"Nona Valerie, kita sudah sampai," kata seorang lelaki yang duduk di sebelah Valerie. Dia membuka pintu untuk Valerie yang baru saja terbangun dari tidur singkatnya.
Valerie membuka matanya, dia meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku dan melihat ke arah luar dari kursinya. "Apa banyak tamu yang datang?" tanya Valerie. "Tentu saja, ini adalah hari pertunangan Anda. Tuan pasti sudah berusaha keras untuk mengundang semua tamu penting agar datang ke pesta Anda." Valerie tersenyum puas. Dia turun dan melihat hotel megah di depannya menyambutnya. Noah berdiri di belakang Valerie, menjaganya dari serangan tak terduga yang mencoba untuk menyakiti Valerie. Ketika masuk ke dalam ballroom hotel. Valerie langsung menghampiri seorang lelaki yang sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya. "Damian!" panggil Valerie, dia berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri kekasihnya. "Hati hati Nona Valerie, Anda bisa terjatuh." Tangan Noah menangkap lengan Valerie yang hampir saja dahinya mencium lantai. Valerie tersenyum untuk menutupi perasaan malunya. "Trims Noah," bisiknya. Noah kemudian membiarkan Valerie mengobrol dengan Damian berdua, mengamati dari kejauhan dan berjaga-jaga dari tempatnya berdiri. Sementara itu Valerie terlihat sangat senang saat ini karena akhirnya dia bisa meresmikan pertunangannya dengan Damian, lelaki yang dia sukai sejak dirinya masih kecil. "Lama lama aku cemburu dengan pengawalmu, Valerie," kata Damian, menunjuk Noah dengan matanya. Valerie membalasnya dengan tawa kecilnya. "Kenapa harus cemburu pada Noah? Dia sudah seperti kakakku sendiri." "Itulah mengapa aku cemburu padanya." Mata Damian kemudian teralihkan di satu bayangan yang menghampiri mereka berdua. Seorang wanita dengan heels setinggi 20 senti menjabat tangan Damian dan memeluknya sambil mengucapkan selamat padanya. "Selamat Damian, aku harap kamu bahagia dengan pilihanmu," kata Ruth, kakak tiri Valerie. Valerie yang tahu jika kakaknya itu juga menyukai Damian sedikit tak suka saat melihatnya memeluk Damian. "Kenapa wajahmu seperti ditekuk begitu? Aku cuma memeluknya, toh sebentar lagi kan jadi milikmu," katanya dengan sedikit nada ejekan. Valerie mencoba untuk tersenyum. "Valerie," panggil temannya kali ini yang datang ke acara pertunangan Valerie. Valerie menoleh dan melihat sahabatnya datang. Dia pun menghampirinya dan mengajaknya mengobrol melupakan keberadaan Ruth dan Damian. "Kenapa kamu membiarkan mereka berdua sendiri?" tanya Raya pada Valerie sambil berbisik. "Lebih baik aku pergi daripada ikut mengobrol di sana. Ruth benar benar sengaja ingin membuatku cemburu." "Kenapa kamu harus cemburu? Damian kan milikmu." Ketika melihat ke arah Damian dan Ruth mengobrol tadi. Valerie sudah kehilangan keberadaan mereka berdua. "Ke mana Damian?" gumam Valerie. la pun mencari keberadaan Damian yang tiba tiba menghilang dari pandangannya. Padahal belum ada sepuluh menit dia ditinggalkan tapi kini dia tidak ada di depan matanya. Saat menyusuri keramaian tamu yang memenuhi ballroom hotel. Wajah panik Valerie tak dapat dia sembunyikan karena melihat bayangan Damian sedang berjalan bersama dengan Ruth. Dia sampai tidak sempat untuk membalas ucapan selamat yang diucapkan para tamu padanya. "Nona Valerie! Anda mau ke mana?" Noah mengejar Valerie yang berlari sambil mengangkat gaunnya yang panjang. "Acara sebentar lagi akan dimulai." "Noah, aku harus menemukan Damian. Damian pergi dengan Ruth!" Mata Noah menangkap bayangan Damian memasuki lift bersama dengan Ruth. "Mereka ke lantai lima," kata Noah. Karena menunggu lift yang tak kunjung terbuka. Akhirnya Valerie memutuskan untuk pergi ke lantai lima menggunakan tangga darurat. Dia ingin memastikan apa yang sedang kakak dan tunangannya itu