Amanda masih terlelap akibat obat tidur yang diberikan oleh dokter. Saat ini dirinya dan Kairo telah berada di sebuah penthouse di Distrik Sarayat El Maadi, daerah prestisius di kota Cairo dimana banyak ekspatriat yang berasal dari manca negara berdomisili di sana. Lokasinya pun ditata dengan apik, asri dan indah, dengan pohon-pohon rindang penuh bunga berwarna-warni serta rumput hijau terbentang sepanjang mata memandang, membuat cuaca kota Cairo yang panas dan kering menjadi terasa sejuk dipandang mata.Kairo mengecup sekilas bibir lembut Amanda, lalu merapikan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dagu. Lelaki itu pun beranjak dari ranjang mewah berukuran king size dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan bidadari yang sedang dibuai mimpi itu.Sesaat setelah ia menutup pintu master bedroom, ekspresi teduhnya saat tadi memandangi Amanda pun telah berubah menjadi dingin dan datar.Ia berjalan dengan langkah pasti menuju ruang kerja tak jauh dari master bedroom. Diman
"Aaahhh!!" Amanda memegang kepalanya sambil mengernyit. Ia sedang berakting pura-pura pusing saat sedang berjalan menyusuri koridor pesawat, lalu dengan dramatis menjatuhkan tubuh indahnya di pangkuan seorang lelaki, yang duduk dua baris di belakangnya. Lelaki yang juga menjadi 'Sang Target' baginya. "Ah... ma-maafkan aku..." manik hijau zamrud itu pun mengerjap-kerjap, terlihat sungguh polos dan mempesona. Satu tangannya dibuat tanpa sengaja bertengger dengan manja di dada lelaki itu, sementara tangannya satu lagi bergerak dengan cepat menyusup ke dalam saku jas sang target. Dapat!! Amanda bersorak dalam hati ketika menemukan barang yang ia cari. Lalu seperti terburu-buru, ia pun berdiri dengan wajah yang dibuat merona, dan tak lupa juga membungkukkan tubuhnya dengan gestur meminta maaf. What a perfect acting! "Maafkan saya... saya tidak sengaja jatuh di tubuh Anda..." ucapnya dalam Bahasa Inggris dengan raut menyesal. Penerbangan ini adalah penerbangan Internasiona
Mungkin karena masih shock, hanya beberapa detik kemudian Amanda pun pingsan.Ia bahkan sama sekali tidak sadar ketika Kairo mengangkat tubuhnya dari lantai dan membawanya keluar dari gudang tempat Enzio menyekap Amanda."Siapkan mobil!" Perintah lelaki bersurai legam itu kepada pria muda yang berdiri menunggunya di depan pintu gudang. Pria itu mengangguk hormat, lalu sekilas melirik penuh rasa ingin tahu kepada wanita yang berada di dalam dekapan Tuannya.Kairo membungkukkan badannya saat memasuki mobil Rolls Royce. Ia memasukkan tubuh Amanda perlahan untuk didudukkan di kursi bagian belakang. Lalu dengan setengah tubuh yang masih berada di luar mobil, ia menatap lelaki muda yang berada di bagian kemudi depan."Sam, apa barang-barang Amanda sudah dibawa semua?" Sam mengangguk kecil. "Sudah, Tuan. Koper Nona Amanda sudah aman di bagasi," sahutnya.“Bagus,” tukas Kairo puas, lalu ia pun ikut masuk ke dalam mobil untuk duduk di samping Amanda.Maniknya lekat menatap wajah cantik yang
Max menggigit sandwich daging asapnya sambil menatap lekat layar laptop di depannya. Ia sedang serius memeriksa flash disc yang berhasil diambil Amanda dari Enzio Morelli, dan mengirim seluruh isinya ke dalam e-mail. Max menghela napas lelah, namun tidak berhenti mengunyah sandwich yang dibuatkan Amanda untuknya. Bukti kuat untuk menjerat Enzio sudah ia pegang sekarang, meskipun Max sudah kehilangan jejak Dokter psikopat itu.Seluruh anak buahnya sudah dikerahkan untuk mencari Enzio Morelli. Namun Dokter gila itu hilang tanpa jejak seperti lenyap ditelan bumi. Mungkin ia sedang bersembunyi, sejak menyadari kalau flash disc yang berisi rekam jejak kejahatannya berupa pembunuhan serta data perdagangan organ tubuh ilegal telah menghilang. Well, Max sebenanarnya tidak terlalu cemas dengan menghilangnya penjahat itu. Toh, orang-orangnya yang bekerja di bawah organisasi The Golden Badges adalah orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa, selama ini tak sulit bagi mereka untuk mene
