Pukul enam sore pesawat yang ditumpangi Navaeah mendarat di Korea, dia langsung ke rumah mertuanya sesampainya di bandara dengan diantar oleh sopir pribadinya. Dua jam di rumah Ibu mertuanya Naveah pamit pulang karena Naveah perlu melakukan banyak persiapan untuk acara pertemuan besok dengan W Company.
"Ibu Naveah pulang dulu ya" Naveah pamit sambil memeluk Ibu mertuanya yang mengantar perempuan itu sampai depan pintu.
"Hati-hati sayang, sering-seringlah main ke sini" pesan Ibu mertua pada Naveah.
Naveah masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan pada Ibu mertuanya. Mobil mulai melaju meninggalkan rumah Ibu Lee Kwon. Jam sepuluh malam Naveah sampai di gedung apartemennya, dia turun dari mobil dan bersiap memasuki loby apartemen. Naveah tidak menyangka dia akan bertemu dengan Dongman, cinta pertamanya saat SMA.
Dongman adalah kakak kelas Naveah yang terkenal cerdas, tampan dan punya perilaku yang baik sehingga banyak diidolakan oleh siswi-siswi di SMA nya dulu tidak terkecuali Naveah. Mereka saling mengenal baik karena terdaftar di club research dan kepenulisan saat SMA. Mereka juga sering dipasangkan saat mengikuti perlombaan cerdas cermas antar sekolah. Dongman dan Naveah diibaratkan sebagai dewa dan dewi sekolah mereka. Mereka sama-sama terkenal di SMAnya dulu.
“Naveah, aku Dongman senang sekali bisa bertemu dengan mu hari ini. Beberapa hari yang lalu aku sempat menghubungi mu tapi mungkin karena kamu sibuk kamu tidak mencoba telp balik” Dongman menyapa Naveah sambil tersenyum. Entah ini suatu kebetulan atau bagaimana Naveah sedikit bingung dan agak merasa canggung karena sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
“Hyung” sapa balik Naveah pada Dongman.
"Ada apa ini apakah ini suatu kebetulan akhirnya kita bisa bertemu setelah sekian lama” kata Naveah mencoba mencairkan suasana.
”Kamu masih sama seperti dulu Naveah tidak ada yang berubah, ya kecuali satu tentunya kamu semakin cantik dan lebih mandiri sekarang” Dongman memberikan pujian pada Naveah.
Di tengah asyiknya mereka berbincang laki-laki yang tidak diharapkan akan ditemui Naveah tiba-tiba mendekat ke arah mereka berdua. Laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Lee Kwon suaminya sendiri.
“Naveah” terdengar suara tidak asing memanggil Naveah, benar sekali panggilan itu dari Lee Kwon. Kedatangan Lee Kwon membuat percakapan antara Naveah dan Dongman seketika itu berhenti. Naveah sendiri melihat kedatangan Lee Kwon dengan tatapan kaget dan tidak suka.
“Bukankah seharusnya kamu masih ada di Thailand untuk berlibur, lalu siapa laki-laki ini apa kamu tidak berniat untuk mengenalkan aku padanya?" celetuk Lee Kwon. Naveah yang dari tadi menunduk karena tidak ingin melihat wajah Lee Kwon memberanikan diri mengangkat kepalanya.
“Owh, sebenarnya memang tidak ada keharusan bagi ku untuk menjelaskan atau mengenalkan orang-orang yang aku temui, tapi karena kamu ada di sini dan bertanya, aku akan mengenalkan dia padamu” Naveah jutek pada Lee Kwon.
“Ini Dongman, kakak kelas waktu SMA kebetulan sekali kami bertemu di sini karena sudah lama tidak bertemu dikarenakan kesibukan masing-masing” kata Naveah. Dongman mencoba menjabat tangan dan mengenalkan diri pada Lee Kwon.
“Saya Dongman kakak kelas Naveah” Dongman memperkenalkan dirinya. Lee Kwon sendiri tidak mengenalkan siapa dirinya pada Dongman dia hanya membalas jabatan tangan dari Dongman.
“Hyung karena ini sudah larut malam dan ada banyak yang harus aku urus, nanti akan aku sempatkan telp dan mengosongkan jadwal kapan untuk kita bertemu lagi dan melanjutkan obrolan hari ini” Naveah ingin mengakhiri pembicaraan dengan Dongman. Mendengar perkataan Naveah membuat Dongman amat senang.
“Oke kalau begitu, aku juga ada urusan sekarang kalau begitu aku pamit dulu” kata Dongman sambil tersenyum pada Naveah. Dongman pun meninggalkan Naveah dan Lee Kwon yang masih di loby apartemen.
Tidak lama setelah Dongman meninggalkan loby hotel, Naveah juga bersiap meninggalkan Lee Kwon.
“Tunggu” Lee Kwon menghentikan langkah Naveah. Naveah seketika berhenti mendengar perkataan Lee Kwon.
“Ada apa tuan muda, aku sangat lelah dan sudah tidak punya tenanga untuk berdebat ataupun berbicara dengan mu” Naveah dengan nada yang tidak mood untuk berbicara ataupun menatap Lee Kwon.
“Hmm..sejak kapan kamu tidak menatap lawan bicara mu saat berbicara Naveah” Lee Kwon mulai kesal.
“Baiklah-baiklah aku minta maaf, lalu apa keperluan mu dan mau mu sekarang aku sangat sibuk jadi bicaralah yang jelas tuan” Naveah menggenggam tangannya karena kesal.
“Naveah aku sudah bilang jangan sembarangan bertemu dengan laki-laki mereka tidak semuanya baik” Lee Kwon menasehati Naveah. Perempuan itu terlihat kaget mendapat nasehat dari suaminya itu.
“Haha..sejak kapan kamu peduli dengan urusan pribadi ku? tuan tenang saja, pria yang barusan pergi sungguh aku sangat mengenalnya bahkan sebelum aku bertemu dengan mu, jadi kamu tidak perlu menasehati ku seperti itu. Lagi pula kita sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing kan, aku yakin tuan masih ingat kesepakatan yang pernah kita buat” kata Naveah.
Mendengar ucapan Naveah Lee Kwon semakin bingung kenapa tiba-tiba Naveah bicara formal lagi padanya dan tidak seperti terakhir kali saat mereka bertemu.
“Kamu ini kenapa sih Naveah dari tadi bicara mu jadi aneh pada ku, apa kamu marah karena kita tidak jadi liburan bersama?" tanya Lee Kwon kesal.
“Haha...kamu lucu sekali, kita memang tidak pernah saling mengenal dengan baik Lee Kwon, aku..marah pada mu? ha..mungkin kamu lupa kalau aku sudah terbiasa pergi kamana-mana sendiri, pun sendiri atau bersama-sama tidak ada masalah dan bedanya bagi ku. Kamu tidak perlu terlalu over thinking aku biasa saja dan aku tidak marah pada siapa pun” Naveah menghadapkan wajahnya pada Lee Kwon dan berbicara dengan serius. Mendengar jawaban Naveah yang jutek padanya membuat Lee Kwon semakin kesal dan frustasi.
“Sudah lah tidak ada yang perlu kita bicarakan aku sangat lelah sekarang, kalau ada yang ingin kamu sampaikan kamu bisa mengirimi aku pesan seperti biasanya jadi kita tidak perlu bertemu untuk bicara seperti ini” Naveah bersiap membawa kopernya pergi meninggalkan Lee Kwon menuju lift.
“Kalau bukan karena Ibu yang menyayangimu aku tidak akan membantu mu membawakan kopermu” Lee Kwon merebut koper yang di bawa Naveah. Mereka berdua akhirnya masuk lift yang sama meskipun Naveah sudah menolak bantuan Lee Kwon untuk membawa kopernya. Dalam lift mereka saling diam dan tidak berbicara sedikit pun, ting pintu lift terbuka mereka berdua sudah ada di lantai sepuluh. Mereka berdua berjalan menuju apartemen Naveah yang terletak di nomer 102A. Setelah memasukkan password, pintu apartemen Naveah terbuka.
“Cukup sampai di sini saja, kamu tidak perlu membawakan koper ini sampai ke dalam” kata Naveah pada Lee Kwon.
“Aku harap amarahmu sudah redam besok” kata Lee Kwon sambil mengelus kepala Naveah.
“Lee Kwon aku harap ini terakhir kali kamu memegang kepala ku seperti ini, kita memang sudah menikah tapi bukan berarti kamu bisa melakukan apapun sesuai keinginan mu. Kita kembali biasa saja seperti dulu saat pertama kali bertemu, oke?" pinta Naveah sambil tersenyum terpaksa.
Naveah masuk ke dalam apartemennya dengan membawa kopernya tanpa mempersilahkan Lee Kwon masuk. Setelah Naveah menutup pintu, Lee Kwon pergi dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Naveah masih berdiri di depan pintu setelah masuk dan mengunci pintu dari dalam apartmennya.
