Beranda / Romansa / I Love You, Mr. Devil! / 3. The Mission Has Not Been Completed

Share

3. The Mission Has Not Been Completed

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 00:58:26

Max menggigit sandwich daging asapnya sambil menatap lekat layar laptop di depannya.

Ia sedang serius memeriksa flash disc yang berhasil diambil Amanda dari Enzio Morelli, dan mengirim seluruh isinya ke dalam e-mail.

Max menghela napas lelah, namun tidak berhenti mengunyah sandwich yang dibuatkan Amanda untuknya.

Bukti kuat untuk menjerat Enzio sudah ia pegang sekarang, meskipun Max sudah kehilangan jejak Dokter psikopat itu.

Seluruh anak buahnya sudah dikerahkan untuk mencari Enzio Morelli. Namun Dokter gila itu hilang tanpa jejak seperti lenyap ditelan bumi.

Mungkin ia sedang bersembunyi, sejak menyadari kalau flash disc yang berisi rekam jejak kejahatannya berupa pembunuhan serta data perdagangan organ tubuh ilegal telah menghilang.

Well, Max sebenanarnya tidak terlalu cemas dengan menghilangnya penjahat itu.

Toh, orang-orangnya yang bekerja di bawah organisasi The Golden Badges adalah orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa, selama ini tak sulit bagi mereka untuk menemukan para buronan kejahatan dalam waktu yang lumayan singkat.

Namun sebuah pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya sontak membuat Max mengerutkan keningnya.

[Enzio Morelli berada dalam tahanan pimpinan Black Wolf, boss. Dan mereka tidak berkenan untuk melepaskannya]

Black Wolf?

Max cukup tahu dengan organisasi hitam yang misterius itu. Belum ada bukti konkret yang mengkaitkan Black Wolf dengan kejahatan, namun siapa pun tahu kalau Black Wolf bukanlah organisasi putih.

Lalu kenapa pimpinannya menahan Enzio Morelli? Apa keterkaitan mereka dengan Dokter itu?

Max meletakkan jemarinya di dagu, pertanda kalau ia sedang serius berpikir. Netra coklatnya melirik seorang wanita yang dengan santainya tidur di sofa dengan mata yang terpejam rapat namun bibir yang sedikit terbuka.

Sebuah buku tebal dengan halaman yang terbuka berada di atas perutnya.

Max menggeleng-geleng tak habis pikir. Selama ini Amanda memang sangat lihai memerankan sosok wanita penggoda untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, namun Max tidak yakin dia pantas untuk agen lapangan dengan tingkat resiko yang cukup tinggi.

Pertama, dia agak ceroboh. Kedua, dia terlalu mengganggap enteng setiap tugas yang diberikan. Ketiga, ilmu bela diri gadis ini hanyalah sebatas menendang selangkangan dan memukul hidung lawan dengan sikunya.

Maka dari itu, Max sungguh tidak mengerti dengan keputusan para petinggi di PBB yang mendirikan organisasi rahasia ini.

Yang menempatkan Amanda Almira Wrighton--supermodel yang cukup dikenal di Milan--sebagai agen lapangan The Golden Badges dengan kode nama Agent Peacock.

The Golden Badges didirikan diam-diam oleh para petinggi PBB, yang bertujuan untuk mengatasi para kriminal yang sulit tersentuh oleh aparat hukum.

Para kriminal yang memiliki kekuasaan tinggi atau backing yang kuat yang melindungi kejahatan mereka sehingga seolah kebal pada hukum.

The Golden Badges hampir terdapat di setiap negara, dengan pemimpinnya masing-masing. Max sendiri adalah pemimpin di Italia yang berbasis di kota Milan.

Setelah berpikir beberapa saat, lelaki berkulit kecoklatan itu pun memutuskan untuk mengirimkan permintaan kepada petinggi PBB agar mencabut posisi Amanda sebagai agen lapangan, dan kembali menempatkannya di posisi semula yaitu mata-mata/penggali informasi.

Alasan yang akan dikemukakannya yaitu ketidakmampuan untuk membela diri berkaitan dengan misi pertama wanita itu yang cukup membahayakan jiwanya.

Done.

Max bernapas lega ketika telah mengirimkan e-mail tersebut. Semoga saja permintaannya dikabulkan.

Tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi, dan Max pun melihat pesan yang kembali dikirimkan oleh anak buahnya.

[Nanti malam ada pesta ulang tahun pemilik perusahaan baja Harrison Steel, yang ternyata diam-diam juga anggota dari kelompok Black Wolf. Kemungkinan besar pemimpin organisasi itu akan hadir di sana.]

"Max, kamu masih di sini ya?"

Lelaki itu mengalihkan tatapannya kepada Amanda yang sepertinya baru saja terbangun dari tidurnya. Gadis itu berdiri dari sofa sambil menguap lebar dan menggaruk-garuk bokongnya.

"Agent Peacock, bagaimana pun juga aku ini adalah bosmu. Apa kamu tidak mau sedikit menjaga sikapmu, hah?!" Dengusnya kesal.