Kairo menelisik perlahan penampilan Amanda dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan penuh kekaguman.Wanita itu sangat memukau dengan gaun merah menyala yang membuat kulit lembutnya yang keemasan terlihat semakin berkilau. Bagian atas gaun yang sangat ketat menyerupai bustier, memperlihatkan lengan yang ramping serta pundak yang indah. Kairo menatap tulang selangka di bawah leher Amanda yang menyembul dengan cantik, membayangkan keinginnya ia memberikan tanda kepemilikan di sana. Lalu pandangan lelaki itu pun turun hingga ke bagian dua aset Amanda yang terlihat sangat menggiurkan, bulat dan padat, membuat Kairo meneguk kasar salivanya. Aaarggh... Amanda membuat sekujur tubuhnya terasa panas dan gerah!Pandangan dari netra abu gelap itu semakin turun hingga ke perutnya yang datar dan pinggangnya yang sempit membuatnya mereka-reka sekecil apa pusarnya. 'Suatu saat aku akan melihat dan menjilatinya sampai puas,' batin Kairo sambil menyeringai.Tatapannya pu lalu berakhir di ba
Bab 5 : The Chase'Ini tidak bisa dibiarkan,' batin Max geram melihat Amanda yang sedang berdansa tango dengan seorang lelaki asing yang memakai topeng hijau tua.'Siapa lelaki itu? Kenapa Amanda memilih berdansa dengan orang asing dibandingkan denganku?Bukankah dia adalah pasanga kencanku malam ini?!'Max sendiri tidak merasa bahwa apa yang dilakukan Amanda sebenarnya tak jauh beda dengan apa yang dia lakukan dengan gadis pirang tadi.Tanpa berpikir panjang, Max pun mulai melangkahkan kakinya untuk menarik Amanda menjauh. Namun baru selangkah kakinya berjalan, terdengar suara ledakan keras yang membuat situasi kacau balau dan jeritan-jeritan sontak membahana di udara. Lalu tiba-tiba saja semua lampu yang menerangi ballroom besar itu pun seketika padam, membuat suasana menjadi gelap gulita tanpa cahaya. Ada asap tipis yang masuk dari luar rumah mewah itu melalui sela-sela ventilasi dan pintu, membuat suasana yang ada semakin mencekam. Max menarik senjata yang tersampir di sabuknya
"Kau bukanlah seorang pelukis atau bartender, bukan? Lalu siapa kau sebenarnya?!" Sentak Amanda dengan mata hijaunya yang beradu tatap dengan netra abu gelap Kairo. Tangannya yang menggenggam pisau bermata dua dengan sengaja menggores kulit leher lelaki itu, yang hanya beberapa senti dari urat nadinya.Kairo hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba saja suara rentetan peluru terdengar, dan desingnya yang terasa panas tertuju kepada mereka berdua. "Tiarap!" Seru Kairo sambil menarik Amanda dan menjatuhkan tubuh mereka di atas tanah. Tanpa berpikir panjang, Kairo pun refleks menempatkan dirinya di atas tubuh Amanda, menjadi tameng dari serbuan timah panas yang bisa melukai wanita itu.Amanda tersentak dan mengerjap-kerjapkan matanya, tak menyangka dengan perbuatan heroik lelaki itu yang lagi-lagi bertujuan untuk menyelamatkan dirinya.Di antara suara desing peluru, Amanda menelisik wajah tampan yang kini sedang berada di atasnya itu. Wajah tegang yang sedang menoleh waspada ke ar
