Callista langsung berkata, "Ketika kamu muncul bersama Nona Miriam tadi, aku mendengar ada seseorang menyebutmu seperti itu."Wendry memandang Callista. Melihat wajahnya yang tenang, Wendry mengerutkan keningnya, lalu tersenyum, "Maaf, aku sudah salah orang."Callista juga ikut tertawa, "Kalau begitu, aku permisi ….""Nona Callista pasti berasal dari Kota Sakata."Sebelum Callista selesai berbicara, Wendry pun menyela, "Aku berasal dari Kota Guno, ini pertama kalinya aku datang ke Kota Sakata. Bisakah Nona Garcia merekomendasikan beberapa tempat menarik untukku.""Baiklah."Dibalik penampilan Callista yang tenang, dia merasa sangat cemas. Wendry pasti merasa curiga padanya. Semakin Callista berlama-lama, akan semakin berbahaya.Namun, dia tidak dapat menolak. Kalau dia menolak, akan terlihat tidak sopan.Selama saling berkenalan, Wendry terus memberikan pertanyaan, lebih seperti interogasi daripada sekedar rasa ingin tahu.Ketika Callista tidak dapat melarikan diri, ada seorang pelayan
"Apa?"Callista tertegun sejenak, sama sekali tidak mampu membayangkan Lusianti yang begitu lembut dan sopan, seperti apa yang dikatakan oleh Jason.Wajahnya tampak sangat tidak percaya.Jason tidak memedulikan, lalu mengangkat tangannya.Ada suara benda jatuh.Sebuah pemantik api dari logam jatuh ke atas meja, kemudian Jason, dengan sebatang rokok di mulutnya, bergumam, "Kemarilah dan nyalakan rokokku."Callista terdiam selama beberapa detik, lalu melangkah maju untuk mengambil pemantik api berwarna keemasan itu.Pemantik api ini belum pernah dia lihat sebelumnya. Tidak ada penutup dan roda penyala apinya berada di samping. Dia mencoba menjentikkannya beberapa kali, tetapi tidak berhasil.Perhatian Callista tertuju pada pemantik api, sampai-sampai dia tidak memperhatikan arahan dari Jason."Duduklah, aku akan mengajarimu."Jason sedang duduk di sofa tunggal sambil menyilangkan kaki.Hal-hal yang lebih intim saja sudah pernah mereka lakukan, jadi Callista tidak punya alasan untuk menol
Sebelum terikat kencang, bulu kuduk Callista telah berdiri."Jason, kamu dengarkan penjelasanku, telah terjadi kesalahpahaman di antara kita berdua."Dia menjelaskannya dengan terburu-buru, takut jika sampai telat menjelaskan, dia akan terjerat oleh tali dasi yang akan menyebabkan kematian untuknya.Callista bicara panjang lebar, mengatakan betapa dia mencintai Edbert lalu dikhianati olehnya, merasa tidak rela. Tentu saja dia tidak berani menceritakan mengenai identitas palsunya.Dia tidak takut jika Jason ingin menyelidikinya, yang dilakukan Nona Callista sebelumnya sudah cukup banyak.Jason mendengarkan dia berbicara dengan posisi seperti itu, lalu alisnya terangkat dan berkata, "Benci karena cinta?""Iya."Callista menganggukan kepalanya.Jason dengan gembira mengatakan, "Kenapa tidak katakan dari tadi, balas dendam, aku ahlinya."Akhirnya dia melepaskan ikatan dasi itu, lalu mengambil ponsel dan mulai menelepon."Halo, Edbert. Ada waktu?"Suara gugup sambil menyanjung terdengar dar
Callista menggigit bibirnya begitu mendengar suara Edbert. Takut akan secara tak sengaja mengucapkan sepatah kata. Dia menahan diri begitu keras, kenapa Jason malah memintanya untuk bersuara? Kenapa tidak sekalian saja menyuruhnya menampakkan diri saja? Jantung Callista berdegup kencang, tetapi dia tidak berani memperlihatkan ekspresi apa pun di wajahnya. Hanya melirik Jason dengan pandangan memelas dan memohon. Sayangnya, Jason bukanlah orang yang bisa diajak kerja sama.Pria itu tersenyum nakal dan hendak membuka mulutnya untuk memanggil Edbert, tetapi bibir Jason mendadak melunak. Lengan Callista seperti sulur tanaman melingkari leher Jason yang kuat dan ujung jari-jari wanita itu menggosok otot leher dan bahunya yang kukuh, memberikan sensasi kepuasan tersendiri.Jason mengangkat alisnya dan mengerti keinginan Callista untuk fokus pada hal ini terlebih dulu. Callista menggertakkan giginya dan berjuang untuk bertahan. Selama Jason tidak merespon, masalah ini masih bisa diselesaikan.
