공유

Bab 8

"Semua totalnya tiga ratus lima puluh dollar, Tuan." Petugas kasir wanita dengan rambut bergelombang berwarna coklat muda berujar sembari menyerahkan dua kantung kertas berisi pakaian yang telah dipilih oleh Aphrodite.

Lalu, pria yang berprofesi sebagai manajer keuangan itu mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dan menyerahkan pada petugas kasir. Dengan segera, petugas kasir mulai menggesekkan kartu kredit pada mesin dan menyerahkannya pada pria itu untuk menekan pin yang diminta.

"TIITT..CESHHH.." Bunyi mesin kredit beserta keluarnya kertas struk bukti pembayaran terdengar. Sang kasir pun segera menarik kertas itu dan mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya dan tersenyum ramah.

"Terima kasih sudah berbelanja di butik kami," ujarnya hangat dan dibalas oleh sang pria dengan senyum tipis sembari menerima struk bukti pembayaran dan kartu kredit hitam mengkilap yang kerap digunakannya sebagai media pembayaran saat berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun buku-buku tebal yang digemarinya.

Setelahnya, pria itu menyerahkan dua kantung kertas pada Aphrodite dan berujar, "Sekali lagi, maafkan aku, Nona."

"Tidak masalah, Tuan," tanggap Aphrodite sembari menerima dua kantung kertas dengan senyum merekah.

Akan tetapi, senyuman yang tersungging pada wajah kecil sang dewi tersebut membuat pria itu penasaran secara mendadak meski dirinya bisa saja berlalu dan menganggap masalah di antara keduanya selesai.

Pria itu pun kembali bersuara, "Oh iya, sebelumnya perkenalkan, namaku Jacob Miller."

Sembari memperkenalkan diri, pria itu juga mengulurkan tangan pada Aphrodite yang masih mengunci tatapan padanya. Sepertinya, sang dewi cinta terpesona dengan kharisma yang dipancarkan oleh pria berdasi tersebut.

"H-hai, Jacob. Namaku April," ujar Aphrodite dengan sedikit tergagap sambil membalas uluran tangan yang ditawarkan oleh Jacob.

"Senang berkenalan denganmu, Nona April. Ini kartu namaku," ucap Jacob sembari mengulas senyum lembut dan menyerahkan kartu nama yang bertuliskan nama lengkap beserta nama perusahaan tempat ia bekerja sebagai manajer.

Aphrodite yang menerima kartu nama itu menanggapi, "Terima kasih atas pertanggungjawabannya. Maaf jika merepotkan, Tuan."

Jacob yang masih mengunci pandang pada Aphrodite menandaskan, "Tidak masalah. Justru aku yang merasa tak enak hati karena sudah mengotori pakaianmu, Nona."

Mendengar tanggapan tersebut, Aphrodite hanya bisa tersenyum simpul dan mengangguk perlahan. Sedangkan, Jacob yang tak merasa bosan menatap paras menawan dari sang dewi kembali bersuara, "Omong-omong, Nona April tinggal di mana? Biar sekalian ku antar."

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali membuat hati sang dewi merasa riang sekaligus berbunga-bunga. Ia merasa bangga akan dirinya karena jeratan pesona yang melekat pada dirinya berhasil menawan seorang pria tampan yang lengkap dengan materi untuk kesekian kalinya.

"A-aku.." Aphrodite sedikit tergagap saat akan mengutarakan alasannya. Ia sedikit memilah beragam alasan yang muncul dalam pikirannya untuk meyakinkan Jacob bahwa dirinya baru saja tiba di Kota Woodstock dan berminat untuk mencari rumah sewa dengan harga terjangkau.

Di sela tergagapnya sang lawan bicara, Jacob menatap lekat dan masih setia menanti. "Aku b-baru tiba di kota ini, Tuan," jawab Aphrodite sembari mengalihkan pandangan.

Jacob pun kembali mengulas senyum dan menanggapi, "Baiklah. Aku punya beberapa kenalan yang memiliki usaha homestay. Mari, ikut denganku."

Dengan rasa girang dalam pikiran dan hati, Aphrodite mengangguk dan mengikuti Jacob yang terlebih dahulu melangkah mendahului dirinya. Setibanya di dalam mobil, mereka berdua terlibat dalam percakapan ringan. Hal tersebut merupakan inisiatif Jacob yang berminat untuk mengenal Aphrodite lebih dekat. Maklum saja, Jacob adalah pria lajang yang sudah tiga tahun tidak menjalin cinta dengan wanita-wanita yang datang mendekat.

"Jadi, kamu ke sini sendirian?" Jacob membuka obrolan sembari menambah kecepatan laju mobil dan fokus menatap keramaian jalan raya kota di siang hari yang tak begitu terik.