"Pakai ini saja."Amanda menatap nanar pada sehelai kaos hitam besar dengan warna yang sudah pudar, dan celana jeans yang juga sama pudarnya.Demi apa, ia tidak mungkin menggunakan pakaian bekas dari seseorang! Meskipun Amanda bisa menghirup aroma pewangi yang segar dari kedua helai pakaian itu, dan meskipun lusuh tapi tampaknya cukup bersih.Apalagi ini adalah pakaian lelaki!Dia adalah seorang model, demi Tuhan! Yah, walaupun pekerjaan sampingannya satu lagi terkadang membuat Amanda jauh dari kata glamour karena harus menyamar tanpa mengenakan baju-baju yang fashionable, tapi paling tidak tak terlalu semengerikan mengenakan pakaian bekas lelaki entah siapa!Amanda meringis dan mengacungkan jempolnya kepada Kairo."Nope. Aku baik-baik saja, thanks. Aku tetap pakai bajuku ini saja," ucapnya dengan wajah masam.Kairo menaikkan satu alis lebatnya. "Kamu yakin? Setidaknya pakaian ini bersih, Amanda. Dan… tidak robek seperti bajumu," tukasnya sambil menunjuk bagian dada wanita itu yang s
Amanda masih terlelap akibat obat tidur yang diberikan oleh dokter. Saat ini dirinya dan Kairo telah berada di sebuah penthouse di Distrik Sarayat El Maadi, daerah prestisius di kota Cairo dimana banyak ekspatriat yang berasal dari manca negara berdomisili di sana. Lokasinya pun ditata dengan apik, asri dan indah, dengan pohon-pohon rindang penuh bunga berwarna-warni serta rumput hijau terbentang sepanjang mata memandang, membuat cuaca kota Cairo yang panas dan kering menjadi terasa sejuk dipandang mata.Kairo mengecup sekilas bibir lembut Amanda, lalu merapikan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dagu. Lelaki itu pun beranjak dari ranjang mewah berukuran king size dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan bidadari yang sedang dibuai mimpi itu.Sesaat setelah ia menutup pintu master bedroom, ekspresi teduhnya saat tadi memandangi Amanda pun telah berubah menjadi dingin dan datar.Ia berjalan dengan langkah pasti menuju ruang kerja tak jauh dari master bedroom. Diman
Suara ledakan yang berdentum dengan kuat sontak membuat tubuh Amanda terlempar sejauh dua meter ke belakang dan menabrak sebuah pohon, lalu terhempas ke atas tanah. "Amandaa!!" Sadhna menjerit kencang, lalu menghambur ke tempat Amanda berada. Wanita itu diam tak bergerak di bawah pohon, diselimuti serpihan-serpihan material tanah, daun dan ranting pohon. Tak jauh beberapa meter dari sana, Kairo pun mengalami hal yang sama. Efek ledakan ranjau darat membuatnya terpental jauh lalu terbanting ke tanah dengan posisi tertelungkup. Kepalanya terasa berkunang-kunang dan telinganya berdenging, namun lelaki itu masih sadar."A... man... da...," gumannya lirih di antara rasa perih seperti terbakar yang terasa di setiap inchi kulitnya.Dari kejauhan, ia bisa melihat kekasihnya yang diam tak bergerak dalam pelukan seorang wanita. Seketika jantung Kairo pun serasa diremas, ketika melihat wanita yang sedang memeluk Amanda itu menangis histeris memanggil-manggil nama kekasihnya. Apa yang terj
"Kenapa kamu menolongku?"Wanita India itu tersenyum kepada Amanda yang sedang duduk di ranjang berukuran king size. "Hai. Namaku Sadhna. Namamu Amanda, kan? Kamu itu terkenal sekali loh," sahutnya sambil terkekeh pelan. "Dan alasan aku membantumu... entahlah. Mungkin karena melihat keberanianmu menganiaya klien terbesar As-Shahwa, membuatku kagum dan hormat kepadamu," tukasnya dengan suaranya yang lembut.Amanda mendengus. "Aku tak peduli siapa pun dia. Si brengsek itu sudah menyentuhku! Aku tidak bisa berdiam diri dan pasrah saja menerimanya," cetusnya sambil mencebik."Apa kamu tak sadar jika dirimulah yang lebih dulu menggodanya?" Tanya Sadhna geli. "Kamu lupa, sebelumnya tampil di panggung dengan tarian seksi dan membuat Mr. Yamamoto melelangmu dengan harga fantastis? Mr. Alexei Ivanov-lah yang akhirnya memenangkan tiga malam denganmu seharga lima juta dollar!" Amanda pun membelalakkan mata mendengarnya. "A-apaa?? J-jadi aku menari di atas panggung dan... dan... di lelang??!
