Home / Romansa / Hubungan Gelap / Bab 3 Merasa Bersalah

Share

Bab 3 Merasa Bersalah

Author: Permen Jahe
Di luar gelap gulita dan hujan turun deras, jangankan orang, bayangan saja tidak terlihat.

Callista kemudian menyadari, bagaimana mungkin Edbert mau mengikutinya, ini semua hanya karena rasa bersalah yang Callista miliki.

Saat dia hendak menjawab, panggilan itu dimatikan oleh sebuah tangan besar, yang datang dari samping.

Callista mengerutkan keningnya, sebelum dia sempat bertanya kepada Jason tentang tindakannya, Jason mengangkat dagu Callista, lalu mencium bibirnya sampai mengembuskan asap rokok ke dalam mulutnya.

"Uhuk uhuk …."

Callista batuk tanpa henti.

Jason melihat wajah Callista memucat karena ketakutan, batuknya yang keras sampai memunculkan sedikit darah. Dia pun mengangguk kepalanya dengan puas.

Ini jauh lebih enak dipandang.

Tak lama kemudian, pesan singkat dari Edbert pun masuk.

[?]

[Beraninya kamu menutup panggilanku, di mana kamu sekarang?]

[Kuberi waktu dua puluh menit, segera kembali atau aku akan meminta Keluarga Garcia untuk membawamu pulang!]

Apakah Edbert sudah pulang ke rumah?

Bukankah dia tidak peduli kepada Callista, kenapa dia begitu marah?

Callista merasa ada yang aneh. Tidak peduli dengan rasa pedas di tenggorokannya, dia langsung membuka gagang pintu dan keluar dari mobil.

Dia pun ditarik lagi oleh Jason, "Mau ke mana?"

"Aku harus pulang."

Dia tidak bisa berpisah dengan Edbert, tidak pada saat sekarang ini.

Setelah mendengar ucapannya, Jason mengangkat alisnya dan menatapnya, "Kamu mau pulang dengan rupa seperti ini, setelah kamu baru saja tidur denganku?"

Callista mengikuti pandangan Jason dan menundukkan kepalanya. Pakaian di tubuhnya begitu lusuh. Apalagi ada banyak bekas ciuman dan cubitan di tubuhnya. Kalau Edbert melihatnya, pasti akan menjadi masalah besar.

"Bisakah kamu, mengantarku ke mal terdekat?"

Jason, "…"

Pada akhirnya, dia hanya dianggap sebagai supir.

Begitu mereka tiba di mal, Jason tidak bergerak dan Callista membuka pintu mobil dengan perlahan.

Kakinya tidak bertenaga dan dia hampir terjatuh ke tanah.

Jason tidak turun untuk membantu, dia hanya menurunkan jendela mobil dan memandangnya dengan santai.

Di bawah lampu jalan yang begitu terang, pakaian lusuh Callista semakin tampak memalukan.

Dia ragu-ragu berkata, "Bisakah kamu meminjamkan aku jaket?"

Jason tertawa, dia sungguh membingungkan. Ketika dia tertawa, wajahnya terlihat sangat jahat.

Begitu dia membuka mulutnya, dia berkata dengan sangat kejam, "Bukankah aku dari awal sudah memberimu jaketku."

Callista tertegun sejenak, ketika dia menyadarinya, seluruh tubuhnya terasa dingin.

Ketika di rumah Edbert, Jason sudah melemparkan jaketnya kepada Callista.

Dengan kata lain, jaket pria itu ada di rumah Edbert!

Melihat wajah Callista yang seolah sedang menghadapi musuh tangguh, Jason tersenyum nakal, "Tidak perlu berterima kasih, sayangku."

"Uhuk uhuk …."

Mencium bau knalpot mobil yang tidak sedap, Callista pun mencaci-maki.

Namun, situasinya sekarang sangat terlambat, dia menundukkan kepala dan menutupi bekas ciuman di leher dengan rambut panjangnya, kemudian masuk ke dalam mal untuk membeli pakaian.

Di dalam mobil yang melaju kencang, bibir Jason sedikit menekuk.

Bahkan suaranya ketika menerima panggilan telepon pun terdengar malas yang tidak seperti biasanya, "Katakan."

Kemudian ada suara laki-laki yang tidak berdaya, "Saya sudah menunggu anda selama lebih dari empat jam, saya sudah menyiapkan minuman untukmu bersenang-senang. Apakah anda akan datang malam ini, tolong berikan kepastian."

Jason melihat jam tangannya, dia tidak menyangka akan bermain-main dengan Callista begitu lama.

"Aku tidak pergi, sudah kenyang."

Begitu Peter mendengarnya, dia mendorong orang di lengannya, mulai berdiri dan mencari tempat yang hening, "Siapa itu, yang sudah menemanimu selama empat jam?"

Jason menerobos lampu merah dan berkata dengan santai, "Dari Keluarga Garcia."

"Ya ampun!"

Suara Peter tiba-tiba meninggi, "Benarkah?"

"Apakah kamu membius dia?"

Jason memarahi sambil tertawa, "Kurang ajar, kamu kira aku sama seperti anak dari Keluarga Wilson."

Sebelumnya, Tuan Muda Wilson pernah bertaruh dengan seseorang untuk mendapatkan Nona Kedua Keluarga Garcia dalam waktu satu bulan. Meskipun sudah memberikan rumah, mobil, bahkan kapal pesiar, tetap saja tidak bisa mendekati nona tersebut.

Akhirnya, Tuan Muda Wilson menjadi sangat marah dan membiusnya.

