"Aku udah terima nih kopinya. Thanks, ya." -Alana
"Sama-sama, Al. Semoga kamu suka." -Alan
"By the way, kamu minta baristanya nulis di note?" -Alana
"Iya, Al. Untung aja baik ya." -Alan
"Kalo aku jadi baristanya mah aku gak mau." -Alana
"Yee, aku kasi tips kali." -Alan
"Bodo amat." -Alana
Mereka berdua tampaknya sudah mulai terbiasa memberikan candaan di setiap pesannya. Alana pun sepertinya sudah mulai nyaman membalas pesan kepada Alan. Namun lagi-lagi egonya mengatakan dia tidak bisa terus-terusan nyaman mendengarkan kata-kata Alan. Bagaimana pun juga, Alan sudah merendahkan dirinya.
***
Sudah beberapa hari setelah kepulangan mereka dari Yogyakarta
Alan menghadiri acaraanniversaryyang diadakan oleh perusahaan Ezra di salah satuBallroomhotel yang berada di Jakarta Pusat. Acara tersebut tampak di hadiri oleh beberapa kalangan seperti Pengacara, Psikolog, Dokter, hingga Pengusaha. LuasnyaBallroomyang berada di hotel itu membuat Alan susah payah mencari wujud Alana. Matanya selalu memandang di setiap sudut ruangan. Langkah Alan terhenti melihat Alana yang tampak tengah duduk dengan seorang pria di sebuah meja yang berada di tengah ruangan. Alan pun terlihat cemburu melihat Alana dan pria yang memakai jas hitam itu berbincang bersama. Namun sepertinya pria itu mungkin hanya rekan kerja. Lagi pula, pekerjaan Alana memang memiliki banyak koneksi pikirnya. Alan pun langsung di hampiri oleh Sanjaya dan Lita untuk duduk di salah satu meja yang berada berseberangan dengan meja Alana. "Halo, Alan." Sapa Lita kepada Alan yang sedari
Keesokan harinya... Alan menghampiri Alana di kantornya. Tampak Alana sedang berdiri di salah satu ruangan dan sepertinya ingin menuju ke ruangan Ezra. "Al, aku minta maaf. Aku gak maksud ngomong gitu ke kamu kemarin. Aku sayang sama kamu, Al." Ucap Alan yang sudah tiba-tiba berada di hadapan Alana. "Alan, aku gak mau di ganggu. Aku mau kamu profesional dan kita kelarin kerjaan kita secepatnya." Alan tampak berlutut di hadapan Alana. Ezra dan beberapa karyawan lainnya melihat sikap Alan, seorangmanagerdi perusahaanpartnermereka itu mau berlutut di hadapan Alana dan di lihat oleh karyawan lainnya. "Alan, kamu apa-apaan, sih?! Kamu dilihatin banyak orang!! Aku buru-buru. Aku mau pergi." "Aku cuma mau kamu maafin aku dan kasi aku kesempatan satu kali lagi, Al. Aku gak peduli harus malu di depan orang banyak. Intinya aku sayang kamu dan aku butuh kamu, Al. Aku mohon." Alan menatap Al
"Alana--" Suara terbata-bata terdengar dari arah Alan yang masih terbaring di ranjangnya. Alana yang berada di sofa dan mendengar suara itu pun menoleh dan memastikan ke ranjang Alan "Alana--" Ucap Alan lagi namun masih memejamkan matanya. "Alhamdulillah Alan udah sadar dan manggil nama kamu, Al." Ucap Lovandra yang sedari tadi berada di samping Alan. "Tante, ini bener kan?" Tanya Alana memastikan dengan wajahnya benar-benar berubah menjadi ceria seketika. "Alan, iya ini aku Alana." Alana mendekati Alan dan menggenggam tangannya "Alan kamu dengar aku, kan?" "Alana--" Ucap Alan lagi. "Tante, Alan kenapa masih ngucapin nama aku tapi matanya masih belum kebuka?" "Tante juga gak tau, Al. Tapi yang pasti Alan udah mulai sadar. Kamu tunggu Sebentar ya, tante panggil dokter dulu." Lovandra pun menghampiri dokter di ruangannya yang sedang mengobrol dengan Daffa "Dok, Alan udah sadar." Ucap Lovandra bersemangat dan sontak mereka pun ber
Sebelum mengadakan kunjungan ke kantor cabang besok, Alan mengajak Alana untuk makan malam bersama di salah saturestaurantyang berada di jalan Watugede, Wonorejo. Alana pun mengangguk, menyetujui ajakan Alan.Mereka mengunjungirestauranttepat pukul delapan malam. Suasanarestaurant-nya sangat menyatu dengan alam dan terdapat persawahan di sekitarnya.Alan memang memilih tempat seperti ini karena Alana selalu senang jika di ajak ke tempat yang berbau alam. Alana pernah mengatakan bahwa dia tidak terlalu suka dengan padatnya Jakarta, jarang menemukan tumbuhan. Disaat Alana di ajak keluar kota, dia tidak pernah mau untuk pergi kerestaurantyang tertutup atau tidak ada hal yang berbau alam.Saat mereka sampai, terlihat Alan memilih untuk duduk dioutdooryang dekat dengan persawahan dan hanya ada mereka berdua saja yang berada di sana. Saat Alana duduk, dia memalingkan waj