"AAARGHH!!" Dengan sekuat tenaga, Kairo membanting buaya sungai Nil sepanjang lebih dari dua meter itu dengan berat yang lebih dari tiga kali berat tubuhnya.Makhluk raksasa itu dengan cepat membalikkan tubuhnya yang sudah dipenuhi luka, akibat pertarungan sengit dengan manusia setangguh seekor singa di hadapannya.Napas lelaki itu bernapas berat dan terengah-engah, namun semangatnya tetap berkobar membara. Kairo berdiri dengan menumpukan kedua tangannya di lutut, saling beradu tatap dengan buaya ganas yang satu matanya terluka setelah serangannya tadi.Kedua makhluk berbeda spesies itu pun sama-sama terdiam, saling mengukur kemampuan dan memperkirakan teknik serangan kepada lawannya.Sementara itu, Nathan mendesis geram melihat bagaimana Kairo bisa mengalahkan salah satu hewan peliharannya dengan cukup mudah.Sebelumnya Nathan mengira kalau Zaid--nama si buaya sungai Nil itu--akan dengan mudah mencabik-cabik tubuh Kairo dalam satu kali serangan, mengingat lelaki itu hanya melawan d
Kairo, diikuti oleh Sam dan Dario, menjatuhkan hand gun di atas tanah, serta mengangkat kedua tangan mereka pertanda menyerah."Maju kalian!" Titah seorang lelaki bercambang lebat yang sepertinya pemimpin dari lelaki berseragam tentara Mesir itu. Perlahan, tiga orang lelaki itu pun berjalan mendekat masih dengan kedua tangan berada di belakang kepala. Tiga orang lelaki pun menghampiri mereka, lalu memaksa Kairo, Sam dan Dario untuk duduk berlutut di atas tanah dengan moncong senjata laras panjang yang menempel di kepala mereka."Siapa kau?!" Bentak si cambang kepada Kairo. "Sebutkan namamu sebelum aku meledakkan kepalamu!"Kairo menyeringai. "Katakan pada Nathan, hanya seorang banci yang tidak berani keluar dan menghadapi sendiri musuhnya, serta memilih berlindung di belakang pasukannya!" Ucapnya lantang, yang langsung dihadiahi hantaman moncong senapan panjang di wajahnya. "Yang kutanya itu namamu, brengsek!" Teriak si cambang lebat murka. "Dasar kau--""KAREEM!"Sebuah suara ker
Suara rentetan senjata yang terdengar dari kejauhan membuat Nathan menghentikan pagutannya di bibir Amanda. Lelaki itu mengangkat wajahnya dengan sikap waspada, menajamkan telinga untuk membaca situasi yang sedang terjadi di pulau pribadi miliknya."Chikuso (sial)!!" Umpatnya kesal sambil beranjak dari ranjang dan meraih cepat ponselnya yang tergeletak di meja."Apa yang terjadi?!" Bentaknya pada seseorang di telepon. Raut tampan namun licik itu pun seketika berubah menegang. Ia melirik Amanda yang masih berada di atas ranjang, dan mendengus. "Siagakan semua penjaga. Tembak mati orang yang masuk ke pulau ini siapa pun itu, terutama Kairo Aldevara dan Kaivan Alvarino," titahnya sebelum menutup telepon. Nathan barusan berkomunikasi dalam bahasa Jepang yang tidak dimengerti Amanda, namun wanita itu bisa mendengar kalau Nathan juga menyebut nama Kairo dan Kaivan!Apa itu artinya mereka ada di Pulau ini??Jantung Amanda serasa berdebar penuh antisipasi.Semoga saja perkiraan itu benar!
