Share

2 sisi

Ferdi menahan senyum saat pesan Muffin masuk ke handphonenya. Alamat kengkap ditambah penjelasan rinci memenuhi pesan itu. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah ini terlalu cepat. Dalam hati juga dia berkata, tidak apa-apa. Tidak apa-apa, jalani saja.

Nanti saya tunggu di lobby mall sj

Pesan itu terkirim diiringi senyum jail. Sebenarnya itu ada baiknya juga mengingat akan sangat mencook sekali jika langsung menjemput kekosan Muffin. Jika ada orang yang mengenali mobilnya, tentu saja itu akan menimbulkan masalah besar.

Handphonenya kembali bergetar panjang pertanda panggilan masuk. Nomor tidak di kenal tertulis di layar.

“Halo?”

“Pak, masa saya kesana sendiri”

“Muffin?”

“Saya ga mau, bapak jemput saya aja. Jauh soalnya”

“Ini Muffin?”

“Iya, pak. Ini nomor saya yang lain. Nomor yang biasa dipakai ga ada pulsanya. Jadinya pake yang ini”

“Dasar kamu. Saya kira siapa. Nomor saya yang ini jangan kamu kasih tahu sama siapa pun. Karna ini nomor pribadi saya”

“Emang kenapa kalau saya k
Mayht

Lama kelamaan mataku sudah mulai berat. Sebelum memutuskan tidur tanpa mandi dan berganti pakaian lagi, aku mengubah ke mode senyap agar tidurku tidak terganggu oelh deringan-deringan itu lagi. Di kolam pancur taman kota aku sudah memilih untuk mendoakan kebahagiaan mereka berdua. Ya, biarlah itu terjadi. Biarkan aku disini menangisi cinta pertama ini. Menangisi seseorang yang tidak bisa kugapai.

| Like
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status