Pernah lihat emak-emak pura-pura gila pas ditilang polisi? Nah, kondisi Mbak Sumi itu nggak jauh beda. Cuman untuk memberikan validasi mengenai tingkat kewarasan Mbak Sumi aku masih harus membuktikannya. Karena sesuai info yang kudengar Mbak Sumi itu baru setengah tahun tinggal di sini dan emang jarang keluar rumah hanya keluarganya menyebarkan gosip kalau mereka adalah orang kaya yang jatuh miskin gara-gara suami Mbak Sumi selingkuh.
Namun, sesedih apa pun cerita Mbak Sumi, itu semua tak membuatku gentar. Karena seingatku dulu dia juga pernah menyebarkan kabar kesedihan yang bohong hingga orang pada iba termasuk ibuku.Maka jangan salahkan aku, jika diri ini tak ikhlas kalau tangan Mbak Sumi parkir sembarangan di tubuh atletis milik Pak Rifat. Dadaku sontak memanas seperti melihat Kim Seon Ho dan Kim So Hyun tiba-tiba nikah tanpa pemberitahuan. "Jangan meluk laki aku, Mak! Lepasin!" Aku menarik kuat tangan Mbak Sumi yang masih nangkrAku berusaha setenang mungkin dan dengan sekuat tenaga meredam jantungku yang terus berdegup kencang karena tatapan tajam seorang Rifat. Rasanya udara mendadak menipis di sekitarku tatkala sosok Pak Rifat hanya diam mengamatiku dengan tangan bersidekap.Tubuh tegapnya ia sandarkan ke body mobil sambil tak melepaskan pandangannya dariku yang berdiri di depannya bak maling yang tertangkap basah sedang mencuri jemuran milik warga.Oh my Robb! Sampai kapan dia begini? Mana di parkiran ini banyak nyamuk."Pak, udah dong lihatinnya. Tangan saya bentol-bentol nih," keluhku karena sejak tadi nyamuk-nyamuk nakal sudah mulai bergeriliya.Katanya dia mau bicara seusai memergokiku ngobrol berdua saja dengan Ayman di lorong depan toilet tapi setelah setengah jam berlalunothing. Kurasa dia ingin menghukumku dengan cara ini.Namun, apa haknya marah? Aku saja bersikap biasa ketika dia main tatap-tatapan dengan sahabat kecilnya itu.Hash! Tidak adil.
Melawan Pak Rifat itu keniscayaan tapi kalau menang dari dia? Bisa dikatakan ... keberuntungan.Itulah yang membuat aku gagal move on dan makin sayang tapi nahasnya hati Pak Rifat udah ada yang punya. Siapa lagi kalau bukan Flo, si gadis kutilang jelmaan Cleopatra.Tragis banget, ya? Baru kali ini cintaku bertepuk sebelah tangan."Haaaah...!"Aku menghela napas berat juga lega saat Pak Rifat akhirnya bisa melumpuhkan Bang Jono and the gank dan membawanya ke kantor polisi. Dengan sekali hentakan, pernyataan saksi dan koneksi, Pak Rifat akhirnya bisa membuat Jono and the gank tak berkutik.Sebenarnya, selama ini aku merasa curiga. Jangan-jangan Pak Rifat ini agen FBI, soalnya dia tahu di mana keberadaanku tanpa harus bertanya dan lagi dia jago berkelahi.Mungkinkah sebenarnya dia salah satu anak dari Captain Marvel? Atau dia itu bala tentara Aqua Man?Ah, bodo waelah! Yang jelas karena tindakan para lelaki itu, kami jadi harus menghabis
Berenang di kolam ikan piranha sepertinya lebih baik dibanding menjadikan Mbak Sumi sebagai madu. Emoh! ORA SUDI. Apa-apaan itu si mbakyu genit sama Pak Rifat? Aku aja yang istrinya jarang genit. Bukan nggak bisa tapi nyadar diri. Sekali pun aku berusaha, tuh laki lirikannya bukan sama aku tapi FLO. Sebegini nasibnya jadi istri ban serep. Dibutuhkan hanya untuk dapat warisan."Lu!"Aku diam karena disibukan pikiran tadi."Lulu?""Apa?"Sret! Kulayangkan tatapan tajam pada Pak Rifat.Aku baru ingat. Pemicu Mbak Sumi bertindak demikian pasti Pak Rifat juga.Tidak mungkin ada asap jika tidak ada api. Pasti lelaki ini bermain tebar pesona hingga Mbak Sumi salah paham ... seperti aku.Inilah alasan kenapa aku benci sama lelaki yang terlalu baik. Tapi, kalau itu Pak Rifat anehnya hatiku masih bisa diajak musyawarah.Arh! Aku benci hatiku."Wes! Ada apa Nyonya? Kok, lihatnya gitu?" tanyanya