Sebagai tokoh utama hari ini, Miriam merupakan sosok yang sangat diminati. Menghadapi tamu-tamu yang datang untuk menyambutnya, dia terlihat angkuh dan hampir tidak terlihat senyum di wajahnya. Untunglah masih ada Wendry yang mengatasinya barulah bisa melewatinya. Setelah tamu pergi, Wendry berpikir dan berkata dengan penuh pertimbangan, "Miriam, ini adalah keluarga yang berkuasa di Kota Sakata. Bagaimanapun, bersikaplah lebih respek.""Memangnya kenapa kalau berkuasa di Kota Sakata? Apa mereka pantas mendapat respek dariku?"Wendry ingin mengatakan lebih banyak, tetapi disela oleh Miriam. "Sudahlah, tidak perlu berbicara tentang orang-orang yang tidak berarti itu. Di mana Jason? Kenapa dia belum datang?"Miriam mengadakan pesta ini demi Jason dan Wendry secara alamiah membantunya mencari."Jason sudah datang, tapi sudah lama tidak kelihatan. Entah pulang belum?""Pulang?"Suara Miriam mendadak meninggi, "Mustahil! Dia tidak bisa pergi tanpa mengatakan apa pun kepadaku.""Apa dia dibaw
Untungnya, Edbert tidak memperhatikan perbedaan antara keduanya. Dia hanya tidak suka Callista karena membuatnya mencari begitu lama. Edbert merasa membuang waktu dan suasana hatinya menjadi buruk sambil berkata, "Meski mengganti gaun, kamu seharusnya mengatakan terlebih dulu. Tanpa pesan apa pun, kamu menghilang begitu saja! Memangnya siapa kamu?""Oh, waktu itu kamu sedang sibuk merayu Jessica jadi, aku tidak ingin mengganggumu." Setelah mendengar ini, Edbert yang masih curiga langsung mendengkus kesal dan berkata, "Bagaimana kamu bisa membandingkan dirimu dengan Jessica?""Kamu begitu tergesa-gesa mencariku, kukira mau membandingkan.""Siapa yang terburu-buru mencarimu! Aku hanya …."Edbert terhenti dan tak mampu mengatakannya. Dia sebenarnya tengah mencurigai Callista telah tidur dengan Jason, jadi dia terburu-buru untuk memastikan hal ini dengan mencari Callista."Terserah kamu mau apa!" Usai mengatakannya, Edbert langsung mematikan teleponnya. Sedangkan, Callista yang berada di u
Callista tidak menjawab. Hanya di dalam hatinya memang sudah sejak awal dia menyesal. Meskipun dicemooh, mendengar perkataan Jason sepertinya pria ini mulai memercayainya. Masalahnya sudah begitu banyak dan benar-benar tidak ingin menambahkan satu lagi. Callista tersenyum kaku dan berkata, "Kalau Tuan Jason tidak ada hal lain untuk dilakukan, aku pamit dulu.""Tunggu sebentar!"Jason mengangkat kakinya untuk menghentikan Callista. Kaki jenjang pria itu sengaja diulurkan untuk menghalangi jalan Callista. Callista berhenti dan berbicara dengan sedikit kesabaran yang masih tersisa, "Apakah Anda memiliki perintah lain?"Jason mengagumi ekspresi Callista yang tampak tertekan dan seulas senyum terpancar di wajah Jason, "Besok, tunggu teleponku."Callista agak terkejut, dia mengira telah memahami perilaku Jason dan hari ini hanyalah sebuah kecelakaan semata dan berpisah bukanlah masalah besar.Bukankah ini hanya hubungan sesaat? Kenapa masih ada berkelanjutan?Melihatnya tidak merespon, Jaso
"Aku …." Lusianti merasa sedikit ragu-ragu."Kalau merasa tidak nyaman untuk mengatakannya, tidak apa-apa."Ini adalah privasi Lusianti dan Callista tidak punya hak atau alasan untuk mempertanyakan lebih jauh."Bukan masalah itu." Lusianti merasa malu dengan Callista dan dengan mudah memberitahunya."Aku menyinggung Tuan Jason.""Jadi gaunmu?"Suara Lusianti menjadi kikuk, "Dia mengusirku pergi."Callista tetap diam.Awalnya Callista sempat berpikir kalau Jason memaksa Lusianti, tetapi ternyata bukan. Dia menutup telepon. Callista merasa sedikit lebih nyaman. Pada saat yang sama, dia menemukan beberapa keanehan. Penampilan Lusianti cukup menarik perhatian, sejak insiden itu telah mendapatkan reputasi besar. Ada banyak orang yang tertarik untuk menikahi Lusianti, tetapi Nyonya Garcia merasa ragu untuk menetapkan pernikahan dan meminta Lusianti untuk mendekati Jason. Callista tiba-tiba punya ide yang berani apakah Nyonya Garcia sudah berencana menggunakan Lusianti untuk mendapatkan Jason