Share

PERMINTAAN UNTUK KEMBALI BEKERJA?

Yumna POV

Aku menyuruh mereka berdua untuk masuk ke dalam rumah, tidak enak dan tidak sopan jika berbicara di luar. Mereka adalah karyawan di perusahaan tempat aku bekerja. Yang mana perusahaan itu begerak dibidang industri perfilman.

"Aku mau cuti, aku butuh hiburan," ujar ku kepada mereka.

"Ayolah Yumna, pak Farez akhir-akhir ini sering marah dengan kita. Apalagi kinerja sekretaris yang menggantikan kamu tidak sesuai dengan keinginannya."

"3 bulan lagi aku kembali kerja, sekarang aku masih belum bisa kembali bekerja."

"Kenapa sih? Udah hampir satu tahun kamu bekerja."

Aku terdiam, sangat tidak mungkin jika aku memberitahu mereka alasan aku mengambil cuti di kantor. Tidak ada yang tahu bahwa aku telah memiliki anak, aku juga bingung alasan apa yang tepat terkait lamanya cuti ku.

"Kok bau bayi? Bukannya kamu tinggal di sini?"

Deg

Aku semakin terkejut ketika mendengar pertanyaan itu, dari tadi memang bau bayi. Sebab Aurora sehabis mandi, baunya memang menyerbak di seluruh ruangan ini. Apalagi rumah ku yang tidak terlalu luas. Aku bingung harus menjawabnya seperti apa, sebisa mungkin aku menunjukkan raut wajah biasa saja di hadapan mereka.

"Ah, enggak. Mungkin tetangga yang lagi mandiin bayinya, aku 'kan tinggal sendiri," sahut ku.

"Tapi kok kaya bau bayi banget ada di sini, kamu nggak bohongin kita kan?"

"Enggak, untuk apa aku berbohong."

Setelah mengobrol lama, akhirnya mereka pulang dari rumah ku. Aku bernafas lega, kedatangan mereka ke sini untuk menyuruh ku kembali ke kantor. Tapi sayangnya aku belum siap melakukan itu, aku belum siap bertemu dengan pria yang membuat ku trauma.

Yumna POV End

***

Yumna POV

2 tahun berlalu, Aurora sudah berumur 3 tahun. 3 tahun lamanya aku cuti dari kantor, aku tidak tahu apakah aku dipecat atau tidak. Aku juga tak peduli, kegiatan ku di rumah mengurus Aurora, aku membuka toko bunga di samping rumah. Kebetulan rumah ku dekat dengan jalan raya, jadi membuka usaha akan sedikit menghasilkan.

Selamat dua tahun ini aku menikmati peranku sebagai seorang single parent. Beberapa kali anakku bertanya di mana keberadaan ayahnya tetapi aku tidak menjawabnya dan malah mengalihkan pertanyaan dia. Aku tidak bermaksud menjadi Ibu yang jahat, tetapi aku melakukan ini demi kebaikan dia.

Selama beberapa bulan ini toko bunga ku mengalami penurunan yang sangat drastis. Di mana pendapatannya semakin menurun dan bahkan mendapatkan penilaian buruk dari customer yang komplain. Dengan sangat berat hati aku memecat beberapa karyawanku guna menstabilkan pendapatan.

Tetapi ternyata usahaku itu tidak membuahkan hasil, kebutuhan semakin bertambah tetapi pemasukanku semakin berkurang. Bahkan selama beberapa bulan terakhir aku harus berhemat, mencoba berpikir bagaimana cara mengembalikan toko bungaku yang sebelumnya sangat ramai. Hari ini aku berada di toko bunga, hampir tidak ada pelanggan yang datang. Stok bunga saja sudah jelek-jelek karena tidak ada yang membelinya.

"Aku harus gimana? Aku tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari toko bunga ini, semakin hari kebutuhanku semakin banyak dan aku harus menjamin kebahagiaan Aurora. Bahkan toko bungaku ini berada di ambang kebangkrutan," batinku lelah.

