Share

106. Sebuah Harapan, Bukan Perpisahan

Vanth menyungging senyum sedih. “Ternyata begitu. Terima kasih, Disi.” Sekali saja. Vanth berjanji ini kali pertama dan terakhirnya dia mengecup puncak kepala Disi.

Disi kembali menangis. Dia merosot cepat turun dari meja, berbalik, meraih wajah Vanth yang dingin dan terlihat sedih.

Kini mereka saling berhadapan, bertatapan.

Mempertemukan kening, Disi merasakan dahi pucat Vanth sangat kontras dengan miliknya. Dia tertawa pelan. “Kau pria tertampan yang pernah kulihat.”

Vanth mengusap air mata Disi. “Kau akan bertemu bukan hanya satu, bahkan banyak pria tampan di tempat lain,” ungkap Vanth, begitu lembut, begitu dingin.

Disi mengangguk. Berusaha tidak menangis lagi karena Vanth sudah mengusap tangisnya, tapi tetap saja bulir-bulir air matanya berjatuhan lagi. “Kau benar. Akan ada Malaikat tampan yang menungguku di surga.”

Vanth bukan manusia. Dia tidak akan pernah tahu rasa kehilangan mereka, wa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status