Share

Story 8

Author: Gavriel
last update Last Updated: 2024-03-30 13:22:01

"Aku sedang keluar kota sekarang, kita bicarakan nanti setelah aku di rumah," kata Noah di ujung telepon.

"Keluar kota? Oh, baiklah kalau begitu." Valerie menutup teleponnya. Kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat bayangan Ruth dan Damian ada di parkiran.

Rasanya dia ingin merobek bayangan mereka berdua, tapi dia harus menahannya sedikit lebih lama.

Valerie masih memiliki sedikit rasa dengan lelaki brengsek itu. Meski sudah dikhianati dan dipermalukan berkali-kali. Padahal tak ada yang bisa diandalkan dari Damian, tapi mengapa dia harus sebegitu menyukai Damian?

Apakah karena dia adalah cinta pertama nya?

"Aku harus pulang sekarang," gumam Valerie. Dia keluar dari kafe seperti orang bodoh.

Ketika di jalan, dia mendengar suara mesin mobil menghampirinya. Dia pun melirik ke samping, rupanya ada Damian dan Ruth di dalamnya.

"Wah kasian sekali, di mana memang pengawalmu? Dia meninggalkanmu ya?" ejek Ruth.

"Mau ku antar? Aku mau tau di mana tempat yang kamu sebut rumah," ejek Ruth lagi.

Valerie tidak peduli, dia pura pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Ruth karena hal itu jauh lebih baik untuk menjaga kewarasannya.

Mobil Ruth berada di belakang Valerie cukup jauh. Saat Valerie menoleh ke belakang, rupanya mobil Ruth berhenti. Entah apa yang sedang mereka lakukan, Valerie tak peduli.

Akan tetapi, ketika Valerie sedang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi yang dia pesan. Tiba tiba mobil Ruth melaju begitu kencang.

Valerie terkejut, dia tak sempat memundurkan kakinya hingga mobil Ruth sengaja melewati jalanan yang tergenang air.

Air itu jelas langsung membasahi tubuh Valerie. Valerie kemudian mendelik ke arah mobil Ruth.

Terdengar suara Ruth yang tertawa ketika mobilnya berhenti.

"Kamu tau kan? Kalau hal ini sangat menyenangkan dan cocok untukmu karena sudah menggoda kekasihku!"

Valerie tak berkata apa apa, dia hanya mengutuk dalam hati. la tak mengerti mengapa Ruth masih membencinya padahal Damian sudah dia miliki, pun dengan hati Damian yang sejak dulu adalah Ruth pemenangnya.

"Bukankah ini agak keterlaluan, Ruth?" Damian protes ketika mobil meninggalkan Valerie.

"Keterlaluan? Kamu membelanya?!"

"Bukan begitu, tapi tadi baru saja hujan, dia pasti kedinginan dan .."

"Kamu mulai menyukainya Damian?" tuduh Ruth.

"Tidak."

"Kalau begitu diam lah!"

Noah duduk di kursinya sudah berjam-jam yang lalu. Dia baru saja disidang oleh neneknya karena sudah pergi meninggalkan kediaman Ivanov selama bertahun-tahun.

"Kalau kamu memang mau tinggal di luar kediaman ini, maka menikahlah Noah," kata neneknya yang sejak tahun kemarin ingin cucunya itu menikah.

"Nanti akan kupikirkan lagi."

"Nenek sudah ada calon untukmu, namanya Aleandra, dia sangat cantik. Kalian sudah pernah bertemu. Bagaimana dengan dia?"

Noah memalingkan wajahnya. Dia tidak suka dengan perjodohan, apalagi dengan wanita yang bernama Aleandra itu. Bagi Noah, Aleandra hanyalah wanita yang menyukai bau uang.

"Biarkan aku mencari sendiri jodohku.'

Neneknya mendengus. "Kamu selalu berkata seperti itu tiap kali nenek bilang akan menjodohkanmu dengan wanita."

Noah merasa jika ucapan neneknya tidak salah, dia memang suka beralasan. Karena memang tidak ingin membangun hubungan dengan wanita.

