"Ren? Lo serius gak sih apa yang lo omongin kemarin?" tanya Clara setelah guru mata pelajaran terakhir pada hari itu keluar kelas.
Bel pulang baru saja berbunyi. Dan keadaan kelas sedang gaduh melebihi pasar ikan. Semua siswa ribut karena buru-buru ingin keluar kelas."Yang mana?" tanya Renata pura-pura cuek sambil terus membereskan buku-bukunya."Yang lo bilang kak Reno 'belahin' punya lo." bisik Clara sambil melirik ke sekitar. Takut ada yang mendengar.Renata melirik Clara sekilas. Wajahnya tertegun sesaat. Lalu sedetik kemudian menggelakkan tawanya."Ih serius deh gue. Malah ketawa sih? Beneran nggak?" desak Clara masih dengan wajah seriusnya.Kemarin juga Renata langsung keluar dari kolam renang tanpa memberikan Clara jawaban yang jelas.Tapi, kak Reno itu sudah lama sekali tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun.Kalau yang suka sama dia sih banyak. Secara ya kakaknya itu kan double 'pan'. Tampan dan mapan. Siapa juga coba yang nggak mau.Renata aja bisa suka. Padahal umur mereka terpaut jauh."Iihhhh, serius banget sih neeeng naggapinnyaaa." kelakar gadis itu. Tapi wajah Clara masih serius menunggu jawaban yang pasti."Nggaaak." kata Renata akhirnya dengan wajah yang lebih serius. "Gue asal nge spik doang! Asal cuap. Harapannya sih gitu, apa daya diri tak mampu." lanjutnya dengan wajah yang dibuat-buat sedih ala sinetron ibu-ibu.Clara menghela napasnya kuat. Dari semalam ia kepikiran karena Renata jadi banyak diam setelah di kolam renang itu. Ia bahkan langsung pulang setelahnya.Aneh kan?Wajarlah kalau Clara jadi mikir macam-macam.Bukannya tidak setuju kalau ternyata kak Reno memiliki hubungan lebih jauh dan serius dengan sahabatnya itu. Tetapi kalau memang hubungannya sudah seperti pasangan dewasa, tetap saja Clara merasa was-was.Setelah membereskan semua buku-buku, dan kelas keadaan di luar kelas pun mulai terlihat sepi, keduanya keluar dengan santai.Mereka memang sengaja menunggu keadaan menjadi lebih sepi. Malas berdesak desakan saat pulang sekolah."Lo dijemput gak?" tanya Renata pada Clara. Yang dijawab dengan anggukan oleh gadis itu."Sama Bima?" tanyanya lagi."Yoi dong. Sama ayang terus gue sekarang." Clara terkikik senang."Dih. Males banget. Kaya doi nganggap lu ayank aja. Gak peduli juga dia.""Diiih, sirik aja. Walau pun gitu kan yang penting bisa mandangin wajahnya terus. Gitu aja udah bahagia banget gue." kata Clara sambil cengengesan."Lebaaayyy." balas Renata kesal. Sedikit iri juga iya.Saat mereka saling mengejek seperti itu, tiba-tiba saja dari arah belakang, seorang lelaki memanggil Clara dari kejauhan."Clara..."Reflek keduanya menoleh.Itu Revan. Si ketua OSIS yang sejak dulu mengejar-ngejar Clara. Walau gadis itu sudah menolak nya, ternyata Revan memang tidak mudah menyerah."Penggemar lo datang tuh." Renata menyikut lengan Clara sambil menunjuk ke arah pemuda yang berlari kecil ke arah mereka.Tepat saat tiba di depan Clara dan Renata, sang ketua OSIS terlihat sedikit ngos ngosan."Kamu mau pulang?" tanya pemuda itu seolah tidak punya pertanyaan lain."Iya dong. Van. Emangnya mau kemana lagi?" jawab Clara sambil memutar bola matanya."Eh, iya... Maksud aku, kita mau adakan rapat OSIS, untuk acara wisuda nanti. Kamu kan ketua mading." Revan mengingatkan."Ya, ampun. Aku beneran lupa. Eh, tapi hari ini aku nggak bisa ikut rapat. Gimana dong?" sahut Clara dengan wajah memelas."Lho memangnya kenapa?""Gue ada acara keluarga. Bokap nyokap udah nungguin di rumah." kata Clara berbohong.Tidak ada acara keluarga. Orang tuanya pun masih di luar negeri. Sedang sibuk mengembangkan bisnis keluarga mereka.Tapi Clara sedang tidak mood ikut