Share

MENCARI NIA

Author: Aurora Belle
last update Last Updated: 2024-02-15 19:33:53

MENCARI NIA

“Wah, tingginya!” Ava menatap gedung Bio Group yang berdiri gagah di tengah kota Jakarta. “Perusahaan elit emang beda.” Ava menghenal napasnya cukup panjang.

Tepat jam sembilan lewat tiga puluh menit, Ava sudah tiba di loby gedung perkantoran Bio Group. Dia sengaja datang lebih awal dari janji temu di jam sepuluh pagi. Ava tidak pernah membiarkan dirinya datang terlambat di janji temu dengan klien-kliennya. Untuknya, ketepatan waktu adalah hal yang utama.

“Silahkan. Pak Nico sudah menunggu di lantai lima belas,” pegawai resepsionis di gedung Bio Group memberikan kartu akses agak Ava bisa memasuki gedung dan menaiki lift.

Sejujurnya, Ava tidak ingin menemui Nico lagi. Tapi Ava tidak punya alasan untuk menolak permintaan Nico. Lagipula, Nico adalah kliennya. Lebih tepatnya, klien besar di kantornya. Klien yang membuat Ava bisa menduduki jabatan asisten manajer seperti saat ini.

“Selamat pagi…” sapa Ava sambil membuka pintu ruang kerja Nico.

“Come!” suruh Nico dari meja kerjanya. “Duduk dulu. Sebentar ya.”

“Ok.” Ava menjawab singkat.

Mata Ava menyapu hampir sekeliling ruang kerja Nico yang cukup luas. Matanya juga sudah penuh dengan tatapan takjub sejak melangkahkan kaki di lantai lima belas. Meja kerja yang besar, ruang kerja yang nyaman, bahkan pria-pria tampan dengan pakaian elegan terlihat mempesona untuknya.

“Lantai ini diisi manajemen. Jadi, beberapa ruangan ditempati manajer dan direktur.” Ava ingat perkataan Fathan tadi.

Pria berahang tegas itu yang menunjukkan ruang kerja Nico saat Ava tiba di lantai lima belas.

“Sorry. Ada kerjaan dikit.” Nico mendatangi Ava yang sedang duduk di sofa tamu.

“Oh, gak pa-pa. Saya yang datang terlalu cepat.”

“Gimana?”

“Bagus. Ruang kerjanya bagus…” jawab Ava dengan cepat.

Nico tersenyum kecil. Padahal maksud pertanyaannya bukan itu. Dia ingin bertanya, bagaimana rencana Ava untuk membuat iklan dari produknya. Tetapi gadis ini, sepertinya masih terpana pada ruang kerja Nico.

“Jendelanya besar banget.” Ava menunjuk jendela yang berada tepat di samping meja kerja Nico.

“Jendela itu…”

“Pasti seru banget bisa liat langit cerah dari jendela itu.” Mata Ava menatap jendela. “Kalau malam, pasti keliatan lampu-lampu kota. Menyenangkan.” Ava tersenyum bahagia, seolah dia tengah membayangkan melihat semua yang di katakannya.

Nico jadi ikutan menatap jendela besar yang selama ini dia keluhkan. Mendengar ucapan Ava, Nico jadi merasa jika jendela besar di ruangannya tidak terlalu mengganggu. Padahal selama ini, Nico merasa jendela ini sengaja di buat untuk membuatnya tidak nyaman. Tapi jendela yang terlihat tidak menarik untuk Nico, ternyata mampu membuat orang lain tersenyum bahagia.

“So … apa yang sudah kamu persiapkan?”

“Ah!” Ava langsung mengalihkan pandangannya. Pertanyaan Nico seakan menarik Ava dari lamunan indah. “Setelah pembicaraan kita kemarin, saya pikir kita memang harus melakukan riset pasar untuk mencari tahu dimana kelemahan produk-produk ini…” Ava menjelaskan rencana-rencana barunya pada Nico dengan gamblang.

Nico terdiam. Mendengarkan ucapan Ava dengan seksama. Terpana pada bibir Ava yang terus berbicara dengan nada yang santun. Bibir yang pernah Nico kecup bahkan kecap dengan penuh nafsu.