Wanita di hadapannya ini sesungguhnya memiliki kecantikan yang jauh lebih memukau daripada kebanyakan wanita cantik lainnya, tapi sifat aslinya yang jauh dari elegan membuat Max sebal.

Amanda menyeringai lebar. "Ck ck ck... Jangan galak-galak, sih. Aku kan sudah membuatkanmu makanan, Max! Bukannya bilang terima kasih," gerutu Amanda sambil berdecak sebal lalu berjalan ke arah kulkas dan membukanya.

"Ngomong-ngomong, apa kamu tidak balik lagi ke London?" Amanda mengambil buah anggur dan kiwi dari kulkas, lalu memotong-motongnya serta membawanya ke meja makan.

Ia menarik kursi di sebelah Max dan memakan buahnya dengan nikmat.

"Tidak. Aku dan kamu harus mengunjungi sebuah pesta malam ini, Agent Peacock. Bersiaplah," tukas Max sambil menutup pelan laptopnya.

Amanda menelan buah anggur dengan susah payah setelah mendengar perkataan Max. "Tunggu dulu... pesta? Pesta apa? Apa ini ada kaitannya dengan misi?"

"Ya. Kamu benar. Enzio ternyata disekap oleh Black Wolf. Dan malam ini salah seorang anggotanya yang juga pengusaha baja mengadakan pesta ulang tahun," cetus Max.

"Kabarnya pemimpin Black Wolf pun juga akan ikut hadir di sana." Ia mengambil potongan buah kiwi dari mangkuk Amanda dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Lalu, apa peranku?" Tanya Amanda.

"Tak ada. Kamu cukup menjadi pasangan kencanku saja."

Amanda mencebik. "Hum... no way. Nggak seru kalau cuma jadi pajanganmu saja. Lagipula besok aku juga ada event fashion show, Max. So I need my beauty sleep tonight," tolaknya sinis, sambil berebut potongan kiwi terakhir dengan Max.

"Okay. No problem." Max sudah menduga kalau Amanda akan menolaknya.

Sejujurnya ia malah lega, karena dengan begitu permintaannya untuk mengembalikan Amanda ke posisi lamanya sepertinya akan segera terealisasi.

Amanda mengerutkan keningnya mendengar kalimat pasrah dari Max. Seketika ia pun menyadari sesuatu.

"Wait a minute!" Sergahnya sambil berdecak keras dan mendelik kepada Max.

"Kalau Enzio disekap oleh Black Wolf, bukankah itu artinya misiku belum selesai sepenuhnya?" Celetuk Amanda dengan mata yang memicing kesal terhunus kepada Max.

Tentu saja. Misi Amanda adalah mendapatkan flash disc Enzio SERTA membawa lelaki itu kepada The Golden Badges!

Ia baru berhasil mendapatkan flash disc, namun bukankah Enzio masih menghilang?

"Dan jika misiku belum selesai, itu artinya aku mangkir dari tugas jika tak datang dalam pesta itu untuk mencari tahu keberadaan Enzio. Dan jika aku mangkir, maka sanksinya adalah dibebastugaskan. Benar, kan?!" Amanda menelisik wajah datar Max yang minim ekspresi itu untuk mencari bukti apakah yang ia ucapkan itu benar adanya.

"Sadarlah, Agent Peacock. Tugas lapangan yang penuh resiko itu bukanlah untukmu." Max berdiri dari kursi dan merapikan lengan kemejanya yang tadi ia lipat, lalu mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi.

"Hari ini kamu sungguh beruntung. Tapi besok-besok, apa kamu akan masih seberuntung sekarang? Atau kamu malah berharap si Kairo--entah siapa itu akan selalu menyelamatkanmu, hm? Mundurlah. Bukankah kamu sudah cukup sukses menjadi pengumpul informasi?"

Amanda mendengus. Ck. Menjadi pengumpul informasi sangat tidak menantang!

Dengan wajah dan tubuhnya, Amanda sangat lihai mendapatkan informasi apa pun dengan cara menggoda targetnya.

Dan Amanda sangat bosan melakukannya. Ia ingin menjadi agen lapangan dengan tugas yang lebih menantang.

Amanda bahkan kini sudah melupakan begitu saja peristiwa tadi siang yang hampir saja merenggut nyawanya.

"Aku ikut," putus Amanda akhirnya sambil mengedikkan bahunya. "Tak apa jika kamu hanya menjadikanku pajangan. Aku tidak masalah, kok."

Max terlihat keberatan, namun ia tak mungkin menolaknya. Memang ini adalah misi untuk Agent Peacock dan memang ini juga tanggung jawab wanita itu, suka atau tidak suka.

"Baiklah. Tapi tolong jangan bikin masalah!" Sergahnya kemudian sambil melangkah menuju pintu apartemen.

"Kujemput jam tujuh. Jangan lelet," tukasnya datar sebelum keluar dan menutup pintunya.

***

Ternyata pesta meriah malam ini adalah pesta topeng, dan untunglah Max sudah menyiapkan sebuah topeng merah menyala untuk Amanda.