"Short escapebanget ya di Jogja cuma tiga hari." Ucap Alana yang sedang memandang persawahan dari dalam kereta."Nanti kita kesini lagi, ya. Aku gak boleh lama-lama bawa kamu. Cuma dikasi tiga hari sama Mas Ezra." Jawab Alan sembari mengusap puncak kepala Alana."Janji ya nanti kita kesini lagi." Alana menatap Alan sembari mengulurkan kelingkingnya"Iya, sayang. Aku gak nyangka kamu mau nerima aku." Alan meraih tangan Alana dan mengecupnya.Alana hanya tersenyum dan merapikan rambut Alan yang terlihat berantakan "Kita main ludo yuk, bosen.""Seriously?! Ayuuukkk. Udah lama ya kita gak main ludo. Aku kangen banget sama momen itu." Jelas Alan memberikan senyuman lebar.***Alana mulai terbiasa untuk selalu menyapa Alan setiap harinya. Bertukar keluh kesah dan menceritakan kesibukan yang mereka lakukan di sela-sela waktu yang mereka miliki.Alan memang sudah memiliki Alana, setelah mereka berkomitmen Alan m
Alana berdiri di jembatan brooklyn, menatap keindahan kota New York dan menikmati udara yang ada di jembatan. Dia tenggelam dalam lamunannya kepada Alan. Dia sadar, dia tak seharusnya menerima Alan kembali.Alana melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Dia pun bergegas kembali ke hotel yang jaraknya tak jauh dari jembatanbrooklyn."Alan-- k-kamu." Ucap Alana terkejut melihat Alan yang sudah menunggunya dilobbyhotel"Tega banget kamu gak ngasi tau aku kalo kamu adaprojectdi New York.""Aku kirain kamu balikan dengan Fina.""Gak mungkin, Al!""Tapi dulu kamu--""Al, denger yaaaa. Fina itu masalalu aku. Sekarang aku sama kamu. Kamu lebih mengerti aku daripada Fina. Aku sayang kamu melebihi sayang aku ke Fina dulu, Al. Aku kaya orang gila nyari-nyari kamu. Nomor kamu gak aktif, aku ke apartemenkamu tapi kamu gak ada." Ucap Alan dengan matanya y
Sudah beberapa hari Alan dan Alana tiba di Jakarta. Mereka di sibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing dan rencana acara tunangan yang akan mereka adakan di Bandung, rumah orangtua Alana.Seperti biasa setelah Alan selesai bekerja, dia menemui Alana yang berada di kantornya untuk membahas proses lamaran nanti.Alana sedang berada di ruangan kantornya sembari memandangi cincin berlian yang di berikan oleh Alan ketika di New York.tok.. tok.. tok..Terdengar pintu ruangan Alana diketuk dari luar, lalu menyadarkannya dari lamunan dan segera beranjak dari kursinya.Belum sempat Alana melangkahkan kaki, pintu ruangannya pun sudah dibuka "Loh, Mas Ezra? Kirain siapa.""Iya, Al. Itu dilobbyada Alan lagi nungguin kamu.""Oh iya, Mas. Aku ada janji sama dia." Jawab Alana dan langsung mengambil tasnya yang ada di meja dan bergegas menghampiri Alan.Mereka berdua memutuskan untuk membahas acara la
Tidak terasa sudah satu bulan Alan dan Alana bertunangan. Walau begitu, Alan merasa belum bisa memiliki Alana sepenuhnya sampai mereka berstatus menikah.Selama mereka bertunangan, Alan tampak memberikan perhatian yang berlebihan kepada Alana sehingga terkesan 'posesif'. Berbeda dengan Alana yang memang sudah merasa memiliki Alan sepenuhnya dan memberikan kepercayaan kepada Alan.Karena sifat posesif Alan, dia meminta Alana untuk tinggal di apartemen kembali bersamanya. Alana menyetujui hal itu dengan syarat mereka harus tidur secara terpisah dan tidak melakukan kesalahan lagi sampai mereka berstatus menikah.Alan setuju dengan apa pun syarat yang di berikan oleh Alana. Lagi pula, Alan mengajak Alana kembali tinggal di apartemen bersamanya bukan karena ingin memanfaatkan tubuhnya, tetapi dia benar-benar takut kehilangan Alana lagi.tik tok tik tok--AlarmAlan seketika berbunyi dan membangunkannya. Alan mera