“Huft!” Nico menghela napas. Pikirannya berfantasi kesana kemari. Terhanyut pada liukan bibir Ava yang serasa menari. Adegan-adegan panas di malam itu berpendar lagi di ingatan Nico layaknya film hitam putih yang ditayangkan di layar tancap tengah kampung.

“Hm, apa cara bicara saya terlalu cepat?” tanya Ava. Dia mendengar suara helaan napas Nico yang dipikirnya sebagai keluhan atau mungkin kelelahan. “Atau mungkin terlalu lambat?”

“Oh, nggak-nggak. Nggak ada masalah dengan cara bicara kamu. Cuma…” Nico yang bingung sendiri. Dia tidak mungkin bilang ke Ava bahwa dirinya tiba-tiba jadi terangsang karena melihat bibir Ava yang sexy. “Sepertinya kita perlu kopi.” Nico mencoba mencari alasan.

“Kopi. Kedengerannya enak.” Ava tidak menolak. Dia memang suka kopi. Dan kopi, sepertinya cocok di jam ini.

“Kalau gitu…” Nico bangun dari kursinya. “Kita bikin kopi.” Nico berjalan santai menuju pintu ruang kerjanya.

Nico benar-benar harus mengalihkan pikirannya. Jika terus menatap bibir Ava, bisa-bisa Nico mengecup bibir itu tanpa permisi. Sial! Gadis ini benar-benar membuat Nico jadi salah tingkah.

“Mau kopi apa?” tanya Nico setelah mereka berdua tiba di ruang istirahat.

“Hm, capucino.” Ava asal menjawab saja. Dia tidak cukup paham jika mesin kopi yang ada di ruangan itu memang bisa membuat kopi dengan aneka rasa.

“Ok,” jawab Nico dengan santai.

Sekali lagi, Ava mengedarkan matanya untuk menatap ruang istirahat tersebut. Di tempat kerjanya tidak ada ruangan seperti ini. Dapur pun hanya berada di pojok ruangan yang kecil. Cukup diisi dengan lemari pendingin dan wastafel yang airnya terkadang mengalir kecil.

“Bagus banget ruang istirahatnya,” puji Ava. Tangannya menyentuh sofa berwarna warni yang sengaja disediakan di ruangan itu untuk tempat bersantai. “Ada kamar tidur segala.” Ava tidak sengaja melihat kamar tidur di sudut ruangan.

“Untuk tempat istirahat. Kalau-kalau ada yang butuh tidur.”

“Wah, enaknya.”

“Kamu mau tidur?” tanya Nico sambil berjalan mendekati Ava.

“Hah?!” Entah kenapa Ava langsung terkejut mendengar ucapan Nico yang terdengar seperti ajakan.

“Mau … tidur?” Nico mengulang. Tapi dengan penekanan nada di kalimatnya.

“Eh?! Ah. Nggak-nggak.” Ava melangkah mundur agar bisa menjauh dari Nico.

“Aku pernah tidur … dengan cewek yang mirip sama kamu.”

“Hah?!” Mata Ava terbeliak. Dia sama sekali tidak menyangka jika Nico akan berbicara seperti ini.

“Namanya Nia.” Nico melanjutkan ceritanya, seakan ingin memamerkan pengalamannya pada Ava. “Rambutnya, matanya, bibirnya, bahkan parfumnya, sama.”

“Oh!” Ava mengalihkan pandangannya dari tatapan Nico yang menjurus padanya.

“Kamu mau liat?” tanya Nico sembari memberikan segelas capucino panas pada Ava.

“Liat apa?”

“Liat video saya sama dia.”

“Hah!” Ava hampir menumpahkan kopi di tangannya karena kaget dengan ucapan Nico.

“Are you ok?” Nico bergegas mengambil gelas kopi itu dari tangan Ava agar gadis itu tidak terkena cipratan ataupun tumpahan air panas.

“Gak pa-pa.” Ava berusaha tersenyum.

“Sorry ya. Saya gak seharusnya menawarkan kamu … video pribadi.”

Ava menggigit bibirnya sendiri. Apa yang Nico maksud dengan video? Video pribadi?

Sial! Ava jadi penasaran. Tapi juga deg-degan.

“Saya cuma penasaran aja sama cewek ini.”