Tak disangka, Nona Garcia lebih memilih mati daripada menyerahkan dirinya, dia pun langsung melompat dari lantai tiga sampai kakinya patah.

Masalah ini beredar di lingkungan sosial mereka. Tuan Muda Wilson diejek sampai tidak bisa berkata-kata, bahkan mereka juga bercanda kalau gadis-gadis dari Keluarga Garcia semuanya mengenakan sabuk untuk menjaga kesucian mereka, sehingga tidak ada yang bisa mendekati mereka.

Karena itu, Peter sangat kaget saat mendengar Jason sudah bercumbu dengan seorang wanita dari Keluarga Garcia.

"Keluarga Garcia yang mana? Apakah mungkin nona kedua atau jangan-jangan nona keempat? Tapi bukankah nona keempat sudah bertunangan dengan Edbert?"

"Silakan pelan-pelan menebak, aku tutup telepon dulu."

"Hei! Kak, kamu ‘kan kakak kandungku, jangan ditutup dulu!"

Peter tahu kalau Jason tidak akan memberitahunya, tetapi karena penasaran, dia bertanya lagi, "Lalu berapa banyak hadiah yang kamu berikan padanya?"

"Berikan apa?"

"Uang atau perhiasan. Apa lagi?"

Jason memikirkannya baik-baik, "Kalau masalah besar, termasuk tidak?"

Peter, "?"

Jaket berkualitas bagus itu dilempar ke lantai dan diinjak-injak beberapa kali.

"Dasar jalang! Beraninya membawa pria ke rumah ini, apa dia sudah menganggapku sudah mati!"

Meskipun Edbert tidak menyukai Callista, dia tidak bisa menerima pengkhianatan Callista.

Jessica tidak bisa berhenti tersenyum, dia yang menyarankan Edbert untuk membawanya kemari untuk meminta maaf. Awalnya, dia hanya ingin memanas-manasi Callista, tak disangka dia bisa mendapatkan hasil yang begitu bagus.

Jessica meraih lengan Edbert dan menghiburnya dengan lembut, "Kakak, jangan marah, mungkin teman dari kakak ipar datang dan meninggalkannya."

Jessica melihat jam tangan yang dipakainya dan berkata dengan cemas, "Hari sudah malam, kakak ipar masih belum pulang. Dia baru saja menutup telepon kita, jangan-jangan terjadi sesuatu pada kakak ipar."

"Hal apa yang terjadi! Wanita jalang itu pasti sedang main dengan pria lain!"

Begitu ucapan itu keluar, pintu terbuka.

Saat ini, sudah lebih dari satu jam sejak Edbert menelepon.

"Kakak ipar, kamu sudah kembali. Aku dan kakak sangat mengkhawatirkanmu."

Jessica tersenyum manis dan meraih lengan Callista, seperti sebelumnya.

Jessica terlahir manis dan cantik, dia juga selalu memanggil Callista dengan sebutan kakak ipar. Bahkan kalau dia dekat dengan Edbert, Callista hanya menganggapnya sebagai adik perempuan yang akrab dengan saudaranya.

Namun, ketika Callista melihatnya lagi saat ini, dia teringat kembali saat di mana Jessica telanjang bersama Edbert.

Sepasang tangan Jessica yang sedang memeluk Callista, baru saja memanjat pundak kakak sepupunya beberapa jam lalu dan melayaninya dengan lembut.

Memikirkan hal ini membuat Callista merinding, lalu melepaskan tangan Jessica tanpa ragu, "Ya, aku sudah pulang."

Jessica tercengang oleh tindakan Callista, kemudian ketakutan oleh ketidakpedulian di mata Callista, dia pun berkata dengan sedih, "Kakak ipar, apakah kamu menyalahkan aku karena memanggil kak Edbert pergi bersamaku? Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Aku terpeleset di kamar mandi, jadi aku tidak punya pilihan selain menelepon kak Edbert."

"Kakak ipar, aku mohon jangan marah."

Callista tersenyum sinis, "Tidak apa-apa, kalian berdua ‘kan saudara sepupu."

Sebuah jaket dilemparkan ke kepala Callista, "Wajar bagiku untuk merawat sepupuku, kamu tidak berhak untuk berkata tidak apa-apa! Kamu jelaskan terlebih dulu apa ini!"

Aroma di jaket itu sungguh tidak asing, saat jaket itu menutupi kepalanya, dia seperti kembali ke dalam mobil yang tertutup.

Beberapa adegan teringat kembali dan telinga Callista tiba-tiba menjadi panas, lalu dengan panik dia melepaskan jaket itu.

Wajah marah Edbert sudah berada di depannya, Edbert pun menunjuk ke hidung Callista, "Dasar jalang …."

Saat mencaci-maki, Edbert tiba tiba terdiam dan menatap Callista dengan curiga.

Menghadapi tatapan tajam Edbert, jantung Callista berdetak sangat kencang.

Callista sudah memeriksa dirinya sebelum memasuki pintu barusan, semua bekas ciuman itu terhalang oleh pakaian, jangan-jangan masih ada yang terlihat?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hubungan Gelap   Bab 210 Kamu Telah Banyak Membantuku

    Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju

  • Hubungan Gelap   Bab 209 Dia Masih Ada Rencana Terakhir

    Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m

  • Hubungan Gelap   Bab 208 Aku akan Melakukannya dengan Pelan

    Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang

  • Hubungan Gelap   Bab 207 Terkejutkah?

    Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]

  • Hubungan Gelap   Bab 206 Sampai Jumpa Saat Turun Nanti

    "Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal

  • Hubungan Gelap   Bab 205 Untuk Memotong Lidah Pembohong Kecil

    Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status