“Apa yang telah aku lakukan?, kenapa melihat wajah Lee Kwon aku begitu ingin marah padanya?" tanya Naveah pada dirinya sendiri.
Naveah menghembuskan nafas dan kemudian masuk ke kamarnya untuk berganti baju dan membaca materi presentasi yang sudah dikirimkan oleh Anneth pada dirinya melalui email. Jam satu malam Naveah masih terjaga, dengan wajah serius dia mempelajari tiap aspek mengenai W Company perusahaan yang diharapkan bisa dijadikan mitra TF Group agar semakin maju.
Malam itu Naveah ditemani satu gelas cangkir kopi di atas meja, Naveah bukan pecinta kopi tapi setiap kali ada pekerjaan yang membuatnya begadang semalaman dia selalu meminum kopi. Saat membaca perkembangan W Company dari tahun per tahun dan di bab para pemegang saham Naveah terkaget membaca dokumen yang ia baca. Bagaimana tidak, dalam dokumen disebutkan bahwa pemilik saham terbanyak di W Company dipegang oleh Kang Dongman.
”Apakah ini Dongman Hyung yang ia kenal?" tanya Nvaeah pada dirinya sendiri. Kalau memang benar dia pemegang saham terbanyak di W Company ini sesuatu yang mengejutkan baginya. Kemampuan Dongman memang luar biasa jadi tidak perlu diragukan dia bisa sampai ke tingkat ini sekarang.
Waktu SMA dulu banyak cerita berhembus mengenai Dongman yang merupakan anak perusahaan IT ternama di Korea tapi saking sederhananya Dongman dia tidak pernah menunjukkan siapa dirinya yang sesungguhnya pada teman-temannya. Dongman selalu menganggap dirinya sama dengan yang lain, dia selalu berusaha menjadi yang terbaik tanpa harus menggunakan latar belakang keluarganya untuk terlihat hebat. Mengingat kenangan itu membuat Naveah tersenyum dan bangga pernah jatuh cinta dengan laki-laki yang luar biasa.
Sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati hari ini Naveah mewakili TF Group untuk bertemu dengan perwakilan W Company. Salah satu perwakilan mereka tidak lain adalah kenalan Naveah yaitu Dongman. Seperti yang Naveah perkiraan Dongman tidak hanya memegang saham terbanyak di W Company tapi juga CEO baru di W Company menggantikan Kang Wook yang sudah memasuki masa pensiun. Dalam pertemuan kali ini Naveah mempresentasikan mengenai TF Group. Setelah mempresentasikan TF Group dengan begitu menarik W Company akhirnya bersedia bekerjasama dengan TF Group. Selesai pertemuan yang berakhir sekitar jam lima sore Dongman mengirimkan pesan pada Naveah untuk mengajaknya makan.
“Oke, Hyung tunggu aku di loby perusahaan nanti kita berangkat bersama saja” pesan Naveah pada Dongman.
Naveah membereskan beberapa dokumen sebelum meninggalkan kantor untuk makan bersama dengan Dongman. Dongman duduk dengan sabar menunggu Naveah, ini pertama kali nya mereka makan bersama.
“Hyung, ayo kita berangkat” ajak Naveah yang sudah jalan mendekati Dongman di loby kantor. Pria itu pun berdiri dari posisi duduknya.
“Naveah hari ini kamu naik mobil ku saja nanti biar sekalian aku antar ke apartemen mu” kata Dongman.
“Yakin, tadi aku sudah minta tolong sopir untuk mengantar kita berdua sebenarnya, tapi kalau memang hyung maunya seperti itu ya ayo kita naik mobil hyung saja” kata Naveah. Mereka berduapun meninggalkan loby kantor dan berjalan menuju mobil Dongman yang sudah terparkir di depan kantor TF Group. Dongman membukakan pintu mobil untuk Naveah.
“Silahkan nona” canda Dongman pada Naveah. Naveah hanya bisa tersenyum dengan kelakuan kakak kelasnya itu.
“Kamu mau makan apa hari ini?, aku sudah lama tidak di Korea jadi misal kamu ada rekomendasi tempat makan yang enak ayo kita kesana saja” kata Dongman.
“Bagaimana kalau kita makan Bulgogi hari ini, aku tahu tempat yang bagus di dekat apartemen ku” ajak Naveah.