"Aaaa... Nathan, hentikaaan!!" Amanda menjerit kencang ketika Nathan yang sudah bertelanjang dada tiba-tiba saja menyergap tubuhnya. Wanita itu meronta-ronta dalam kungkungan lelaki blasteran Jepang-Eropa itu, yang tentu saja sangat sulit dilakukan dalam keadaan tangan dan kaki yang diborgol. Amanda menggigit otot bisep Nathan sekuat tenaga, membuat lelaki itu mengaduh kesakitan lalu menampar keras wajahnya. "Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau melakukan itu lagi!" Bentaknya dengan mata coklatnya yang nyalang. "Tunggu. Tidak, aku tidak akan membunuhmu, tapi membunuh Daddy tercintamu itu!" Sontak Amanda pun terdiam. Matanya mengerjap-ngerjap berulang kali menahan rasa sakit di pipinya yang memar akibat tamparan Nathan, juga pada egonya yang akan hancur karena perbuatan biadap lelaki itu tak lama lagi."Fine," ucap Amanda dengan memejamkan matanya rapat-rapat. Kedua tangannya mengepal kuat, berusaha mengeraskan hati dan harga diri agar tidak luluh lantak berantakan."Lakukan
*Lokasi : Tokyo, JepangKairo, Sam, serta Kaivan yang telah sadar dari pingsannya, kini masih terduduk lemas di jalanan di depan gedung apartemen, bersama dengan para penghuni apartemen yang selamat. Belum ada informasi apakah ledakan itu memakan korban jiwa, namun ada cukup banyak orang yang terluka.Wujud ketiga lelaki itu sangat berantakan, dipenuhi oleh jelaga yang membuat wajah mereka coreng-moreng dan menghitam.Masih terlihat sedikit asap yang keluar dari sebagian tembok yang telah rusak dan bolong di lantai 27, tempat dimana unit milik Kaivan berada, serta TKP dimana bom waktu yang pada akhirnya meledak tanpa bisa dihindari.Belasan ambulans mulai berdatangan untuk menolong para korban. Dua orang petugas medis datang untuk memeriksa kondisi mereka bertiga. Tak ada luka yang berarti selain telinga mereka yang tidak bisa mendengar untuk beberapa saat akibat kuatnya suara ledakan, serta kulit dan mata perih karena berkubang dengan kobaran api."Kita pergi sekarang, Sam." Kairo
Amanda mulai membuka kelopak matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya pusing dan seperti berputar, perutnya serasa diaduk. Gejala yang ia alami mirip sekali seperti seseorang yang mengalami hangover. "Hello, beautiful..." Sebuah suara yang mengalun berat sontak membangunkan Amanda, hingga kali ini ia benar-benar membuka matanya lebar-lebar.Sepasang mata coklat cemerlang namun dingin membalas tatapannya. Meskipun berbeda, namun entah kenapa tatapan itu sejenak mengingatkan Amanda pada Phoenix Knight.Tatapan datar bagai jiwa yang kosong.Amanda menelan ludahnya dengan gugup. Seketika ingatannya kembali kepada beberapa jam yang lalu, saat dirinya dan Kaivan yang berniat mengunjungi Daddy di apartemen.Namun yang mereka temukan bukan hanya Daddy yang sedang pingsan tergeletak di lantai dengan tangan dan kakinya yang terikat oleh tali, namun juga keberadaan dua orang lelaki asing dan juga...Nathan. Nathan Yamamoto.Amanda pun tak sadarkan diri setelahnya, karena ia dibekap denga