Home / Romansa / How Could We Go Wrong? / Chapter 2 - Keraguan

Share

Chapter 2 - Keraguan

Author: Putri Wahyuni
last update Huling Na-update: 2021-08-28 13:47:30

Awal perbincangan antara Alana dan Reza memang terlihat masih dibaluti dengan basa-basi seperti orang-orang pada umumnya. Hal itu terlihat dari perbincangan mereka yang tampaknya belum mengupas seluk beluk kepribadian satu sama lain. Hal itu pula yang membuat Alana belum bisa melupakan masa lalunya.

Namun, setelah dua minggu Alana dan Reza berbincang melalui aplikasi TinTan, entah mengapa Alana bisa dengan mudahnya merasakan kenyamanan terhadap Reza.

Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampak terlihat dari ekspresi Alana yang terkadang senyum-senyum sendiri saat menerima pesan dari Reza. Alana pun seringkali tertangkap basah menunggu balasan pesan dari pria asing itu. 

Dua minggu merasakan kenyamanan dengan Reza sepertinya mampu membuat Alana melupakan Bagas. Namun rasanya sangat konyol jika Alana benar-benar sudah nyaman. Masalahnya, mereka berdua belum pernah bertemu. Bagaimana mungkin Alana bisa merasakan kenyamanan dengan orang asing begitu mudah?

Semoga saja Alana tidak terlarut dalam perbincangannya dengan Reza. Semoga Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati kali ini. 

(WazzApp Notification - Reza)

"Hey, Al. Kamu dimana?"

Apa? Pemberitahuan WazzApp? Sepertinya Reza dan Alana sudah saling membuka diri satu sama lain karena sudah tidak berbincang lagi di aplikasi kencan itu. Dan artinya Alana perlahan sudah mulai membiarkan pria asing itu masuk kedalam kehidupannya.

"Hey, aku di kantor, nih."  -Alana

"Ketemu yuk abis jam kantor." -Reza

"Emang keburu?" -Alana

Kantor Reza dan Alana berjarak lumayan jauh, ditambah lagi macetnya Jakarta yang sudah menjadi konsumsi sehari-hari akan sangat melelahkan jika harus bertemu sehabis pulang dari kantor.

"Aku ke tempat kamu aja, gapapa." -Reza

"Kamu nyampe kesini bisa bisa jam delapan malam." -Alana

"Gapapa sih aku." -Reza

"Next time aja gimana? Sejujurnya aku juga masih belum siap untuk ketemu kamu. Yeah you know, kita sama-sama strangers. Aku takut kamu punya motif yang aneh sama aku." -Alana

"Haha it's okay, Al. Lagian kita ketemu di tempat rame, kok. Aku gak bakalan punya motif aneh-aneh." -Reza

Syukurlah! Tampaknya kali ini Alana bisa melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Terlihat dari Alana yang memang sudah merasa nyaman dengan Reza. Namun, Alana masih saja takut untuk bertemu dengan Reza secara langsung. 

***

Alana keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. Alana kemudian meraih ponsel, seperti biasa membuka aplikasi Anstagram yang sudah menjadi kebutuhan primer umat manusia pada saat ini. Seketika dia pun membaringkan dirinya di ranjang sembari fokus memainkan aplikasi Anstagram.

WazzApp Notification (Reza)

"Al, Aku baru sampe di apartment nih. Kamu udah sampe belum?" -Reza

"Wah lama juga. Udah jam sepuluh malam. Udah, kok" -Alana

"Iya, tadi aku lembur." -Reza

"Oh, untung aja kita gak jadi ketemu." -Alana

"Kamu lagi sibuk apa sekarang, Al?" -Reza

"Lagi main Anstagram aja, nih. Kamu?" -Alana

"Lagi mau nonton, sih." -Reza

"Oh iya, aku nyari Anstagram kamu tapi kok gak nemu. Nama Anstagram kamu apaan?" -Alana

"Ntar ketemu aku kasi tau. Oh iya aku belum tau asal kamu darimana, Al. Asal kamu darimana kalo boleh tau?" -Reza

"Coba tebak" -Alana

"Okay, tapi kalo aku bener besok kita ketemu. Gimana?" -Reza

"Oke. Aku kasi kamu kesempatan untuk ngejawab tiga kali. Kalo kamu gak bisa jawab, pesenin aku kopi." -Alana

"Okeee." -Reza

Alana adalah wanita mandiri. Dia berasal dari daerah luar Jakarta dan sudah merantau ke Jakarta sejak dia kuliah, begitu pun dengan pengakuan Reza yang berasal dari luar Jakarta dan sudah merantau di Jakarta sejak kuliah sampai bekerja.