Di mana-mana kalau mau berperang itu pasti butuh strategi. Enggak bisa langsung serang karena disinyalir akan jadi babak belur.Mungkin itulah yang sedang terjadi sekarang padaku. Kepindahan rumah kami ke kawasan komplek 'Asal Semua Senang' ternyata bukan tanpa alasan.Perhitungan yang mendalam dan rencana Pak Rifat pindah ke sini tak lain hanya untuk mempermudah mobilisasi pengintaian pada para penghutang karena komplek ini lokasinya cukup strategis.Selain bertetangga dengan Bu Tejo, komplek ini juga dekat dengan kawasan perkampungan yang dihuni oleh Ki Satria, Wak Onah dan Ceu Odah sementara Neng Raisa katanya masih abu-abu. Info dari Pak Rifat sih begitu, semoga saja benar nggak modus."Alhamdullilah!" Aku menarik napas lega ketika mengecek buku warisan data penghutang milik almarhumah Ibu.Tanpa terasa ternyata kini tugasku kian ringan. Hanya tinggal lima orang lagi target yang harus bayar hutang dari dua puluh lima orang dan semua i
Melamun. Tampaknya akan menjadi kegiatan baru bagiku setelah hati ini terjangkiti virus Rifat.Kami gagal berciuman dan kami khilaf. Itu faktanya. Dia hanya terbawa suasana, aku juga.Lalu, apa yang mesti dibingungkan? Aku hanya perlu bersikap biasa saja. Tapi ... aku malu!Bisa-bisanya aku menutup mata pas dia mendekatkan wajahnya? Kenapa aku mudah sekali terpancing?Murahan sekali aku ini! Apa kata si Rani? Kalau tahu kakaknya seperti ini.Ah, entah! Pokoknya mulai detik, menit dan ke depannya aku tak mau tergoda. Karena Pak Rifat juga kayaknya nggak terpengaruh. Seakan kejadian itu tak berefek apa-apa pada hatinya.Nggak adil.Fiuuh!Setelah menghembuskan napas berulang kali, aku siap membuka pintu kamar.Cklek.Kulongokan kepala sambil menoleh ke kanan dan ke kiri."Aman!" Aku menyeringai puas. Sudah kuprediksi sebelumnya, pasti Pak Rifat belum keluar kamarnya.Dengan la
Jika boleh aku menyamakan Flo dengan siluman yang ada dalam mitos. Maka, aku ingin menyamakannya dengan siluman rubah ekor sembilan.Tahu kan siluman rubah? Itu loh yang katanya siluman jahat yang berwajah cantik tapi kerjaannya menjebak laki-laki.OH MY GOD! ASTAGHFIRULLAH! ALLAHU AKBAR!Benar-benar berdosa sekali si Flo ini. Demi mendapat perhatian Pak Rifat dia rela menjerumuskanku.Kejam oh, kejam. Kalau tahu Raisa adalah sekutu si Flo, aku malas menerima baju terkutuk ini.Coba gatal lagi!"Ini fitnah! Enak saja tu si Raisa yang gak mirip artis Raisa nuduh-nuduh aku. Sumpah Mas! Bukan aku beneran yang melakukan itu, Flo hanya mengada-ngada! Nggak mungkin aku bertindak bar-bar kayak rentenir dan memukuli orang!" elakku bersikeras. Setelah perbuatan kedua wanita itu, mulutku malas sekali menyebut mereka dengan embel-embel 'Mbak Flo' atau 'Neng Raisa' alaaaahh ... TIDAK SUDI!Kupandang Pak Rifat dengan perasa
Pak Rifat menghembuskan napas lega setelah berhasil mendudukan badanku di atas tempat tidur. Lelaki tampan itu menyeka keringatnya yang mengalir ke dahi.Aku jadi bertanya-tanya. Apa mungkin aku seberat itu? Hingga dia kelelahan? Ataukah gara-gara bajuku yang basah membuatnya salah tingkah?"Mari kita ganti baju kamu dulu ya," ujarnya gugup sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.Akibat terjatuh dengan gaya tidak elit, baju atas dan bawahku basah kuyup hingga terlihat transparan. Untunglah Pak Rifat segera menutup bagian bawahnya dengan jas yang ia miliki ketika tadi dia menggendongku ke kamar. Mungkin dia takut bermimpi buruk jika melihat pakaian dalamku.Tanpa bertanya, lelaki itu gegas mengambil bajuku yang ada di lemari seperti tahu kebiasaan istrinya selama ini.Apa dia mengamatiku selama ini?"Apa baju ini bikin kamu nyaman?" tanyanya meminta pendapatku. Di tangannya sudah terdapat satu kaos dan celana tidur.
Okey, tarik napas Lu! Tarik napas!Entah berapa kali aku sudah mensugesti diri saat menuruni tangga untuk menuju ke lantai satu. Selang tiga hari dari adegan tidur bersama dengan Pak Rifat, ini pertama kalinya lagi aku makan bareng sama pria itu.Biasanya aku akan menghindar dan salah tingkah jika tak sengaja bertemu, bahkan gara-gara kejadian itu diriku berlaga kuat dan menolak bantuannya. Padahal dua hari kemarin kakiku masih cenat-cenut, untung sekarang sudah lumayan karena sudah bisa diajak jalan dan siap pecicilan lagi. Obat dan pijitan Pak Rifat emang mujarab."Pagi, Lu?" sapa Pak Rifat yang pagi ini telah siap dengan pakaian casualnya.Lelaki itu melihat ke arahku yang terhenti di tengah tangga."Pa ... pagi," jawabku tidak bisa menutupi kegugupan.Bayangan dadanya yang nyaman dan peluk-able kembali hadir di benak. Nyut-nyutan hati ini jika mengingat itu lagi seolah ingin terulang kembali.Andai ...."Ayo