“Penasaran kenapa?”

“Saya bahkan gak tau nomor handphone nya.”

“Oh…”

“Apa mungkin, saya upload aja video kami ke medsos. Dengan begitu, dia pasti lihat dan mungkin mencari saya.”

“Hah?!” Ava setengah menjerit. “Memangnya … video apa?” Akhirnya Ava tanyakan juga pertanyaan yang sejak tadi berkutat di otaknya.

“Video kami sedang bercinta,” jawab Nico dibubuhi dengan senyum nakal.

“Hah!” Mata Ava semakin terbeliak. Bagaimana Nico bisa punya video mereka sedang bercinta. Ava memang minum alcohol, tapi dia yakin jika dirinya tidak mabuk. Jadi tidak mungkin Ava tidak sadar jika Nico merekam mereka.

“Sepertinya, itu jalan satu-satunya untuk menemukan Nia.” Nico merogoh kantongnya dan mengeluarkan ponsel miliknya.

“Jangan!” Ava berusaha mengambil ponsel Nico.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mira Sauqi
lanjut Thor,seru nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   PACARAN?!

    PACARAN?! Tya merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya yang besar. Kepalanya terasa sakit, layaknya ada ribuan kerikil yang bertumpang tindih di dalam otaknya. Tya merasa bersalah, gundah, gelisah, dan entah apalagi istilahnya. Rasanya dia ingin mengucapkan sumpah serapah, tapi hanya diam yang lantas mampu dia ungkapkan. Air matanya menetes tanpa diminta. Tya merasa sudah gagal menjadi ibu dan bapak untuk Ava. Pengorbanannya, kerja kerasnya, dan lelahnya dibayar dengan luka dan nista. "Huh..." napas Tya terasa berat. Matanya mencoba terpejam meski air matanya terus mengalir dengan kejam. "Tan, makan dulu. Ava bikin telor dadar kesukaan Tante." ucap Ava dari depan pintu kamar Tya yang tertutup rapat. Hening. Tanpa balasan apalagi jawaban. Tante Tya masih juga tidak mau meladeni Ava yang sedari tadi berusaha untuk membuatnya keluar dari dalam kamar. Ava menggulung rambutnya yang panjang. Mengikatnya dengan tali karet berwana hitam. Dia berencana untuk membuat mie rebus d

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENIKAH DENGAN ORANG ASING

    MENIKAH DENGAN ORANG ASINGSuasana di ruang tamu rumah Tya mendadak hening setelah Ava mengeluarkan kalimat ampuhnya.Nico merasa lega, tapi entah kenapa, dia juga merasa kecewa. Ada sisi dari dirinya yang benar-benar ingin memiliki Ava. Menikahi gadis itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi sisi lain dari Nico juga mencoba melawan. Ingin tetap memegang prinsip bahwa pernikahan bukanlah jalan keluar dari cinta.Tante Tya mulai bisa bernafas lega. Keponakan satu-satunya tidak hamil di luar nikah. Dia tidak perlu merasa salah karena tidak becus dalam mendidik anak dari kakak satu-satunya.Sedangkan Ashanti, mungkin satu-satunya orang yang terpaksa harus menanggung marah. Dia kehilangan alasan kuat untuk memaksa Ava menikah dengan puteranya. Ashanti sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kehamilan Ava. Dia hanya butuh alasan untuk menyelamatkan puteranya dari kehancuran yang dia yakini diperbuat oleh Alex.“Jadi…” Ava membuka suaranya lagi. “Pembicaraan soal pernikahan sebaiknya tida

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   DIDATANGI CALON MERTUA

    DIDATANGI CALON MERTUABukan Ashanti namanya jika hanya menerima. Ashanti mungkin bisa sabar saat dijadikan istri simpanan. Dia juga masih terima saat anak semata wayangnya dicatatkan sebagai anak dari istri sah suaminya. Tapi, Ashanti tidak bisa terima jika anaknya tidak bisa mendapatkan harta warisan suaminya.“Kita pergi ke rumah Ava,” perintah Ashanti kepada supir pribadinya.Ashanti sudah mengantongi alamat rumah Ava dari Fathan. Meskipun Ashanti harus memaksa dan meninggikan suaranya di depan asisten pribadi Nico, tapi Ashanti berhasil mendapatkan alamat Ava.“Tumben kamu mau nemenin tante lari pagi,” ucap Tya dengan nafas terengah-engah.“Aku butuh udara segar supaya berpikir tenang,” balas Ava sekenanya.Sebenarnya bukan itu alasan utama Ava menemani Tya olah raga pagi. Ava ingin memastikan tantenya tidak membuka me

