Aurora melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain di sekitar pohon kelapa yang tinggi di sudut pantai. Matanya berbinar-binar melihat kegembiraan mereka dan dia merasa tertarik untuk bergabung. Dia memegang tangan Yumna dengan penuh harap."Mama, bolehkah aku pergi bermain dengan teman-teman di pohon kelapa itu?" tanya Aurora dengan polos.Yumna melihat ke arah pohon kelapa dan kemudian kembali memandang wajah ceria Aurora. Dia memahami betapa pentingnya momen bermain bersama teman-teman sebaya."Tentu, sayang," jawab Yumna sambil tersenyum. "Tapi ingat, berhati-hatilah dan dengarkan apa yang dikatakan teman-temanmu. Jangan pergi terlalu jauh dan bermain dengan ceria, ya?"Aurora mengangguk dengan semangat. "Terima kasih, Mama! Aku akan bermain dengan baik dan berhati-hati. Aku janji!"Yumna memberikan ciuman lembut di kening Aurora. "Baiklah, sayang. Nikmati waktu bermainmu dan jangan lupa bahwa Mama akan selalu di sini jika kamu butuh sesuatu. Aku bangga padamu."Dengan senyum
Teman-teman Aurora satu per satu pamit kepada Aurora karena sudah dicari oleh orang tua mereka. Mereka memberikan salam perpisahan dan berlari menjauh dengan riang. Aurora mengangguk sambil tersenyum, memahami bahwa mereka harus pulang. Sementara itu, Diana duduk di samping Aurora, menyentuh lembut pundaknya. Mereka berdua menikmati momen kesendirian di bawah pohon kelapa itu.Aurora, yang duduk di dekat Diana, tiba-tiba bertanya dengan polos, "Tante Diana, apakah Tante sudah punya anak selain aku?" Pertanyaan itu membuat Diana sedikit bingung dan terdiam sejenak. Ia mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang tak terduga ini."Belum, Aurora. Tante belum memiliki anak, tante ke sini sama suami tante."Diana memandang Aurora dengan penuh kehangatan dan bertanya, "Nak, dengan siapa kamu datang ke sini?" Aurora menatap Diana dengan tatapan ceria dan menjawab dengan gembira, "Aku datang ke sini bersama Mama Yumna!" Diana tersenyum dan menganggukkan kepala, merasa
Farez berdiri di tempat, kebingungan melingkupi pikirannya. Dia tidak dapat memahami hubungan antara Aurora dan Yumna. Yang dia tahu, Yumna belum memiliki anak. Pertanyaan berputar-putar di kepalanya, mencari jawaban yang belum terungkap.Dalam kebingungannya, Farez mencoba mengingat kembali momen-momen bersama Yumna di kantor. Mereka adalah sekretaris dan atasan, hubungan profesional yang seharusnya tidak melibatkan urusan pribadi seperti ini. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan mereka. Ada ikatan yang terjalin, meskipun Farez tidak tahu persis apa itu.Dia merasa sedih melihat Yumna pergi dengan begitu cepat, tanpa memberikan penjelasan. Farez ingin mengerti, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, saat ini dia hanya ditinggalkan dengan tumpukan pertanyaan tanpa jawaban yang jelas.Farez melangkah mundur, mencoba merapikan pikirannya yang kacau. Dia tahu bahwa dia harus mencari kebenaran dan menyelesaikan kebingungannya. Namun, untuk saat ini, dia harus mene
Yumna duduk di tepi ranjang di kamar hotel, sambil melihat keluar jendela yang memperlihatkan pemandangan laut yang tenang. Hari terakhir liburan mereka membuatnya teringat pada pertemuan tak terduga dengan Farez di pantai kemarin.Mata Yumna menerawang, mengingat momen ketika dia melihat Farez bersama Diana, dan perasaan cemburu yang melintas dalam hatinya. Namun, dalam kejadian itu, ada sesuatu yang membuatnya merasa hangat di hati. Tatapan lembut Farez saat melihat Aurora dan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya ketika bersama Diana, itu membuat Yumna merasa ada cinta yang mendalam di antara mereka.Yumna merenung sejenak, mempertanyakan perasaannya sendiri. Apakah itu hanya rasa cemburu biasa ataukah ada yang lebih dalam? Dia berusaha mencari jawaban di dalam hatinya, namun perasaannya begitu rumit dan sulit untuk dijelaskan.Saat melihat Aurora yang sedang tertidur pulas di sampingnya, Yumna merasakan kekuatan dan kebahagiaan yang datang dari ikatan mereka. Meskipun tak mampu