"Iya. Saudaraku memilih untuk tetap di desa." Aphrodite mulai berkilah demi menutupi identitas dan tujuan awalnya menginjakkan kaki di Kota Woodstock.

"Oh, tujuannya berbeda ya. Jika kamu tidak keberatan, apa aku boleh mengetahui tujuanmu kemari?" Jacob kembali mengorek informasi tentang lawan bicaranya sambil melirik sekilas. Sepertinya, ia mulai kecanduan melihat paras manis Aphrodite yang paripurna bagaikan patung pahatan bernilai fantastis. "Ehm, aku kemari untuk mencari pekerjaan." Aphrodite menjawab sembari menatap wajah Jacob dari samping lekat-lekat.

"Pekerjaan yang seperti apa? Berapa kisaran gajinya kira-kira? Di kota ini banyak lowongan yang memungkinkan untuk wanita cantik sepertimu, Nona April." Jacob menyerbu dengan beberapa pertanyaan dan komentar yang berbumbu pujian secara tidak langsung.

Tanggapan berbalut pujian tersebut semakin membuat bunga-bunga dalam hati dewi itu bermekaran dan bertambah. Rona merah pun menghiasi kedua pipinya yang putih bersih dan mulus bak mutiara. Selain itu, senyum merekah kembali menghiasi bibir merahnya yang indah laksana bunga mawar.

"Benarkah, Tuan? Entah kenapa, aku menjadi pesimis jika memikirkan tentang lowongan kerja yang cocok untuk diriku yang minim keterampilan ini." Aphrodite merespon dengan binar-binar yang terpancar dari manik mata emerald miliknya. Sekalian, ia turut merendahkan diri agar semakin membuat lawan bicaranya terjerat dalam kharisma dan bersedia untuk membantu dirinya dalam mencari pekerjaan.

"Tanpa keterampilan? Kalau soal itu, bisa diatasi dengan training. Kebetulan, di kantorku ada beberapa lowongan yang kosong. Mungkin, nona berminat untuk melamar salah satu posisi yang sedang lenggang." Jacob mengerutkan kening sembari menawarkan hal yang memang diincar oleh Aphrodite sejak beberapa detik lalu.

"Wah, apa engga merepotkan? Aku jadi merasa tak nyaman, Tuan Jacob." Aphrodite masih berusaha untuk terdengar segan meski sebenarnya ia bisa saja menerima tawaran itu tanpa bermanis-manis.

"Engga sama sekali. Oh iya, jangan panggil Tuan, panggil Jacob aja." Pria dengan wajah persegi itu merespon sembari melancarkan modusnya agar bisa lebih dekat dengan wanita yang saat ini sedang ditargetkan untuk dikencani dalam beberapa saat ke depan.

Setibanya di rumah sewa yang berlokasi di jalan Norton Xing, Jacob terlebih dahulu keluar dari mobil untuk bernegosiasi dengan Noah, pemilik rumah yang sudah sejak lama ingin menyewakan rumahnya dengan harga yang pantas.

"CKLEEKK.." Dalam hitungan detik, pintu dibuka oleh pria berusia tiga puluh empat tahun dengan tatanan rambut panjang berwarna coklat terang yang dikuncir bak ekor kuda.

"Jacob? Tumben ke sini?" Pria Kanada berdarah campuran Mexico itu menatap sahabatnya dengan tatapan terpicing, keheranan dengan kehadiran Jacob yang terbilang mendadak dan tak terencana sebelumnya.

"Aku ingin membicarakan tentang perihal sewa rumah yang pernah kamu singgung sebelumnya," ucap Jacob to-the-point sembari melirik Aphrodite yang kini turun dari mobil SUV miliknya secara perlahan.

"Oh ya, kamu berminat untuk menyewa rumahku? Bukankah kamu sendiri memiliki rumah besar yang mewah, Jac?" Meski merasa senang dengan respon yang didengarnya barusan, Noah merasa penasaran dengan topik yang disinggung oleh lawan bicaranya saat ini.

"Bukan aku yang akan menyewa rumah ini, melainkan salah satu teman wanitaku," jawab Jacob seraya mengulas senyum simpul dan mengarahkan pandang pada Aphrodite yang melangkah menghampiri dirinya dan juga Noah.

Noah pun mengikuti arah pandang Jacob sembari menatap dengan dua mata membola. Dalam sekejap, laki-laki yang memiliki predikat playboy itu terpukau dengan sosok Aphrodite yang hanya berbalut kaos putih dengan noda coklat dan celana coklat tujuh per delapan yang terlihat santai.

"Dia.." Noah mulai kehabisan kata-kata saat akan melayangkan komentar tentang wanita yang menurutnya memiliki kecantikan tak biasa itu.

TO BE CONTINUED..

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status