“Oke, aku setuju” kata Dongman mengiyakan ajakan Naveah.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan mereka sampai di restoran yang dimaksud oleh Naveah. Mereka berdua masuk dan memesan beberapa hidangan pada pelayan. Naveah dan Dongman duduk di dekat jendela di lantai dua restoran, mereka berdua makan sambil melihat pemandangan di luar yang ramai dengan wara wiri jalan kaki orang-orang dan juga ramai kendaran berlalu lalang.
”Bagaimana hyung rasanya? tanya Naveah.
“Ini yang terbaik, lain kali ajak aku makan ke tempat lain yang juga enak Naveah” kata Dongman.
“Hyung berani membayar ku berapa?” tanya Naveah sambil bercanda pada Dongman. Mereka sangat menikmati makan dan obrolan mereka.
“Naveah aku baru satu minggu kemarin pindah di gedung apartemen yang sama dengan mu” kata Dongman.
“Benarkah, hyung di lantai berapa? tanya Naveah.
“Aku kebetulan dapat di lantai 10” kata Dongman. Naveah dan Dongman benar-benar tidak menyangka mereka bisa bertemu, mengobrol, makan, bekerja bersama-sama sekarang. Setelah makan dan mengobrol panjang lebar, mereka berdua pulang ke apartemen.
Sesampainya di loby apartemen Naveah dan Dongman tidak sengaja bertemu dengan Lee Kwon dan Nari saat mereka sama-sama menungu di lift untuk naik ke lantai atas. Naveah dan Dongman melihat Lee Kwon dan Nari dengan pandangan biasa dan tidak peduli tapi berbeda dengan Lee Kwon, dia merasa matanya terganggu melihat Naveah diantar oleh Dongman. Dongman menyapa duluan pada Lee Kwon karena mereka kemarin berkenalan. Setelah menyapa, Dongman kembali mengobrol dengan Naveah tanpa mempedulikan keberadaan Lee Kwon dan Nari. Mereka berempat bersamaan masuk ke dalam lift. Dongman menekan tombol no 10 karena tujuan Dongman dan Naveah memang ke lantai 10.
"Mau ke lantai berapa?" tanya Dongman dengan nada santun pada Lee Kwon.
Lee Kwon tidak menjawab pertanyaan Dongman dan menekan tombol no 11 dengan sendirinya.
Dalam lift Dongman terus menceritakan hal-hal lucu dan aneh saat dirinya tinggal di luar negeri pada Naveah. Naveah tertawa terbahak-bahak mendengarkan setiap cerita yang disampaikan Dongman padannya.
“Haha, kenapa bisa ada cerita lucu seperti itu Hyung” Naveah tertawa dan memukul pundak Dongman.
Di sisi lain Lee Kwon terus memperhatikan Naveah yang kelihatan senang dan bahagia dekat dengan Dongman. Nari yang melihat Lee Kwon menatap Naveah merasa cemburu dan tiba-tiba menyandarkan kepalanya pada bahu Lee Kwon sambil menggenggam tangan Lee Kwon. Lee Kwon sebenarnya merasa tidak nyaman saat Nari bertindak seperti itu apalagi di tempat umum, tapi karena Lee Kwon tidak bisa berkata apa-apa ia membiarkan Nari.
Naveah yang posisinya berada di depan Lee Kwon dan Nari melihat bayangan keduanya dari lift. Namun Naveah tidak menghiraukan keduanya. Saat pintu lift terbuka Dongman tiba-tiba tanpa sengaja menggandeng tangan kanan Naveah untuk keluar dari lift. Naveah sedikit kaget tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkan rasa kagetnya tersebut. Lee Kwon yang melihat tangan Naveah digandeng pria lain merasa tidak senang. Pikirannya pun sudah membayangkan hal-hal aneh, padahal antara Naveah dan Dongman tidak ada hubungan apapun selain teman lama dan rekan kerja saja. Setelah mengantarkan Nari ke apartemennya, Lee Kwon langsung pamit pada Nari dan bilang dirinya harus segera pergi karena ada yang harus ia kerjakan, kebetulan sekali memang ada telp yang masuk di hp Lee Kwon sehingga Nari tidak bisa mencegahnya pergi.