Reza pun akhirnya berhasil menebak daerah asli Alana pada jawaban yang kedua "Finally! Aku menang, Al. Kita ketemu besok yaaaa." -Reza

"Hmm. Okay." -Alana

"Kopinya jadi?" -Reza

"Kan aku kalah." -Alana

"Gapapa aku beliin aja. Kirim alamat kamu sekalian aku jemput kamu besok." -Reza

"Haha iya deh iya. Aku juga pengen ngopi, nih. By the way, besok kita ketemu di coffee shop aja. Gak usah di jemput hehe." -Alana

***

Alana tampak masih ragu untuk bertemu Reza. Tetapi mengapa? Bukannya selama ini Alana tampaknya sudah merasakan kenyamanan terhadap pria itu?

Alana memikirkan keraguannya untuk bertemu dengan Reza setelah pulang kerja nanti sembari memutar-mutar pulpen yang di genggamnya dengan tatapan kosong.

Sepertinya Alana masih memiliki rasa pesimis kepada laki-laki terutama sejak Alana ditinggal oleh Bagas. Kenyamanan yang di berikan oleh Reza tampaknya masih tidak dapat mengalahkan rasa pesimis di diri Alana.

Ditambah lagi Alana belum mengenal sosok Reza lebih jauh. Alana takut merasa nyaman dengan orang yang salah lagi. Atau Mungkin saja Alana hanya nyaman dan butuh perhatian dikala Alana bosan sehingga wajar jika Alana menantikan pesan dari Reza.

"Lo jadi ketemu Reza hari ini?" Ucap Tasya yang menghampiri Alana ke meja kerjanya.

"Jadi, ini mau pergi habis jam kantor." Jawab Alana datar.

"Lo ga mandi dulu gitu? Ganti baju kek apa kek." Ucap Tasya yang melihat Alana tidak bersemangat menemui pria itu.

"Gak ah males." Jawab Alana saat dia tengah menyeruput es kopinya.

"Kesan pertama itu lo harus bener-bener tampil maksimal loh, Al. Kenapa jadi kusut begini." Tasya berkomentar.

"Ya gue anggep dia temen doang kok gak serius."

"Bagus, sih. Tapi akhir-akhir ini lu kayak nyaman banget kalo ngobrol sama dia." Ucap Tasya sembari menatap Alana dalam.

"Gak tau nih. Gue juga bingung, Sya. Gue memang nyaman ngobrol sama Reza, tapi gue juga masih ragu. Kan niat awal kita cuma untuk temen ngobrol doang, gak sampe ketemu. Sejujurnya, gue takut nyaman dengan orang yang salah. Makanya gue gak mau ketemu dia. Ibaratnya belum ketemu aja gue udah nyaman, terus kalo ketemu bakal gimana?" Ucap Alana frustrasi.

"Iya, sih. Tapi kalo dia lebih cocok buat elu gimana? Lagian nih ya setelah gue pikir-pikir, mau ketemu dimana aja, kalo cowok itu baik ya pasti baik. Saran gue sih kalo lu udah ngerasa nyaman sama Reza, lu cari tau dulu latar belakangnya kayak gimana. Nah baru deh, lu bisa memutuskan."

"I know. Tapi kenapa tiba-tiba lo jadi ngedukung gue untuk serius sama dia? Sebelumnya lo--"

Tasya pun memotong pembicaraan Alana "Gue berubah pikiran. Gak tau kenapa gue ngelihat lo ngobrol sama Reza lo jadi bisa lupa dengan Bagas dan gak murung lagi. Jadi menurut gue ya kalo lo nyaman yaudah lo lanjutin aja. Dengan syarat, lo harus tau dia dulu kaya gimana!"

"Yep. Oh iya, satu lagi yang gue takutin."

Tasya menghela napas "Apa lagi?" Tanya Tasya sembari mengangkat alis kirinya.

"Dia kan pake foto sillhoute gitu, gak keliatan, kan? Gimana kalo dia aslinya ternyata bapak-bapak atau om-om?"

"You want my advice?" Tanya Tasya dengan senyuman sinis dan Alana menganggukkan kepalanya.

"Kabur. Pura-pura gak kenal." Jawab Tasya.

 "Best advice!" Ucap Alana bersemangat dan bergegas berdiri dari duduknya "Udah ah gue mau pergi dulu. Bye."

"Hmm. Okay, good luck!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • How Could We Go Wrong?   Extra Part

    Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 39 - Honeymoon

    Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 38 - Aldo & Paula

    Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 37 - Menikah

    Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 36 - Pre-Wedding

    Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini

  • How Could We Go Wrong?   Chapter 35 - Hello Again Jtown!

    Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status