"Tinggal di sini satu minggu, kamu sudah bertahun-tahun pergi dari sini dan bermain-main di luar sana." Neneknya pun berdiri. "Kecuali kamu membawakan perempuan kepadaku."

Ponsel Noah bergetar, dia melihat nama kontak Valerie masih sama seperti dulu yaitu Nona Valerie. Dia pun langsung mengangkatnya tanpa menunggu lama.

"Noah menikahlah denganku, tapi kamu harus berjanji untuk membantu balas dendam seperti apa yang katakan kemarin," kata Valerie di ujung telepon.

Noah diam diam tersenyum. "Aku masih di luar kota, nanti kita bicarakan saat aku di rumah."

Nenek Noah sempat penasaran, siapa yang menelpon cucunya. Karena bisa membuat Noah tersenyum seperti tadi.

"Siapa yang menelpon mu?"

Noah ikut berdiri kemudian tersenyum.

"Nenek tidak perlu memberikan jodoh kepadaku, karena aku akan membawakan menantu untuk nenek."

"Benarkah? Kamu serius kan?"

Noah mengangguk.

"Kalau begitu, aku pulang sekarang," kata Noah.

"Karena kamu sudah bilang begitu, baiklah. Kamu bisa pulang, tapi ucapanmu sekarang bisa dipegang kan?"

"Tentu saja!" balas Noah.

Dia pun keluar dari rumah dengan beban di hati yang sudah berkurang. Setidaknya dia selamat dari perjodohan karena Valerie akhirnya mengajaknya untuk menikah. Entah pernikahan itu nantinya untuk menyelamatkan harga diri Valerie atau dirinya. Yang penting adalah dia sudah memiliki istri agar tidak didesak oleh neneknya lagi.

Ketika Noah hendak berjalan ke mobilnya. Dia melihat mobil lain masuk ke dalam kediaman Ivanov.

Saat mobil itu berhenti, dua orang turun kemudian berjalan melewatinya seakan dirinya tidak ada.

Namun seorang laki-laki membalikkan tubuhnya kemudian menyapa Noah dengan sebutan kakak.

"Wah ada apa ini? Tumben kamu pulang, Kak Noah?" tanyanya dengan setengah menggoda. Dia memeluk Noah dari belakang dan tertawa.

"Lepaskan aku," desis Noah.

"Lho, kenapa? Padahal sudah lama kita tidak bertemu."

"Maxim! Cepatlah masuk! Kamu sudah ditunggu oleh nenekmu!" kata seorang wanita yang tak lain adalah ibu Maxim dan juga Noah.

"Yah, padahal aku masih ingin mengobrol denganmu," kata Maxim.

"Jangan berpura-pura, aku tau kalian jijik melihatku di sini." Noah melepaskan pelukan Maxim kemudian pergi dari hadapan adiknya itu dan masuk ke dalam mobilnya.

Maxim pun langsung berjalan ke arah ibunya lalu menggandeng tangan ibunya seperti anak kecil. Padahal lelaki itu sudah dewasa.

"Aku tau kamu ingin pamer padaku karena mendapatkan kasih sayang dari ibumu seperti itu," gumam Noah.

Salah satu alasan dia ingin pergi karena dia tak mau melihat Ivana, ibunya di rumah neneknya.

Melihat ibunya hanya akan menggores luka lama di dalam hatinya. Dia tak pernah dianggap ada oleh Ivana, jadi Noah memutuskan untuk tinggal di luar kediaman Ivanov.

Perjalanan dari kediaman Ivanov ke rumah Noah setidaknya membutuhkan waktu sampai dua jam. Itu pun jika malam karena tidak macet.

Noah sampai di rumahnya pukul 2 pagi, dan dia melihat lampu di ruang tamu masih menyala.

Ketika dia membuka pintu rumahnya, dia melihat Valerie tertidur di ruang tamu dengan pulas.

"Apa dia menungguku?" pikir Noah.