"Baik kakek, kami akan segera ke sana" Lee Kwon mengakhiri telpon dari kakeknya.Setelah menerima telp Lee Kwon tidak masuk ke dalam apartemennya melainkan turun ke lantai 10 untuk bertemu dengan Naveah. Ting-tong, ting-tong suara bel berbunyi di apartemen Naveah, Naveah bergegas melihat siapa tamu yang berkunjung ke apartemennya melalui layar monitor di dekat pintu.“Kenapa lagi sih ini” Naveah menggerutu dalam hati. Naveah pun membukakan pintu untuk Lee Kwon.“Ada apa?, Kenapa tiba-tiba datang kes sini?" tanya Naveah pada Lee kwon dengan sewot.“Aku tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang, ayo ikut aku” ajak Lee Kwon sambil menggandeng tangan Naveah.“Sebentar, jangan seperti ini jelaskan dulu kita mau kemana, kamu tidak lihat aku hanya memakai kaos dan celana ¾ seperti ini?"Naveah menghentikan langkah Lee Kwon.“Ah, maaf aku benar-benar buru-buru, kalau begitu kamu bisa berganti pakai
Jam menunjukan pukul sembilan pagi, Naveah masih tertidur pulas di kamarnya. Tirai jendela masih tertutup rapat sehingga cahaya yang biasanya masuk melewati kaca-kaca jendela tidak bisa masuk karena terhalang oleh tirai cendela. Sabtu pagi biasanya Naveah sudah produktif menjalankan aktivitas dengan olahraga seperti jogging di taman dekat apartemen ataupun belajar memasak tapi karena kesibukan rapat sampai malam membuat Naveah memilih untuk tidur.Kamar Naveah berada di lantai dua apartemen, di dalam kamarnya terdapat beberapa ruangan seperti ruang membaca, kamar mandi, dan juga ruang ganti. Ruang baca adalah tempat favorit Naveah setelah balkon. Naveah sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku kisah orang-orang sukses, buku investasi, buku mengelola keuangan ataupun novel ringan yang tidak terlalu berat untuk dibaca saat libur. Paling tidak dalam satu tahun Naveah bisa membaca 12-15 judul buku.Terlahir dengan keterbatasan finansial membuat Na
Selesai sarapan Naveah meminta izin Ibunya untuk mandi sebelum mereka pergi belanja. Naveah beranjak naik ke lantai dua menuju kamar nya. Saat mengecek Hp yang sedang di cash dia melihat ada panggilan masuk dari Dongman. Naveah pun menelpon Dongman balik, tut tut menunggu panggilan Naveah dijawab oleh Dongman. Tidak lama kemudian Dongman mengangkat telpon Naveh."Naveah, apa kamu masih tidur?" tanya Dongman."Tidak Hyung, aku barusan dari lantai bawah jadi tidak dengar kalau hp ku berbunyi" kata Naveah. Dongman sebenarnya ingin mengajak Naveah ke luar untuk makan dan bertemu dengan teman-teman sekolahnya nanti malam, Dongman sedikit ragu perempuan menerima ajakannya untuk pergi atau tidak."Ada yang bisa aku bantu hyung" kata Naveah memecah keheningan."Sebenarnya aku mau mengajak mu untuk pergi bersama nanti malam kalau tidak keberatan" ucap Dongman."Pergi kemana Hyung, berdua atau banyak orang?" tanya Naveah balik."Ki
"Aku baru tahu ternyata perempuan itu adalah seorang penulis" gumam Naveah dalam hati.Solmi terlihat tidak senang melihat acara yang tengah berlangsung di lantai dua, apalagi kalau berjumpa dengan Nari.Biarpun mereka pernah dekat dulu tapi saat perempuan itu meninggalkan anaknya untuk menikah dengan pria lain ia begitu membencinya. Tapi dia bersyukur karena dia bisa memperoleh menantu sebaik Naveah sekarang."Sayang kita langsung saja ke toko buku yang ingin kamu kunjungi" Solmi mengajak Naveah agar tidak fokus pada pameran yang tengah berlangsung di tengah-tengah lantai dua.Solmi yakin kalau Naveah tahu hubungan antara Lee Kown dan putranya meskipun menantunya itu tidak pernah bertanya langsung pada nya."Baik Ibu" Naveah menggengam tangan Ibu nya ke toko buku yang ia maksud.Naveah tengah memilih buku yang berada di rak-rak buku di toko tersebut. Sedangkan Solmi menunggu putrinya itu sambil duduk membaca buku di tempat yang telah di
