Dia mengacak-acak poniku lalu membalikkan badan lagi dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya meninggalkanku di tengah-tengah lautan mobil yang terparkir rapi. Aku menyentuh dadaku dan disana mereka sedang berteriak-teriak kacau, menari-nari tidak terkendali. Ada angin puting beliung memporakporandakan segala-galanya yang ada disana. Di dalam dadaku.
Selamat Kepada Para Pemenang Lomba Desain Kafetaria Fakultas Ekonomi Berikut nama-nama para pemenang : Harira Nasyifa Gunawan – Tema : Carnaval Adel Prapto – Tema : Rock n Boo Dana Albert Kyle – INTFJ Ketiga pemenang akan di berikan hadiah masing-masing : Juara pertama : Rp. 5.000.000 + sertifikat Juara kedua : Rp. 3.000.000 + sertifikat Juara ketiga : Rp. 1.000.000 + sertifikat Acara ini di dukung oleh Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik Arsitektur Rafael Agreeman merobek selebaran yang di pajang di majalah dinding fakultas Teknik Arsitektur. Dia tidak terima atas hasil pengumuan tersebut. Dia berlari kencang menuju ruangan dosen. “Pak, saya tidak terima hasil pengumuman lomba ini” ucapnya tegas dan marah pada seorang pria yang tengah membaca selebaran yang sama dengan yang dia bawa. “Duduk, Rafael” ucapnya santai. “Ini karya saya,pak. Saya membuat ini untuk mengikuti lomba desain sekolah dasar yang bapak sebutkan kemarin. Kenapa malah ada di lomba ini dan atas nama H
Seandainya hari bisa di perlambat sesuka hati, aku ingin sekali melakukan itu. Bahagianya hari ini tidak bisa di gantikan oleh apapun. Meski aku harus selalu berusaha meredam diri untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan atas semua tingkah manis yang dilakukan oleh pak Ferdian. Sejauh ini aku masih bisa menahan keinginan untuk bertanya, apakah dia juga memiliki hal spesial di hatinya untukku sebagaimana hatiku memiliki untuknya. Itu terlalu cepat...itu terlalu cepat. Selalu kata-kata itu yang kupegang agar aku tidak lepas kendali. Tadi saat kami kembali melanjutkan mencari pakaian, dia jadi lebih pendiam dan sesekali menekan-nekan hidung. Aku merasa bersalah untuk itu, tapi sedikit senang juga karena dia beruba menjadi lebih penurut dari sebelumnya. Aku bergerak lebih aktif darinya mencari-cari pakaian yang sesuai dan dia selalu menurut setiap kali kutempelkan baju atau celana di tubuhnya. Dia seperti anak kecil yang sedang di ajak ibunya membeli pakaian. Sesekali aku iseng mem
Sungguh dia sangat mempesona. Aku memang belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Baru kali ini, tapi hatiku yakin ini cinta. Dia pria itu. Pria yang menjadi cinta pertamaku. Dengan kaos hitam polos yang kemarin kami beli, lebih tepatnya dia memaksa untuk membeli, dipadukan dengan jeans coklat, jaket jeans biru gelap dan sneaker, aliran darahku mengalir lebih cepat bermuara membentuk getaran-getaran aneh semakin nyata di dalam jantung. Gaya pakaiannya sungguh adalah gaya yang kusukai. Sangat-sangat. Casual dan simple. Seperti gaya berpakaianku juga. Oh iya, lupa, kemarin kami juga membeli sepatu sneaker. Meski tidak couple tapi lumayanlah, beli dua dapat diskon 50%. Tadinya aku hanya ingin melihat-lihat saja. Jujur sejujur-jujurnya, hanya ingin melihat sepatu itu saja, tidak bermaksud membeli. Tulisan diskonnya sangat besar hingga menarik perhatianku. Bulan depan saat orangtuaku mengirimkan uang, aku baru berniat membeli. Tidak disangka dia langsung menanyakan pada mbak-mbak SPG apakah ad
Muncul-muncul malah bikin pengumuman. Hadehh.... Maaf ya guys...novelini aku rehatkan sejenak dulu. Ada urusan pekerjaan wkwkwkwk Kalian tahu kan, aku tuh saaaaaayng bgt sama pembaca-pembacaku siapapun dan berapapun jumlahnya. Love youu guyssss...... Mmuachhh Tunggu aku yaaaa.... Salam cipok!!! Wkwkwkwk hmmm..nulis apa lagiyaa soalnya belum sampai 100 kata. Duh..... apa yaaa.... Hmm.... Dahlah.... Jadi guys, aku tuh lagi di wisma atlet, kena covid guys. Akhirnya dari 3 tahun sudah berjalan, saya pun tumbang di corona sesion omicron ini, walaupun belum jelas apakah saya kena omicron atau engga karna hasilnya tes omicronnya belum keluar. Di wisma atlet inilah saya ingin merenungkan diri dulu. Apakah saya ini sebenanrnya adalah saya? ataukah sebenarnya selama ini saya adalah calon istri Nicholas Saputra? *BTWsaya ngefans bgt sama Nicsap mhehehe.... jadi ga papalah ya ha
