Share

Bab 2 Terjatuh

Callista berdiri dengan ragu-ragu di depan sebuah vila keluarga yang mewah. Dia tidak berani berjalan masuk.

Jason yang sudah berjalan ke dalam, berbalik kembali. Kebetulan dia berdiri di bawah cahaya lampu.

Sinar cahaya lampu itu menyelimuti pundaknya, bagaikan satu-satunya cahaya kelembutan yang ada di dalam kegelapan.

"Takut?" tanya Jason.

Dalam perjalanan kemari, Callista sudah sepenuhnya tersadar dari pengaruh alkohol. Bahkan hasrat birahi yang timbul tadi juga sudah menghilang tak berbekas.

Keluarga Garcia tidak akan pernah membiarkan Callista berpisah dengan Edbert. Ajaran keluarga Garcia adalah, walaupun suaminya membawa wanita lain pulang, Callista tetap harus menyambut suaminya dengan tersenyum.

Ada banyak unsur yang mengikat Callista, tidak ada satu hal pun yang tidak membelenggu pikirannya, baik itu keluarga Davis, keluarga Garcia dan juga .... Callista menatap ke bawah dan berkata, "Maaf sudah merepotkan Tuan Jason. Hari ini sampai di sini saja."

Jason tertawa ringan. Suara tawa Jason itu terdengar di telinga Callista, tetapi menusuk di hatinya dengan kejam.

Jason tidak terburu-buru untuk pergi, dia menyalakan rokok. Di dalam kegelapan malam, terlihat cahaya merah mengepit di antara kedua jarinya.

"Ternyata gosip yang mengatakan kalau wanita keluarga Garcia terlahir untuk melayani pria itu memang benar adanya."

Dengan santai, Jason mengisap rokok di bibirnya yang tipis. Dia tidak peduli apakah ucapannya itu terdengar menghina atau bisa menyakitkan perasaan orang lain.

"Eh, kalau suatu hari nanti Edbert berhubungan seks dengan wanita lain di depanmu, apakah kamu akan menyodorkan kondom untuknya?"

Callista langsung berjalan ke dalam, tanpa mengatakan apa pun.

Jason tertawa, dia membuang puntung rokoknya, kemudian mengikutinya.

Sesampainya di depan gerbang, Callista kebingungan melihat satpam, dia tidak tahu harus apa yang harus dikatakannya.

Ketika Callista masih memikirkannya, aroma tembakau yang bercampuran dengan wangi rempah-rempah tercium dari belakangnya.

"Buka pintunya."

Melihat Jason datang, Satpam itu pun tidak berani bertanya apa pun lagi, mereka langsung membukakan pintu gerbang.

Setelah kejadian ini, Callista baru saja menyadari kedudukan Jason di Keluarga Davis.

Callista teringat kalau Edbert pernah mengingatkan dirinya, ada dua orang yang paling berbahaya di Keluarga Davis, selain Tuan Besar Keluarga Davis, Eko Davis, orang itu adalah Jason.

Kalau bisa diurutkan sepertinya Jason yang paling berbahaya.

Selama kamu tidak menyinggung Kakek Eko, kamu aman-aman saja.

Sementara Jason, baik kamu menyinggungnya atau tidak, kamu belum tentu aman.

Lampu di dalam villa masih menyala, selain itu juga terdengar suara rintihan keluar dari kamar tidur.

Pintunya tidak tertutup rapat.

Dari sudut mata Callista bisa melihat dengan jelas, dua sosok sejoli yang sedang bercinta.

Mencurigai adalah satu hal, sedangkan memergokinya secara langsung adalah hal yang berbeda lagi.

"Jessica, aku sangat mencintaimu, aku rela mati untukmu."

"Hiks ... maafkan aku, Kak Edbert. Aku tahu malam ini adalah malam pertama kalian, tapi aku tetap saja memanggilmu ke sini. Aku terlalu mencintaimu, aku tidak bisa melihat kalian menikah dan memiliki anak."

"Aku tahu kamu menderita. Jangan takut, kalau kamu nggak suka, aku akan menyuruh Callista melakukan program bayi tabung saja. Setelah dia melahirkan, nggak akan ada orang yang bisa menganggu kita lagi."

Jessica terpaku sejenak. Sebenarnya mereka tidak memiliki hubungan pertalian darah, tetapi Jessica tidak boleh membeberkan rahasia ini.

Sementara itu ....

Orang yang ada di dalam kamar terlalu fokus, mereka tidak menyadari kalau ada orang yang masuk.

Terdengar suara seperti ledakan keras di otak Callista. Dia merasa tali yang bernama akal itu putus.

Ketika duduk di dalam mobil Jason, kata-kata itu terus terngiang-ngiang di otaknya.

Callista pun tersadar kembali ketika ponsel Jason berdering. Jason bersandar di jok pengemudi dan menjawabnya dengan malas.

Setelah menutup telepon, Jason menatap Callista yang masih duduk di jok samping.

Awalnya Jason berencana ingin melihat adegan memergoki perselingkuhan di ranjang, tetapi dia tidak menduga kalau Callista akan berbalik dan langsung pergi dalam kondisi seperti itu.

Membosankan.

Karena kehilangan minat, sikap Jason menjadi dingin kembali. Dia menatap Callista.

"Jadi kamu menganggap aku supir?"

"Pergi!"

Semua orang tahu kalau Jason adalah orang yang memiliki emosi labil. Hari ini Callista merasakannya sendiri.

