Share

Hubungan Terlarang CEO dan Sekretaris
Hubungan Terlarang CEO dan Sekretaris
Penulis: Afiqahly

MELAHIRKAN TANPA DAMPINGAN SUAMI

Yumna POV

"Dimana suaminya? Pasien mengalami pendarahan, kita harus mendapatkan persetujuan dari suaminya untuk melakukan tindakan lebih lanjut!"

"Pasien datang tanpa suami, dokter. Pasien korban tabrak lari."

"Kita tidak bisa melakukan tindakan tanpa persetujuan, di mana keluarganya?"

Aku mendengarkan percakapan antara suster dan dokter di sebelah aku, rasanya aku berada di ambang antara hidup dan mati. Perutku sangat sakit, tulangku seolah dicabut paksa dari posisinya. Yang ada di pikiranku hanyalah keadaan janinku saja.

Aku begitu ceroboh, aku takut bayi ku kenapa-napa. Suster sibuk mencari nomor ponsel suamiku di handphone milikku. Itu hanya akan sia-sia, aku sudah tidak tahan lagi dan aku merasa perutku akan meledak detik ini juga.

"Suster, lakukan apapun untuk menyelamatkan bayi saya. Tolong saya," pinta ku dengan nada yang begitu lirih.

"Tapi pihak rumah sakit harus menghubungi suami anda."

Aku menggeleng pelan. "Saya tidak memiliki suami dan keluarga, tolong selamatkan nyawa bayi saya. Saya mohon," sahut ku.

Suster itu mengangguk. "Baik, tolong tahan sedikit lagi. Ruangan operasi akan siap sebentar lagi."

Hari itu juga adalah hari di mana bayi kecilku lahir, ini belum waktunya dia lahir dan karena kecerobohanku dia harus lahir dalam keadaan prematur. Rasanya sangat menyakitkan, di dalam keadaan yang seperti ini aku tidak ditemani oleh siapapun.

Jangankan suami, keluarga saja aku sudah tidak memiliki. Waktu itu yang hanya dipikiranku hanyalah keselamatan bayiku saja. Aku tidak peduli jika nyawaku yang terancam asalkan nyawa anakku bisa diselamatkan. Tepat pada tanggal 15 Oktober anakku yang bernama Aurora Livy telah hadir di dunia ini.

Selamat datang di dunia ini Aurora, Bunda akan menjaga mu dengan baik. Bunda tidak akan membiarkan kamu disakiti oleh siapapun. Bunda akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk kamu, terimakasih sudah bertahan untuk bunda.

Itulah yang aku ucapkan ketika pertama kali aku menggendong Aurora, membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan lamanya aku menunggu sampai Aurora bisa dibawa pulang. Sebab malaikat kecil ku itu harus mendapatkan penanganan yang intensif di rumah sakit.

Bolak-balik dari rumah ke rumah sakit, 2 bulan hanya diriku habiskan untuk melihat Aurora berada di tempat tidur khusus. Aku hanya bisa melihatnya dari kaca saja. Tapi aku tidak menyesal telah melahirkan Aurora. Karena aku percaya, Tuhan mengirimkan Aurora untuk menemani kesepian ku.

***

"Selamat pagi kesayangan bunda," sapa ku kepada Aurora. Dia menggeliat pelan dalam tidurnya ketika aku mendekat ke arah box bayi milik dia.

Nama ku Yumna Karina Yasmin, aku tinggal di rumah peninggalan orang tua ku. Kalian tidak salah dengar, kedua orang tuaku sudah meninggal dan mereka memberikan rumah satu lantai untukku. Aku tidak memiliki saudara dan aku hanya tinggal seorang diri, ahh maksudku aku tinggal dengan Aurora di sini.

Hampir 1 tahun aku mengambil cuti di kantor, aku hidup dengan uang tabungan ku. Umur ku sekarang 22 tahun, aku masih sangat muda untuk memiliki seorang anak. Tapi itu tidak penting, yang terpenting aku harus bersyukur dengan takdir yang Tuhan tetapkan untuk ku.

"Mbak Yumna, Auroranya teh udah bangun?"

Aku tersenyum menatap ke arah Mbok Marni. Dia adalah orang yang selama ini membantu ku merawat Aurora. Dia sangat baik, ada hal yang perlu kalian ketahui bahwa dia bukanlah pembantu di rumahku. Mbok Marni adalah tetangga ku, dia sering main ke sini.

"Udah mbok, ini saya mau masak. Mbok mau saya masakin apa?" tanya ku. Aku memang sering mengajak mbok Marni makan bersama di rumah ku.

"Saya tadi teh udah sarapan di rumah, mbak masak aja. Biar mbok yang jaga Aurora."

"Yaudah mbok, terimakasih banyak ya. Tapi saya mau mandiin Aurora dulu, baru masak."

"Biar mbok yang mandiin, mbak."

"Nggak apa-apa, mbok?"

"Enggak mbak, santai aja atuh."

Aku tersenyum kecil, akhirnya aku membiarkan Mbok Marni membawa Aurora ke kamar mandi untuk memandikan dia. Aku sudah dianggap cucu sendiri oleh Mbok Marni. Sebenarnya Mbok Marni tidak memiliki anak, aku sendiri juga menganggap Mbok Marni sebagai nenek ku sendiri.

Aku berada di dapur, aku memasak untuk sarapan hari ini. Persediaan sayur ku di kulkas menipis, 2 minggu aku tidak belanja di supermarket. Akhirnya masakan ku sudah matang, aku tidak memasak banyak. Aku hanya memasak nasi goreng dan telur saja.

"Mbak, ada tamu. Katanya sih cari mbak."

"Siapa, mbok?" tanyaku dengan alis berkerut.

"Saya teh nggak tahu, mbak. 2 orang, satu laki-laki satunya lagi perempuan. Kayaknya sih usianya sama dengan, mbak. Pakaiannya juga rapi banget."

"Yaudah mbok, saya temui mereka dulu ya."

"Iya, mbak."

Akhirnya aku berjalan menuju ke pintu utama, sesampainya di sana Aku melihat dua orang yang sangat aku kenal. Dalam hati aku bertanya-tanya bagaimana bisa mereka ada di sini. Padahal aku sama sekali tidak pernah memberitahu mereka di mana letak tempat tinggalku.

"Yumna, kok kamu nggak balik-balik kerja? Pak Farez marah-marah, katanya dia nggak cocok sama sekretaris pengganti kamu. Dia maunya kamu yang jadi sekretaris dia."

Aku terdiam di tempat mendengar nama laki-laki itu disebut. Farez, ah rupanya dia ingin aku kembali ke kantornya. Tapi aku tidak suka mendengar nama laki-laki itu bajingan itu kembali disebut. Akan ku kenalkan mereka siapa, Mario dan Tika. Mereka adalah temanku sewaktu aku masih bekerja di kantor.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status