Lampu-lampu jalan menyambut. Pohon-pohon yang diterangi lampu jalan menambah kesan romantis. Simple sekali tapi aku bisa merasakan malam ini adalah malam indah. Aku bertemu dengan sahabat-sahabatnya, makan bersama, tahu detil-detil tentangnya. Tahu ternyata dia sangat mengidolakan dan segan pada mas Ian seniornya yang membimbing serta mengarahkannya ke kampus itu. Mas Ian juga adalah senior yang dia ceritakan di telepon tempo hari. Mas Ian tampaknya tahu sekali semua tentang pak Ferdian. Lebih tahu dari bu Nilam dan Miss Grace yang kadang masih suka ikut terkejut ketika mas Ian membongkar kebiasan-kebiasaan jelek dan sepele pak Ferdian. “Tadi Mas Ian ngomong apa sama kamu pake harus berdua segala ke dapur” tanyanya begitu kami keluar dari pagar bu Nilam. “Nggak ngomong apa-apa, pak. Kita kan emang kebagian nyuci piring berdua. Bukan sengaja berdua. Jadi, ya,ngobrol biasa aja” “Tapi kamu jadi kaya pendiam gitu setelah nyuci piring. Tadi itu harusnya saya sama kamu yang kebagian nyuci
“Begini, Muffin. Saya bukannya bermaksud untuk mengganggu hubungan kalian..” ucap mas Ian setelah mejelaskan titik-titik utama kisah perceraian pak Ferdi dan Miss Grace. Harusnya aku mendengar ini dari pak Ferdi langsung hari ini tapi mas Ian berinisiatif menjelaskan dahulu agar bisa memeriku referensi untuk bisa melihat semua ini dengan jelas, itu katanya. “Hubungan? Hubungan apa dan siapa yang mas maksud?” tanyaku sedikit tertawa. Aku tahu apa yang dia maksud tapi bukankah ini terlalu cepat bila di sebut hubungan? tanganku berkutat nyaman menggosok piring tempat ikan bakar yang disodorkan bu Nilam tadi. Mas Ian juga asyik menyusun-nyusun peralatan makan di atas rak pengering piring. “Kamu sama si anak kecil itu” Keningku berkerut. “Gilang. Pak Ferdianmu itu” “Kami nggak ada hubunga...” “Ya, entah ada atau tidak. Yang penting saya tidak bermaksud untuk menganggu apapun itu yang sedang kalian jalani. Yang pasti, kamu masih terlalu muda untuk masuk ke dalam hubungan apapun itu yan
Aku sedang berada di sebuah kafe di Yogyakarta. Namanya Taru Martani. Kafe ini sangat manis suasananya. Ramai tapi tidak lalu-lalang. Berjarak dan sendu. Ariana yang merekomendasikan kafe ini setelah sebuah video live music kafe ini lewat di beranda Youtubenya saat kami sedang menunggu boarding pass di bandara Soekarno Hatta. Segera setelah meletakkan barang di guest house tempat kami menginap di daerah dekat dengan Malioboro, kami langsung ke sini. Ramai dan ikoniknya jalan Malioboro menarik perhatian kami tapi aku yang kembali menunjukkan tanda-tanda patah hati sejak di dalam mobil taksi online di Bandara International Yogyakarta, sedang tidak ingin berada di tengah-tengah keramaian lalu lalang. Sekelebat bayangan ketika aku dan pak Ferdian berdebat di mobilnya malam itu muncul begitu aku duduk di kursi penumpang. Kuperthatikan Ariana yang asyik berkutat dengan layar handphone dan aku pun memilih diam sepanjang perjalanan memandang keluar jendela mobil.Tadi pagi-pagi sekali, satu ha
Di kelilingi gemerlap cahaya lampu-lampu di Taman Lampion Jogja, kami berdua berjalan pelan, dalam diam, menikmati pikiran kami masing-masing. Kami hendak pulang setelah puas seharian memburu bayak tempat-tempat kuliner dan oleh-oleh di Jogja. Ini hari terakhir kami di Jogja. Sudah seminggu berlalu dan sudah banyak sekali tempat-tempat wisata kami kunjungi, seperti Taman Pintar, Malioboro, Taman Sari, Tugu Jogja, Monumen Jogja Kembali, Pantai Glagah, Kaliurang, Candi Ijo, Candi Borobudur, Kraton Yogyakarta, Alun-alun Yogya dan lain-lain. Masih ada beberapa lagi. Aku sudah tidak ingat. Galeri handphoneku, handphonenya dan kartu memori kamera Mr. Brewok mungkin sudah penuh dengan foto-foto kami di sana. Aku meresapi denyut jantungku di tengah-tengah angin dingin malam berbalut jaket jeans hitam Mr. Brewok. Aku bertanya pada diriku sendiri saat dia menutupi tubuhku dari angin malam dengan jaketnya, inikah hal romantis yang ada di novel-novel, film atau sinetron-sinetron? Inikah rasanya a