Callista tidak bergerak, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu.

Jason menyipitkan matanya. Orang-orang yang mengenal Jason pasti tahu kalau ini adalah tanda-tanda kalau dia mulai marah. Jason membuka bibir tipisnya. Ketika dia baru saja ingin mengucapkan kata-kata yang lebih menghina, Callista menghentikannya.

Tangan Callista yang putih dan lembut memegang kerahnya. Napas Callista yang kacau itu bagaikan bulu halus yang sedang mengelus wajah Jason.

Jason mengangkat alisnya. Setelah berhenti beberapa detik, Jason mendorong Callista dengan kuat.

Callista terdorong hingga menabrak pintu mobil dan merintih kesakitan.

Jason melihat kerah kemejanya yang kusut dan tersenyum, "Apa kamu ingin memanfaatkan diriku untuk membalas dendam pada Edbert? Bercinta denganmu bukanlah masalah besar. Tapi, sekarang aku sedang tidak berminat."

Callista terdiam, "Aku adalah anggota Keluarga Garcia. Tidak ada satu pun wanita keluarga Garcia yang boleh disentuh pria lain, selain suaminya sendiri."

Jangankan disentuh pria, anak perempuan keluarga Garcia harus bersekolah di sekolah khusus wanita. Selain dengan keluarga, mereka tidak diperbolehkan menghabiskan waktu berduaan dengan pria mana pun.

Meskipun kehidupan masyarakat sudah lebih maju, mereka masih hidup seperti masyarakat kuno dan mengikuti aturan yang dibuat nenek moyang mereka. Bahkan ada rumor yang mengatakan kalau keluarga Garcia memiliki ajaran khusus yang mengajari mereka cara untuk menyenangkan pria.

Tidak perlu diragukan lagi. Perkataan Callista membuat Jason tertarik.

Jason sangat suka melanggar aturan, melihat orang-orang munafik yang bahkan menghancurkan topeng mereka karena kebencian, kekecewaan dan hasrat.

Perkataan Callista membangkitkan hasrat Jason. Tak disangka, wanita ini ternyata pintar mengambil hati orang.

Ketika Jason sedang berpikir, Callista berkata lagi, "Tadi masih belum selesai, apa kamu tidak tertarik melakukan pertama kali?"

Beberapa saat kemudian ....

Tiba-tiba terdengar suara petir di luar jendela mobil.

Hujan gerimis mulai membasahi atap mobil. Dari jendela, suara hujan rintik-rintik terdengar hingga ke dalam mobil.

Wanita itu ditempatkan di atas setir mobil. Kemeja bergaris vertikal yang dia kenakan terbuka. Garis-garis vertikal lurus pada kemeja itu berubah menjadi kusut.

Wanita itu memegang pergelangan tangan si pria saat dia melepaskan ikat pinggangnya, "Jangan, jangan disini."

Jason mendekat ke arah telinga Callista dan berkata dengan penuh niat buruk, "Kamu tidak punya pilihan."

Suara hujan yang deras menutupi suara jeritan. Air hujan membasahi jendela mobil, mengalir dari permukaan mobil, hingga masuk ke tanah.

Mobil Bugatti yang kokoh itu bergetar seperti pohon yang diterpa badai hujan, tanpa henti.

Keadaan di luar mobil dingin dan basah, sementara suasana di dalam mobil terasa panas, kering dan penuh nafsu birahi.

Dalam ruang tertutup, mereka dapat merasakan napas satu sama lain dengan jelas.

Jason mengagumi ekspresi Callista yang terlihat menderita. Ekspresi Callista terlihat lebih hidup saat dia mendesah kesakitan. Bibirnya yang sedikit terbuka itu tampak menggoda.

Sebenarnya penampilan Callista sangat istimewa, terutama bagian bibirnya itu. Pasti manis sekali kalau digigit. Akan tetapi sebagai wanita, Callista terlalu membosankan, dia tidak menawan dan tidak menarik. Dia bagaikan air putih yang tawar dan terasa hambar saat diminum.

Sekarang air putih ini dikotori dirinya, Jason merasakan kesenangan yang luar biasa dan membuatnya makin menggila.

Jason tidak merasa bersalah karena ini adalah pertama kalinya Callista. Setelah selesai, Callista merasa kalau dirinya sudah meninggal satu kali.

Callista bersandar di kursi belakang sambil menenangkan napasnya. Sedangkan Jason yang duduk di samping, membuka kerah bajunya dan merokok.

Jason pun akhirnya mempertimbangkan untuk tidak terburu-buru mengusir Callista turun dari mobil dan membiarkannya beristirahat di dalam mobil.

Callista merasa tercekik ketika mencium bau asap yang bercampur dengan bau yang ada di dalam mobil.

Callista membuka jendela mobil. Udara yang dingin dan basah masuk begitu saja, membuat dia gemetar kedinginan.

Dia mengangkat tangannya untuk menyambut air hujan. Garis merah di tangannya yang mulus dan putih terlihat dengan jelas.

"Ting!"

Ponsel Callista berdering.

Dia pun merasa panik begitu melihat nama yang muncul di atas layar ponsel.

Kenapa Edbert meneleponnya secara tiba-tiba. Jangan-jangan ....

Setelah telepon terhubung, terdengar suara seseorang yang berteriak dengan marah. "Kamu di mana? Bersama dengan siapa?!"

Callista refleks melihat keluar jendela.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status