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENANTU YANG TAK DIINGINKAN

    MENANTU YANG TAK DIINGINKAN Dugaan Ava benar terjadi. Video keributan dirinya dengan Aluna tersebar dalam hitungan detik. Netizen Indonesia terbukti tidak pernah tidur. Ratusan bahkan mungkin ribuan komentar bermunculan di semua media social yang menayangkan video tersebut. Ratu viral ‘Aluna’ memang tengah disorot atas kasus kehamilannya di luar nikah. Jadi berita apapun yang berhubungan dengan nama Aluna, sudah pasti ikutan viral. Nico menaruh ponselnya di atas meja kerja yang ada di dalam kamar tidurnya. Tangannya memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit setelah melihat video dan membaca beragam artikel yang membicarakan tentang isi dari keributan Aluna dan Ava. Nico mengingat salah satu komentar yang menyebutkan bahwa Nico ternyata sudah menghamili dua wanita dalam kurun waktu yang hampir sama. Sekarang namanya bukan lagi disebut sebagai pria yang tidak bertanggung jawab. Tetapi sudah dicap sebagai pria ‘Red Flag’ yang meniduri wanita disana sini. Namun bukan sebutan ‘Red

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   BENCANA ATAU RENCANA

    BENCANA ATAU RENCANAAva berdiri cukup lama di depan televisi yang sedang menampilkan berita skandal Nico dan Aluna. Sebenarnya, hingga saat ini Aluna belum memberikan konfirmasi apapun terkait ayah dari bayi yang dikandungnya. Namun foto-foto Nico dan Aluna di hotel sudah cukup untuk membuat natizen berkesimpulan bahwa Nico adalah pria tidak bertanggung jawab.“Udah hampir sebulan, tapi beritanya masih panas aja.” Agnes berkomentar di samping Ava yang sama-sama sedang menonton berita di televisi.“Gimana gak panas, beritanya di gosok terus.” Suara Gita terdengar menyahut, membuat Ava dan Agnes bergegas meninggalkan tontonan mereka.“So, gimana?” tanya Ava, penasaran.Gita menganggukkan kepala beberapa kali. “Gue beneran hamil.” Senyum cantik Gita tersembul.Ava, Agnes, dan Tiwi bersamaan memeluk Gita. Mereka tidak tahu apa arti pelukan itu. Entah pelukan sayang atau pelukan kasihan. Mereka juga belum tahu, apakah kehamilan Gita akan menjadi bencana atau justru rencana indah dari Tuha

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   HAMIL

    HAMILNico hanya mematung. Menatap punggung Ava yang pergi menjauh hingga menghilang ditelan lift yang membawa gadis itu semakin jauh darinya.Nico tersenyum tipis.Lucu tapi juga dongkol. Ini pertama kalinya dia merasa tidak dihargai oleh seorang wanita. Wanita yang bukan apa-apa, bahkan siapa-siapa. Nico jadi menyesal karena sudah berusaha memberikan penjelasan pada Ava. Tapi, dia juga yakin jika dirinya akan lebih menyesal jika hanya diam sama, tanpa berusaha memberikan penjelasan kepada gadis itu.Lucu. Nico tersenyum lagi. Dia merasa seperti orang bodoh saat ini.Ava duduk terdiam di kursi halte bus yang sudah sepi. Gigi depannya mengigit ujung kuku jari tangannya tanpa dia sadari sepenuhnya. Pikirannya melayang. Merasa bersalah karena sudah bersikap kasar pada Nico. Tapi batinnya juga terus berteriak, memastikan apa yang dilakukannya sudah benar.Matanya lantas tertuju pada sebuah mobil yang melintas lambat di depan halte bus. Mobil yang bisa langsung Ava kenali pemiliknya. Mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status