Noah lalu duduk di sofa lain dekat Valerie, menunggu perempuan itu bangun.

Hingga ketika Valerie membuat pergerakan, wanita itu membuka matanya dan terkejut saat melihat Noah sudah ada di depan matanya.

"Noah?"

"Ya, ini aku. Kenapa tidur di luar?"

"Aku menunggumu," jawab Valerie malu malu.

"Apa ingin membahas masalah pernikahan?"

"Iya masalah itu. Tadi aku bertemu dengan Ruth dan Damian di kafe. Mereka mengundangku ke pesta pertunangan mereka."

"Tidak perlu datang ke sana," kata Noah.

"Tapi..."

"Menurutku itu yang terbaik. Kalau kamu datang ke sana, kita tidak pernah tahu apa yang sudah direncanakan oleh Ruth dan Damian.

"Lalu soal pernikahan kita, aku akan mengurusnya besok." Noah lalu meninggalkan Valerie yang masih setengah sadar dengan apa yang dikatakan oleh Noah.

"Dia seperti bukan Noah yang aku kenal," gumam Valerie. " Dia sedikit lebih keren sekarang, apa karena cara bicaranya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Love Bodyguard   156

    Ponsel Kevin berdering, Julian mengambil ponselnya dari saku celana milik Kevin."... Ya?""Ini ponsel milik Kevin, kan?" tanya seorang perempuan di ujung telepon."Ya benar, tapi pemilik ponselnya pingsan. Kamu bisa menjemputnya ke sini karena aku tidak mau mengantarnya," kata Julian."Di mana dia? Beri aku alamatnya sekarang."Setelah meminta izin pada Emily, akhirnya Julian memberikan alamat tersebut kepada Karina."Sepertinya yang menelpon adalah kekasihnya," kata Julian usai menutup teleponnya."Biarkan saja dia begitu, kamu mau minum?" tanya Emily. "Oh ya, aku akan mengobati lukamu dulu."Emily membawa Julian masuk ke dalam.Sejak dia putus dengan Kevin, Emily tidak pernah membawa lelaki masuk ke apartemennya. Dan baru kali ini dia mengizinkan pria yang baru dia kenal untuk masuk ke sana.Emily pikir karena Julian adalah sepupu Noah, maka dari itu dia mengizinkannya untuk masuk.

  • I Love Bodyguard   Story 155

    Valerie mengajak Emily untuk makan malam di sebuah restoran mewah dengan pencahayaan lembut dan dekorasi yang elegan. Karena Emily adalah teman Noah, jadi tidak ada salahnya jika dia ingin membangun hubungan yang baik dengan Emily. Apalagi profesinya yang sangat berhubungan dengan pekerjaan Valerie."Maafkan aku, tapi dia memaksa untuk ikut," kata Noah menunjuk Julian dengan matanya."Tak apa-apa, lebih ramai lebih baik, kan?"Mereka berempat pun duduk di sebuah meja bulat yang sudah dipesan oleh Valerie sebelumnya.Julian yang berkarakter mudah akrab dengan orang baru pun tidak kesulitan ketika memulai obrolannya dengan Valerie."Untuk keberhasilan peragaan busana malam ini. Terima kasih karena telah bekerja keras," kata Valerie pada Emily.Emily tersenyum. "Aku hanya melakukan pekerjaanku, dan terima kasih sudah mempercayakannya kepadaku."Mereka berempat pun mulai mengobrol membicarakan masalah pekerjaan dan kehidupan

  • I Love Bodyguard   Story 154

    Valerie duduk di meja kerjanya, ia melihat-lihat desain terbaru untuk pertunjukkan busana yang akan datang.Pintu dibuka oleh sekertarisnya kemudian muncul seorang wanita tinggi yang cantik. Emily masuk dengan senyum yang menawan.Valerie menyambutnya dengan senyum yang ramah. Emily adalah model yang dikenalkan Noah kepadanya. Dia mengatakan bahwa Emily adalah seorang model yang berbakat dan profesional."Selamat datang, saya sangat senang karena Anda bisa bergabung dengan kami untuk pertunjukkan busana ini," kata Valerie.Emily tersenyum. "Mana mungkin saya bisa menolaknya ketika Valerie langsung yang memintanya," Emily terkekeh." Dia jarang meminta bantuan, jadi saya sangat senang bisa membantunya."Valerie menjabat tangan Emily. "Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih." Apalagi saat melihat potongan video Emily ketika berada di atas panggung catwalk, dia langsung tertarik pada model tersebut saat pertama kali melihatnya.

  • I Love Bodyguard   Story 153

    "Julian!" teriak Isadora sangat senang saat melihat bayangan sepupunya itu muncul di ambang pintu rumahnya.Dia menghampiri Julian kemudian memeluk lelaki itu."Sekarang kenapa kamu agak berbeda?" tanya Isadora, dia memindai wajah Julian dengan serius."Kenapa? Apa aku bertambah tampan?"Isadora memukul lengan Julian, lelaki itu hanya meringis. Sepupunya itu mencari keberadaan Maxim, tapi siang itu suami Isadora tentu saja sedang bekerja tidak seperti dirinya. Yang keluyuran tidak jelas seperti sekarang."Tiga pria bodoh akhirnya dapat berkumpul lagi," kata Isadora dia mempersilakan Julian masuk."Siapa maksudmu? Havier, Maxim dan Noah?"Isadora mendecakkan lidahnya. "Anakku, jangan sampai kamu mirip dengan pamanmu ini ya. Mama tidak mau kamu mirip dengannya," kata Isadora sambil mengusap perutnya."Kamu tidak ingin punya anak?" tanya Isadora.Julian yang sedang mengambil apel tanpa sengaja menjatuhkan

  • I Love Bodyguard   Story 152

    Noah duduk dengan tidak tenang setelah dia menyuruh River untuk mengobati lukanya.Ada rasa bersalah yang mendalam saat dia tahu bahwa asisten pribadinya itu hampir terbunuh karena perintahnya.Hidup Zack di masa lalu sudah terlalu berat, dan kini dia harus bertemu dengan dirinya yang selalu memberikan tugas berbahaya kepada asistennya tersebut.Suara langkah mendekat, Noah melihat River berjalan ke arahnya."Bagaimana dengan keadaanmu." Noah mendongak, matanya tak bisa berbohong. Dia akan merasa bersalah jika terjadi apa-apa pada Zack."Saya baik-baik saja, Tuan."Hening."Apa ada hal yang menganggu pikiran Anda, Tuan?" River merasa jika Noah sedang memikirkan sesuatu.Noah mengangguk pelan."Aku ingin melepaskan Zack," kata Noah. River terkejut mendengar Noah berkata seperti itu."Apa karena Zack tidak melakukan tugasnya dengan baik? Itu murni bukan kesalahannya, Tuan. Kerjasama kami tidak...

  • I Love Bodyguard   Story 151

    PLAK!Irena menampar wajah Noah. Sontak lelaki itu memandang tajam wajah Irena."Jika bukan karena Felix, aku pasti sangat menderita waktu itu. Aku hamil anak Havier. Aku masih muda saat itu. Aku bisa apa saat ada seseorang yang memberikanku bantuan, meski dia meminta imbalan. Dia mengajakku bekerjasama untuk membalas perbuatan kalian.""Padahal kamu menyukainya, kan? Jangan menyalahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri. Kalau saja kamu tidak menggoda Havier, kalau kamu tidak membuat nenekku marah, kamu tidak akan diusir dari rumah itu."Noah melewati Irena begitu saja.Sementara itu perasaan Irena bercampuraduk. Dia khawatir, takut dan juga merasa bersalah karena sudah melakukan hal itu di masa lalu."Tolong kembalikan Theo kepadaku, Noah. Aku sudah melakukan kesalahan karena sudah menyia-nyiakan anakku dengan Havier. Dan sekarang, aku ingin menebusnya.""Kamu bisa menebusnya di penjara nanti." Pintu pun ditutup. Hati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status