rapat. Mending juga sama Bima terus. Seharian sekolah membuat gadis itu rindu pada sang pujaan. Seakan sudah sangat lama tidak bertemu."Gitu ya?" kata Revan dengan wajah kecewa. "Ya udah deh. Nanti aku rangkum aja hasil rapat untuk kamu ." lanjutnya."Thanks ya, Van. Dari dulu kamu emang baik banget sama aku." ucap Clara yang membuat hati Revan kembali berbunga-bunga."Ya, udah. Kami balik duluan ya, Van." Renata ikut menimpali sambil melambaikan tangan, lalu menarik Clara segera pergi dari sana."Emang Lo lagi ada acara keluarga hari ini?" tanya Renata berbisik."Hehehe, ya nggak lah. Bonyok gue aja masih di luar negeri." gadis itu cengengesan."Diiih, bisa banget lo nipu. Kaya benar aja pas ngomong sama Revan.""Lagi males gue. Mending juga berduaan sama ayank. Kali aja dia tiba-tiba luluh. Hihihihi." sahut Clara santai sambil melambai riang ke arah Bima yang sudah menunggunya di samping mobil di area parkiran."Mimpiiii aja terus.""Mimpi indah booo.""Plus mimpi basah nggak?" goda Renata dengan cengiran nakal di wajahnya."Diiih, dasar konslet otak lo. Mesum mulu. Hahahahah..." sahut Clara sambil menggelakkan tawa. Dari dulu Renata memang begitu. Bahasannya suka menyerempet-nyerempet. Hobby baca novel dewasa, sih. Ya begitu jadinya!Tapi, yang membuat Clara salut, gadis itu tidak pernah pacaran sama sekali. Ngeri katanya.Banyak baca novel membuat Renata jadi tahu banyak hal tentang pikiran pria. Takut dianya kebablasan. Tidak kuat godaan kalau sampai pacaran.Hanya saja, soal pakaian sih jangan tanya seksinya Renata. Hobby banget pakai pakaian terbuka. Bentuk rasa bangganya pada tubuh katanya.Aneh memang jalan pikirannya.Mereka berhenti di depan mobil, Bima terlihat sedang menerima telepon sambil melirik ke arah mereka sekilas."Aku, Rin. Thanks ya. Nanti aku telepon kamu lagi. Bye." Lalu lelaki itu pun memutuskan sambungan.Rin? Rin siapa? Seperti nama perempuan, bukan?Tiba-tiba saja Clara merasa dadanya menjadi panas. Pikiran pikiran negatif mulai menyerang. Wajahnya langsung saja berubah menjadi cemberut."Ya udah, gue ke sana ya." suara Renata yang menyelutuk seketika menghentakkan Clara dari lamunannya. Sahabatnya itu pun melambai dan langsung melangkah ke arah mobilnya sendiri. Supirnya juga sudah menjemput.Alhasil, tinggal lah Clara dan Arya saja berdua hari ini.Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak
Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]
Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila."Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.
Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang
Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga
"Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan
Well, sebenarnya gerakan gadis itu bukannya sama sekali tidak mengganggu. Gangguan itu datang dengan cara yang berbeda.Kaki yang menendang dan tangan yang memukul membuat dress sebatas lutut itu dengan mudah berayun-ayun. Kembali menggoda iman Bima.Apalagi bagian roknya mengembang di bawah.Dan sialnya Clara tidak mengenakan legging pendek di dalamnya.Mengingat gadis itu keluar dengan seorang menunda dengan pakaian demikian membuat darah Bima kembali mendidik. Dipukulnya bokong Clara yang bulat dan sintal itu dengan gemas."Diam lah!" geram Bima yang semakin kesulitan berkonsentrasi karena paha putih dan mulus gadis itu berada begitu dekat dengan wajahnya.Shit!Bagaimana pun juga, Bima adalah seorang lelaki normal. Bagian tubuhnya yang menjadi identitas kelelakian di bawah sana sudah bereaksi sebagaimana mestinya. Menggeliat dengan penuh semangat. Hingga berdiri tegak. Menuntut hak nya untuk berjumpa dengan pasangann