mendadak berubah ceria."Dari Carissa!" seru Amanda sambil melompat seperti seorang bocah yang baru saja menerima banyak kado di malam Natal.Aku menyingkirkan dua buah bantal yang sengaja kugunakan untuk melindungi wajahku dari cahaya, lantas mendongak menatap Amanda yang senyumnya melebar sekarang. Apa yang membuatnya begitu senang? "Carissa? Temanmu yang bekerja di klub?"Sosok tinggi semampai dengan rambut panjang dan suka mengoceh itu kemudian muncul dalam kepalaku. Aku mengenalnya sebagai kawan akrab Amanda. Kami pernah bertemu beberapa kali sebelumnya."Dia tidak akan bekerja di klub lagi, Logan." Suara Amanda melengking dan membuatku berjengit karenanya."Apa maksudmu? Apa kau akan mengajaknya bekerja di kedaimu?" Satu alisku terangkat menanggapi."Tidak. Dia tidak akan membutuhkannya.

  • Hot Sugar Daddy   Bab Ekstra - Suara-Suara Erotis

    POV Amanda"Aku tidak percaya kita telah melakukannya," bisikku pada Logan, merangkul erat salah satu sisi tubuhnya selepas selesai menutup kedai kopi milik kami, bisnis yang sudah berjalan sukses selama hampir tiga tahun terakhir."Kau yang melakukannya, Amanda. Semuanya berkat kerja kerasmu." Logan meremas bahu kiriku sambil mengangguk."Karena ada kau di dalamnya."Kami saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya aku merebahkan kepalaku ke dada Logan. Rasanya masih seperti mimpi. Melihat kehidupanku, kehidupan kami berdua, berjalan lancar persis seperti yang kuharapkan."Carlos dan Breeze baru saja pulang. Menurutmu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"Carlos adalah pegawai laki-laki yang bekerja pada kami. Masih muda dan baru lulus SMU saat aku merekrutnya untuk bergabung sebagai barista. Breeze merupakan pegawai perempuan yang usianya beberapa tahun lebih tua dari Carlos. Tangguh, sedikit tomboi, dengan keeksentrikan yang kadang-kadang membuatku terkejut dan mulai melih

  • Hot Sugar Daddy   40. Awal Untuk Kita

    POV LoganPersiapanku sempurna. Segala sesuatunya terlihat luar biasa dan aku yakin Amanda akan menyukainya. Rasa gugup yang melanda mendadak membuat tenggorokanku gatal, aku lalu berdeham-deham mengalihkan perhatianku pada sebuah kotak, dari bahan beledu lembut yang kugenggam di balik tangan kiriku."Kau cantik sekali," bisikku kemudian menggoda Amanda yang duduk dengan mata tertutup sehelai kain, yang sengaja kuminta pada seorang pelayan, setelah mengantar sampanye yang tadi kupesan."Kau sudah mengatakannya di dalam mobil." Amanda terkekeh menggenggam jemariku yang menyentuh kedua sisi wajahnya."Kuharap kau tidak akan bosan mendengarnya sebab aku suka memujimu dan yeah, Amanda, kau memang cantik. Sangat." Aku kembali berbisik, mengusap bibir bawahnya yang dilapisi lipstik warna lembut dengan ibu jariku, menikmati setiap reaksi yang dia tunjukkan."Kau coba membuatku tersipu?" kata Amanda yang lagi-lagi memamerkan senyumnya."Dan sepertinya berhasil? Sekarang, kau harus berbalik ke

  • Hot Sugar Daddy   39. "Gadis nakalku."

    POV Amanda"Sudah bangun, Tuan Putri? Bagaimana perasaanmu?" tanya Logan sambil mengecup ringan puncak kepalaku dan satu tangannya kemudian beralih melingkari perutku.Aku bergumam dari sela-sela kuapku. Mendengar suara derit pegas ranjang yang berderak oleh bobot tubuh Logan yang berguling ke samping. Aku lalu menoleh, melihat otot-ototnya yang liat menerbitkan gelenyar aneh di perutku, dan mengawasi gerak-gerik Logan lebih lama dari biasanya."Menikmati yang kau lihat, little one?" goda Logan yang mengerling sekilas, lantas menyambar sehelai celana pendek dari dalam lemari di sudut kamar."Yeah, pemandangan yang bagus.""Mau mandi bersama? Setelah itu kita akan pergi ke suatu tempat."Aku menggigit bibir. Membayangkan tempat seperti apa yang Logan maksud. "Suatu tempat?""Kau akan menyukainya." Logan kembali mengambil dua helai handuk baru dan memamerkan senyumnya."Yang mana?" tanyaku menatap Logan tanpa berkedip."Dua-duanya?" Satu alis Logan menukik ke atas."Penawaran yang perta

  • Hot Sugar Daddy   38. "Let me taste you, Daddy."

    POV Logan Lidahku mencari titik yang tepat untuk menaklukkan Amanda dan aku segera menemukannya. Kedua paha Amanda menegang selama beberapa waktu sebelum tubuhnya mengejang penuh penerimaan. Punggung Amanda sontak membusur kala gelombang itu datang menyapunya. Aku mendengar Amanda mengudarakan erangan parau yang panjang dan memacu semangatku untuk membuatnya meneriakkan namaku di sela-sela pelepasan. Menyaksikan Amanda menggelinjang hebat mendadak membuat dadaku sesak oleh rasa bangga yang tidak terbantahkan. Bersumpah akan melimpahinya kenikmatan sebanyak mungkin. “Lo-Logan... Logan...” geram Amanda terbata-bata, jemarinya mencengkeram erat rambutku, memegang sisa kendali dirinya yang begitu rapuh. “Panggil aku dengan benar,” desisku sambil menonton Amanda menggeliat melalui kakinya. Kepala Amanda kembali mendongak dan bibirnya yang gemetar meracau tentang sesuatu yang kotor. Dia mengerang lebih panjang, lebih parau, lebih erotis. Membuatku mengecap lebih banyak rasa dirinya di

  • Hot Sugar Daddy   37. "Spread your legs and moan for Daddy."

    POV Amanda“Kedua, aku ingin mendengar kau menyebut namaku saat kau klimaks di bibirku.” Logan membisikkannya dengan suara berat, menyentuh lembut garis rahangku menggunakan bibirnya, mengirimkan gelenyar aneh yang kukenali itu ke perutku.“Dan ketiga, aku akan membuatmu merasakan diriku seutuhnya.” Logan kembali berbisik dengan nada yang lebih kasar, seolah-olah pengendalian diri yang selalu dibanggakan olehnya habis meleleh di bawah kakiku.Darahku berdesir hebat sewaktu Logan mendorongku ke salah satu pilar. Tangannya langsung bergerak membebaskan kancing celana pendekku dan membuat kain dari bahan denim itu seketika meluncur melewati kedua kakiku. Aku menggeram sewaktu jemari Logan menyusup ke balik pelindung terakhir yang masih kukenakan. “Sial, Amanda. Kau basah sekali. Kau akan membuatku mati karena terangsang,” umpatnya kemudian. Aku melihat bibir Logan gemetar dan mendengus sebelum satu jarinya berpindah ke celah yang lebih pribadi. Kesiapku sontak mengudara. Punggungku me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status