Tiba-tiba saja aku teringat satu setengah tahun yang lalu sahabat kantorku datang dan mengatakan bosku tidak cocok dengan sekretaris yang baru. Pada akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Tika. Aku mengesampingkan semua egoku demi kehidupan yang layak untuk Aurora.

"Hallo, Yumna? Ada apa?"

Sebenarnya aku cukup ragu mengatakan, tetapi aku harus mengatakan ini.

"Tika, apakah di kantor ada lowongan pekerjaan?" tanyaku.

"Ada, Yumna. Kamu ke kantor saja, aku yakin pak bos masih menunggu kamu buat jadi sekretarisnya."

"Enggak perlu jadi sekretaris seperti dulu, aku menerima semua pekerjaan bahkan aku mau menjadi pesuruh di kantor," sahut ku.

"Udah, kamu datang aja ke kantor sekarang. Nanti aku antar kamu buat ketemu sama pak bos."

"Baiklah, aku akan datang ke kantor sekarang."

Yumna POV End

***

Author POV

Yumna sudah berada di depan gedung yang menjulang tinggi, bahkan sudah 2 tahun lamanya ia tidak menginjakkan kaki di sini. Tetapi sekarang dirinya kembali menginjakkan kaki di sini dan akan mencoba melamar pekerjaan. Sebenarnya ia tidak yakin untuk bertemu dengan orang-orang itu.

Tetapi demi masa depan putri kecilnya, ia tetap masuk ke dalam sana. Dirinya masuk ke dalam lift, tujuannya adalah lantai paling atas di mana pemimpin dari perusahaan ini berada. Lift berbunyi, dengan segera dirinya keluar. Ternyata Tika sudah menyambutnya.

"Yumna, akhirnya kamu kembali bekerja di sini juga. Aku nggak sabar kerja sama kamu seperti dulu lagi," ujar Tika.

Yumna tersenyum tipis. "Tik, Aku mau langsung ketemu sama Pak Farez aja," ujarnya.

Tika mengantarkan Yumna keruangan Farez, yang mana dia adalah pemimpin perusahaan ini. Sesampainya di ruangan itu, Farez cukup terkejut dengan kedatangan Tika.

"Kamu bisa keluar," ujar Farez mengarah kepada Tika.

"Tapi pak, saya mau temani, Yumna," sahut Tika.

"Kamu mau melawan perintah saya?"

Karena takut, Tika pergi dari sini. Yumna menganggukkan kepalanya pelan pertanda ia akan baik-baik saja di sini tanpa Tika.

"Mengapa kamu menghindar dari saya? Setelah 3 tahun lamanya kamu menghilang dan dengan tiba-tiba kamu datang lagi kesini?" tanya Farez.

"Maafkan saya, pak," sahut Yumna.

"Apakah kejadian 3 tahun yang lalu membuat kamu menghindari saya?" tanya Farez.

"Pak, di sini saya mau melamar pekerjaan dan tolong jangan membahas hal itu lagi!" sahut Yumna tegas.

"Baiklah, sebagai permintaan maaf atas kejadian itu. Saya memperbolehkan kamu bekerja di sini lagi dengan posisi yang sama yaitu menjadi sekretaris saya. Satu lagi, kamu boleh meminta uang berapapun kepada saya asalkan kamu tidak menyebarkan kejadian itu kepada orang lain. Terutama kepada istri saya!" peringat Farez.

Yumna berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Baik pak, anggap saja bapak tidak pernah melakukan apapun kepada saya. Saya akan tutup mulut dengan masalah itu, terimakasih karena telah mengizinkan saya kembali bekerja di sini," sahutnya.

"Oh ya, apakah kamu memiliki anak dari saya? Saya harap saya tidak menanam benih di perut kamu. Intinya jika sampai kejadian itu terdengar di telinga istri saya, kamu orang pertama yang akan saya cari!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status