"Kamu menginap di sini saja hari ini, lagian besok kan hari minggu" pinta Solmi."Ibu, lain kali ya" ucap Naveah dengan berat hati menolak permintaan mertuanya.Setelah mengantar mertuanya pulang ke rumah, Naveah pergi menemui temannya yang bernama Seohyun. Seohyun tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mertuanya. Perjalanan dari rumah Solmi ke apartemen Seohyun membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit saja.Tok Tok, Naveah mengetuk pintu apartemen Seohyun. Perempuan itu mencoba menghubungi temannya karena pintunya tidak dibuka-buka."Aku sudah di depan" ucap Naveah pada Seohyun melalui telpon."Oke, aku baru selesai mandi tadi, sorry ya" jelas Seohyun.Lima menit kemudian Seohyun pergi membukakan pintu untuk Naveah."Lama sekali" perempuan itu memeluk Seohyun yang mengenakan baju tidur berwarna navy."Ya, kamu ini kenapa coba?" Seohyun kaget dengan kelakuan Naveah yang tidak b
"Naveah cepat bangun, kamu tidak dengar hp mu terus berbunyi dari tadi. Suami mu menelpon terus kamu tidak berniat untuk segera mengangkatnya telinga ku sudah tidak kuat mendengar nada dering di ponsel mu yang berbunyi terus dari tadi" ucap Seohyun.Naveah masih belum membuka matanya, perempuan itu terlihat kelelahan. "Jam berapa sekarang" tanya Naveah dengan mata masih terpejam."Jam sebelas" ucap Seohyun.Naveah pun seketika terbangun mendengar perkataan dari sahabatnya itu. "Beraninya kamu berbohong" Naveah marah setelah melihat jam dinding di depannya yang masih menunjukkan pukul sepuluh siang."Makanya cepat bangun dan angkat telpon dari suami mu itu"ucap Seohyun."Ada apa" Naveah mengangkat telpon dari Lee Kwon."Kamu baru bangun?, ada dimana sekarang, biar aku jemput" ucap Lee Kwon."Telingaku sepertinya salah dengar karena nyawaku belum seratus persen kembali" ucap Naveah."Halo, kamu dengar suara ku kan?" tanya L
"Mari kita akhiri ini baik-baik" Naveah memberi senyum termanis dihadapan suaminya yang tengah duduk di sofa yang menghadap ke televisi.Pria itu tiba-tiba berdiri, menjabat tangan istrinya dan kemudian memeluk erat Naveah. Perempuan itu kaget dan bingung karena tiba-tiba Lee Kwon memeluk dirinya, padahal selama menikah Lee Kwon tidak pernah berani memeluk Naveah."Kamu gila, berani nya kamu" Naveah mencoba mengeluarkan dirinya dari pelukan Lee Kwon. Semakin berontak, semakin erat Lee Kwon memeluk Naveah."Selamat ulang tahun istri ku" bisik Lee Kwon di telinga Naveah. Perempuan itu terdiam tidak bisa berkata-kata, dia mengira hari ini adalah hari dimana dia bisa bebas dari penikahannya tanpa dia duga Lee Kwon memberi kejutan untuk dirinya.Naveah dan Lee Kwon berpelukan cukup lama, namun Naveah tidak membalas memeluk Lee Kwon, perempuan itu diam terpaku dan tiba-tiba jantungnya berdebar begitu cepat. Lee Kwon perlahan-lahan melepas pelukannya pada Naveah
"Cepat kembali ke apartemen mu, aku mau tidur" pinta Naveah."Naveah, bagaimana kalau mulai minggu depan kita tinggal bersama" ide Lee Kwon. Naveah benar-benar dibuat terkejut berulang kali oleh Lee Kwon."Kenapa tiba-tiba sekali,bagaimana dengan?" Naveah tidak melanjutkan perkataanya tapi Lee Kwon paham betul siapa yang dimaksudkan oleh istrinya itu."Soal Nari, tidak perlu khawatir dia akan meninggalkan Korea dalam beberapa hari dan dia akan tinggal di Taiwan selama dua bulan" jelas Lee Kwon."Apakah tidak lebih baik tinggal terpisah seperti ini saja, kita juga sama-sama lebih menyaman" Naveah menyampaikan pendapatnya."Tidak, kita sudah dua tahun menikah dan kita masih belum bisa mengenal satu sama lain dengan baik" Lee Kwon menggelengkan kepala menolak pendapat Naveah."Tapi" ucap Naveah."Apa yang masih kamu takutkan?" tanya Lee Kwon."Aku hanya belum siap untuk tinggal dengan orang asing di apartemen ku" jelas Naveah.