Ara menatap Babas yang sudah diam sejak dua menit yang lalu. Setelah Babas meminta untuk mereka bicara, mereka duduk di ruang TV dengan posisi duduk yang dipisah oleh meja.
Ara memutar matanya jengah. Suara Naima masih setia berteriak di luar dan wanita gila itu selalu menggedor-gedor pintu sejak tadi.
Ingin rasanya ia mematahkan lengan Naima dan menyumpalkan ke mulut Naima agar Naima mau diam dan tak berisik serta membuat kegaduhan.
"Urus dulu kekasihmu.." perintah Ara dingin.
"Aku tak ada urusan dengannya sekarang, aku ada urusan denganmu..." ucap Babas tenang.
"Tapi kekasihmu berisik. Jangan sampai aku mematahkan lengannya.."
"Lakukan saja jika kau ingin." jawab Babas dengan wajah serius.
Ara berdiri dari duduknya dan langsung berjalan menuju pintu depan. Sedangkan Babas hanya melihat gerak gerik Ara dari belakang.
<
Nyaman.Ara merasakan rasa nyaman yang teramat nyaman saat ini.Ia seperti berada dalam bedongan. Terasa hangat, nyaman dan aman.
"Buang di dalam Hen. Buang di dalam. Aku ingin hamil.."Suara lenguhan dan permohonan itu keluar dari bibir Naima. Sudah nyaris satu jam ia dan Herdra bercinta dan ini saatnya Hendra melepaskan cairannya dan gilanya, Naima meminta cairan itu untuk dibuang di dalam.
Ara melirik jam di tangannya. Tiga menit lagi akan menandakan tepat pukul dua belas siang.Matahari yang terlihat kelabu saat ini tak seirama dengan suhu udara yang panas. Entahlah. Entah karena dirinya yang baru saja berjalan jauh, atau karena bumi yang tak sehat lagi karena pemanasan global yang ekstrim.
Ara berlari cepat saat telinganya mendengar suara gedoran pintu yang sangat kuat. Dalam larinya, ia merutuk kenapa kamar utama ada di lantai atas. Apa salahnya berada di bawah saja.Jika berada di bawah, ia tak akan susah-susah keluar dari kamar dan berlari turun ke bawah.Ia akan memarahi Babas
kaget? Janttungan?seperti itulah keadaannya. kalian pikir siapa yang tak akan terkejut saat kau mendengar suamimu akan mengizinkan seorang wanita tinggal bersama di rumahmu. apalagi wanita itu kini tengah hamil anak suamimu.ya walaupun belum tahu juga jika yang dikandungnya itu anak suamimu atau bukan. yang jelas itu sungguh mengganggu.
Ara melihat dari sudut matanya. Bagaimana Naima yang selalu bermanja pada Babas. Wanita rubah itu bergelayut manja pada suaminya.Ingin rasanya Ara melemparkan toples yang tengah ia pegang mengenai kepala wanita itu, namun dengan cepat segera ia urungkan karena ia sadar, tenaganya tak akan sanggup dilawan wanita hamil.Sudah satu bulan lamanya Naima tinggal di rumah mereka. Dan hampir setiap harinya Ara harus menahan emosi.
Chapter sebelumnya aku salah bikin Chapter,,hehehehsebenarnya masih Chapter 38, aku bikin 39. tapi udah aku ubah kok..^^ selamat membaca lanjutannya yaaa..^^*****Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.tak seperti hari-hari sebelumnya, biasanya pukul 8 pagi arah sudah terbangun, namun hari ini Ara masih sibuk bergelut dengan selimut tebalnya.
Sudah empat bulan Naima tinggal bersama dengan Babas dan Ara. Dan selama empat bulan juga Naima selalu menahan beban dihatinya. Dimana Babas yang tak jua mau memanjakannya. Ia ingin Babas mencintainya. Namun yang ia dapatkan justru sikap tak pedulinya Babas. sampai kapan Babas mau seperti ini?.Naima lagi-lagi menangis di kamarnya. Ia kembali dibentak oleh Babas saat tadi ia bersitegang dengan Ara di meja makan.