lakukan. "Noah, sebaiknya kamu jangan ikuti aku," kata Valerie sambil terengah-engah. "Mana mungkin saya meninggalkan Anda sendirian pergi." "Aku malu kalau sampai mereka berdua melakukan hal yang aku takutkan selama ini." Noah diam saja. Ketika mereka berdua sudah sampai di lantai lima, dengan jelas ia melihat tangan Damian memeluk pinggang Ruth dan mencium bibirnya dengan mesra. "Sebaiknya Anda tidak perlu memastikannya lagi," kata Noah. "Aku harap ada yang salah dengan mataku saat ini." "Apa yang Anda lihat adalah benar. Jika tuan Damian berselingkuh dengan Nona Ruth." Valerie membalikkan tubuhnya dan menatap nanar Noah. Matanya mulai menggenang basah dengan kedua tangan terkepal. PLAK! Tangan mungil Valerie menampar pipi Noah. "Kamu salah Noah!" Dengan langkah yang gontai, Valerie menuruni tangga darurat dengan pikirannya yang kacau. Belum ada satu jam, Damian mengatakan bahwa dia mencintainya. Namun di waktu yang sama rupanya dia belum bisa melupakan Ruth yang menjadi cinta pertamanya. la pikir Damian sudah melupakan Ruth ketika kakaknya itu mencampakkannya saat kuliah di luar negeri waktu itu. Namun, Valerie salah. Perasaan Damian pada Ruth masih sama seperti waktu dulu. Valerie terjatuh, gaunnya yang indah dan panjang robek membuat dirinya semakin menangis. Noah yang sejak tadi berjalan di belakang Valerie kemudian datang menghampiri Valerie dan memegang tangannya. "Jangan menangis sekarang, Anda bisa menangis jika sudah keluar dari hotel ini. Anda tidak boleh terlihat lemah," kata Noah. Valerie melihat wajah Noah, pipi kirinya masih merah karena bekas tamparannya tadi. Tangan Valerie hendak menyentuh pipi Noah, tapi hanya mengambang dan urung menyentuhnya. "Maafkan aku Noah." Noah hanya diam dan membantu Valerie untuk bangkit. la mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipinya. Malam ini dia akan memutuskan untuk meninggalkan Damian dan merelakan lelaki itu untuk Ruth. "Kamu dari mana saja? Semua tamu sudah menunggumu. Lalu di mana Damian?" tanya Fredison, ayah Valerie. Valerie menggeleng. Dia berjalan naik ke atas panggung di mana di belakangnya ada sebuah layar besar yang menampakkan foto Damian dan dirinya sedang foto berdua dengan berpelukan. Valerie meraih mikrofon dari seorang MC yang tadinya hendak bicara. Dengan suara yang masih bergetar dia memberanikan diri untuk mengumumkan sebuah pengumuman yang akan merubah hidupnya. "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk para tamu yang datang dan meluangkan waktunya ke acara pertunangan saya dengan kekasih saya Damian. "Tapi di sini saya ingin mengumumkan sebuah hal yang penting, yang mungkin akan membuat beberapa pihak kecewa. "Bahwa saya ingin mengatakan bahwa pertunangan saya dengan Damian dibatalkan karena saya dan Damian sudah bukan menjadi sepasang kekasih lagi." Mata Fredison memelotot ke arah Valerie. Sementara Valerie tersenyum ke arah ayahnya dengan wajah yang sedih. "Apa maksudnya?" tanya seorang tamu, yang langsung menjalar ke tamu yang lain. "Ada apa dengan Nona kedua Fredison. Dia pikir waktu kita tidak berharga. Membuat kita datang ke sini untuk memenuhi permainannya." "Saya ucapkan sekali lagi, maaf yang sebesar-besarnya kepada Anda semua." Valerie pun turun dari panggungnya lalu berjalan melewati para tamu dengan senyum yang palsu. Sementara itu Damian dan Ruth muncul ketika kekacauan tengah dimulai. "Valerie! Kamu mau ke mana!" panggil Damian, tapi Valerie mengabaikannya.Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.
Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan
Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.
"Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan
Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...
PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati