Share

Story 5

Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.

Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.

Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?

Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.

Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.

Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.

Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak gegabah.

Lagi pula ia memiliki latar belakang yang tidak layak disandingkan dengan gadis itu. Bima tahu diri.

Setelah menutup pintu mobil, Bima mengitari depan mobil dan masuk ke balik kemudi. Tanpa memperdulikan wajah merengut gadis di sampingnya itu lagi, lelaki itu melajukan mobil dengan stabil.

Suasana hening yang tercipta di dalam mobil membuat Clara semakin kesal. Pasalnya, Bima tidak ada peduli peduli nya dengan sikap Clara yang sedang kesal.

Ia melirik pria dengan rahang tegas di sampingnya itu. Dan semakin kesal saat melihat Bima dengan tenang tetap fokus ke depan. Sama sekali tidak terganggu dengan sikap Clara.

"Kak Bima!" panggil Clara begitu mobil mereka berhenti di lampu merah.

Di luar sana cuaca panas siang itu membuat orang-orang mudah tersulut emosi.

Sama panasnya dengan suasana hati Clara saat ini!

Bima yang dipanggil dengan nada kesal itu hanya menoleh dengan santai. Wajahnya tetap tenang seperti biasanya. Bahkan tidak ada ekspresi sama sekali.

"Gila ya! Terbuat dari apa sih hati lelaki ini!" gerutu Clara di dalam hati.

Tanpa memberikan aba-aba apa pun lagi. Clara segera memajukan tubuhnya dan menarik kerah jas hitam Bima mendekat padanya.

CUP!

Ia menempelkan bibirnya ke bibir Bima tanpa pikir panjang lagi.

Clara melumat bibir lelaki itu dengan berani. Atau lebih tepatnya ia nekat memberanikan diri.

"Bodo amat!" pikir gadis itu sambil memejamkan matanya dengan erat.

Gila memang. Ini adalah ciuman pertamanya, dan ia pula yang menyosor duluan. Mungkin Bima akan menganggapnya agresif atau apa pun lah itu. Clara tidak peduli.

Saat ini, yang ada di dalam benaknya hanyalah membuat lelaki di sampingnya itu menyadari perasaan Clara padanya.

Setelah semua yang selama ini Clara tunjukkan, tidak mungkinkan Bima tidak menyadari perasaan gadis itu padanya?

Jantung Clara berdetak dengan cepat. Telapak tangannya berkeringat dingin. Namun, ia sudah kepalang tanggung.

Digerakkan bibirnya yang masih kaku itu secara perlahan. Bima tidak menolak. Namun lelaki itu juga sama sekali tidak meresponnya. Kenyataan itu membuat Clara semakin malu dan marah yang bercampur aduk.

Gadis itu membuka sedikit bibirnya, lalu menghisap bibir atas dan bawah Bima secara bergantian. Ia bahkan semakin berani menggunakan lidahnya untuk menjilati bibir lelaki itu.

Bibir Bima kaku. Masih menutup dengan keras. Hingga rasanya Clara akan menangis karena rasa kesal dan malu. Sepertinya Bima memang sama sekali tidak tertarik padanya.

Ia baru saja hendak menarik tubuhnya kembali. Merasa apa yang sudah dengan lancang ia lakukan itu tidak mungkin diteruskan lagi sebelum dirinya mempermalukan diri sendiri semakin parah.

Namun, tiba-tiba Bina meraih pinggang ramping itu dan menyentak tubuh Clara ke arah nya. Memeluknya dengan erat, hingga Clara mengeluarkan pekikan kecil karena rasa terkejutnya.

Ya Tuhan!

Hampir saja jantungnya copot. Namun, tidak sempat memikirkan apa yang baru saja terjadi, pikiran Clara kembali terfokus pada bibir Bima yang kini malah balik menyerang bibirnya.

Darah gadis itu seketika berdesir hebat. Mengalir kencang seperti air bah untuk memenuhi kepalanya.

Ia merasakan lidah Bima yang mulai menyelinap masuk ke dalam rongga mulutnya. Meliuk dengan liat di lidah Clara yang sama sekali tidak berpengalaman.

Lengan lelaki itu pun semakin erat memeluk tubuhnya. Dada mereka saling berhadapan dan melekat erat saat ini. Hingga membuat Clara terasa sedikit sesak.

Sejurus kemudian, ternyata Bima tidak berhenti di sana. Salah satu tangannya mulai melancarkan gerilya nakal dan panas. Mulai menggerayangi tubuh Clara. Menyentuh dadanya yang bulat dan penuh, lalu meremasnya dengan gemas.

Tangan itu turun semakin ke bawah. Menyusuri sisi pinggir tubuhnya dengan halus, berhenti sejenak di pinggangnya yang ramping untuk memberikan elusan melingkar, lalu melanjutkan perjalanannya semakin kebawah menuju bokong.

Tangan Bima yang besar melingkupi buntalan bulat dan kenyal itu. Lalu meremasnya dengan gemas.

"Ah..." lenguhan itu lolos dari bibir Clara yang kini bengkak akibat ciuman panas Bima. Lelaki itu mengangkat wajahnya dan menatap Clara dengan pandangan dipenuhi kabut gairah dan amarah yang bercampur padu.

"Apa ini yang kau inginkan, Nona?" geram lelaki itu di atas bibir Clara.

Mata gadis itu terbelalak lebar dengan rasa terkejut. Lalu cairan bening seketika menggenang di sana. Ia tidak menyangka apa yang dilakukan Bima padanya barusan tidak berarti apa-apa bagi lelaki itu.

Suara Bima dingin dan sinis. Lelaki itu seakan menamparnya kuat dengan kata-kata yang seakan merendahkan dirinya itu. Dada Clara terasa nyeri dengan remasan keras tidak kasat mata.

Clara tidak menjawab. Ia tidak mampu. Satu kata saja lolos dari bibirnya, gadis itu tahu dirinya akan menangis.

Clara memeluk dirinya sendiri dengan erat, lalu membuang muka ke luar jendela. Di luar sana, kemacetan sedang terjadi. Membuat para pedagang berkesempatan menjajakan minuman-minuman dingin pelepas dahaga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status