Dalam perjalanan pulang yang tenang, Diana merasa ada kehampaan yang mengisi hatinya. Dia melihat keluar jendela, mengamati jalan yang dilalui. Dengan lembut, dia memulai percakapan, "Farez, aku merindukan Aurora. Walaupun kebersamaan ku dengan Aurora begitu singkat. Rasanya aneh saat tidak ada dia di sekitar kita."Farez, yang duduk di sebelahnya, mengangguk dengan pengertian. Dia menggenggam tangan Diana dengan lembut dan berkata, "Aku juga merindukannya, Diana. Aurora adalah anak yang cerdas. Waktu bersamanya selalu penuh keceriaan dan kebahagiaan."Diana tersenyum lembut, matanya menerawang. "Dia begitu cerdas dan penuh semangat. Aku berharap bisa memberikan keturunan untukmu, Farez, agar kita bisa merasakan kebahagiaan keluarga yang lebih besar."Farez merasakan kehangatan dari kata-kata Diana. Dia menggenggam tangan Diana erat-erat dan berkata, "Diana, kamu adalah hadiah terbesar dalam hidupku. Biarkan waktu mengikuti jalannya, dan jika kita diberikan karunia lain dalam bentuk k
Setelah menikmati liburan yang singkat bersama Aurora, Yumna kembali ke kantor dengan semangat yang baru. Meskipun masih sedikit mengkhawatirkan tentang pekerjaan yang menunggunya setelah cuti, Yumna memutuskan untuk menghadapinya dengan penuh dedikasi. Ia masuk ke kantor dengan senyuman dan menyapa rekan-rekan kerjanya dengan hangat. Dalam pikirannya, Yumna merencanakan strategi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tertunda dan mengatur prioritas dengan baik. Meskipun kembali ke rutinitas kerja yang sibuk, Yumna berusaha menjaga semangat positif dan tetap fokus pada tanggung jawabnya sebagai sekretaris yang handal. Ia siap untuk menghadapi tantangan dan melanjutkan pekerjaannya dengan profesionalisme yang tinggi, sambil tetap berharap bisa mengatasi setiap rintangan yang muncul di hadapannya.Setelah Yumna kembali bekerja setelah tiga hari libur, rekan kerjanya, Mario, penasaran dengan kepergiannya. Dengan rasa ingin tahu yang tulus, Mario mendekati Yumna dan bertanya dengan ramah
Dengan langkah berdebar, Yumna memasuki ruangan Farez. Meskipun dia telah berhadapan dengan situasi-situasi menegangkan di kantor sebelumnya, kali ini rasanya berbeda. Suasana hatinya campur aduk antara rasa cemas, penasaran, dan sedikit gugup.Yumna mencoba untuk tetap tenang dan mengumpulkan keberanian. Dia memperhatikan ekspresi wajah Farez yang serius, membuatnya semakin tidak yakin tentang alasan dipanggilnya. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai kemungkinan pertanyaan atau permintaan dari Farez.Dengan napas dalam-dalam, Yumna mencoba menenangkan diri sebelum berbicara. Dia ingin memberikan jawaban yang tepat dan tidak mengecewakan Farez. Namun, hatinya berdebar kencang dan pikirannya berlomba-lomba mencari kata-kata yang sesuai.Sambil menatap Farez dengan wajah yang mencerminkan ketegangan, Yumna siap mendengarkan apa yang akan dikatakan olehnya. Dia merasa bahwa momen ini bisa menjadi titik balik dalam hubungan mereka, dan dia berharap bisa mengatasi semua ketidakpastian dan
Diana berada di tengah sesi pemotretan yang mempesona, menjalani perannya sebagai seorang model dengan percaya diri. Di balik kamera, para fotografer dan kru produksi sibuk mengatur pencahayaan dan angle yang sempurna, mencoba menangkap keindahan dan ekspresi Diana dalam setiap bidikan.Dengan gaya yang anggun dan sorot mata yang memikat, Diana berpose dengan penuh grasi, menghadirkan pesona yang memukau. Ia bergerak dengan lincah, mengubah ekspresi wajahnya dari serius menjadi riang, dari misterius menjadi ramah. Setiap gerakan dan pose yang ia lakukan mencerminkan profesionalisme dan dedikasi yang ia miliki sebagai seorang model.Di tengah kesibukannya, Diana tetap menjaga energi positif dan kerjasama yang baik dengan tim. Ia menerima arahan dengan baik, beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di set, dan berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap potretan.Pemotretan ini adalah bagian dari rutinitas kerja Diana sebagai seorang model, di mana ia