Warna yang serasi dengan gaun seksi yang gadis itu kenakan, dengan bagian atas yang seperti bustier membuat dada gadis itu terlihat menyembul bulat dan menggiurkan.

"Itu dia. Harrison Davis, pemilik Harrison Steel sekaligus pemilik acara ini," Max mengedikkan dagunya ke arah seorang lelaki paruh baya, dengan pakaian cowboy Amerika dan topeng putih separuh wajah yang sedang tertawa dengan beberapa orang.

"Aku ke sana dulu. Kamu jangan pergi jauh-jauh dariku, mengerti?" Tatapan tajam Max terhunus kepada Amanda dari balik topeng silvernya.

Amanda pum mengangguk bosan. "Ya~yaa... whatever you say, boss!" Ucapnya sambil memutar kedua bola mata.

Lagipula kehadirannya di sini hanya untuk melengkapi misinya yang belum selesai. Biarkan sajalah kali ini Max yang turun tangan!

"Aku tunggu di sana," Amanda menunjuk meja bartender, lalu tanpa memperdulikan Max, ia pun langsung melangkah ke arah yang ia tuju.

Max menghela napas ketika melihat Amanda yang berkali-kali tidak menganggapnya sebagai seorang atasan. Tidak sopan sekali wanita itu meninggalkannya begitu saja tanpa sedikit pun menoleh.

Dasar!

Amanda kesal sekali. Ia sengaja mengabaikan Max dan berlalu begitu saja darinya. Rasakan! Huh.

Amanda tahu Max tidak menyukainya menjadi agen lapangan, dan menginginkan dirinya terus saja sebagai pengumpul informasi seperti dulu.

Selain itu ia juga kesal karena Max sama sekali tidak memuji penampilannya malam ini, padahal Amanda sudah berdandan habis-habisan!

"Vodka, please!" Amanda mengguman pelan sambil mendesah lelah ketika seorang bartender mendekatinya.

Tapi... ada sesuatu yang aneh.

Meskipun seorang bartender yang melayani minuman para undangan pun juga memakai topeng seperti dresscode, namun wajah bartender itu sangat Amanda kenal.

Wajah tampan yang sekarang sedang tersenyum hangat padanya. Wajah… si pelukis jalanan, sekaligus penyelamat hidupnya hari ini.

"Kamu?!" Amanda terbelalak kaget melihat lelaki itu lagi di sini, setelah terakhir kalinya di dalam gudang terbengkalai di bandara. "KAIRO??!"

Senyuman dari bibir tipis itu semakin melebar saat mengetahui kalau Amanda mengenalinya dari balik topeng hijau tua yang senada dengan seragam bartendernya.

"Halo, Amanda. Senang bertemu denganmu lagi di sini," ucapnya dalam bahasa Indonesia, dengan netra abu-abu gelapnya yang berkilau dan tanpa sadar telah membuat Amanda terpesona.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • I Love You, Mr. Devil!   Catatan Author (Gratis)

    Haai ❤️ Happy ending nggak harus selalu gegap gempita penuh bahagia ya. Bisa jadi seperti Kairo, yang akhirnya bahagia karena bisa kembali bersatu dengan Amanda di alam yang sama. Kepuasan karena telah hidup dengan mengutamakan cinta, itu juga the happiest ending untuk menutup sebuah cerita. Dan buat kalian semua, terima kasih karena telah menjadi bagian dari perjalanan serta petualangan Kairo-Amanda di manca negara ❤️❤️❤️ Sayangi keluarga, teman dan orang-orang yang mencintai kamu, karena mereka harta yang sangat berharga di dunia ini. It's author here, signing off. ********* THE END *********

  • I Love You, Mr. Devil!   131. Beautiful Life (End)

    "You either die young not knowing your future, or die old remembering your past." (Unknown)Prepare your heart, and let's enjoy the ride.***Tiga pasang mata memandangi seorang lelaki tua di hadapan mereka sambil membelalak lebar. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka, karena masing-masing berusaha untuk mencerna cerita masa lalu yang begitu mencengangkan untuk didengar."Jadi, dulu Mommy adalah seorang agen rahasia? Dan Daddy dulu adalah pimpinan geng mafia?!" Seru lelaki muda berparas sangat tampan itu sambil memandang Ayahnya. Ya ampun, rasanya masih sangat sulit dipercaya!!Si lelaki tua itu menatap putranya dengan senyum terkulum di bibir. Putra yang sangat mirip dengannya di waktu muda. "Unbelievable, hm? Tapi itu benar, Keenan. Begitulah cerita bagaimana Daddy bisa bertemu dengan Mommy kalian, jatuh cinta, berpetualang bersama dan akhirnya memiliki kalian semua," ucap Kairo Aldevara, sang lelaki tua itu kepada ketiga buah hatinya dengan tatapan lembut penuh kasih.Kee

  • I Love You, Mr. Devil!   130. The Next Generation

    Sam pun seketika terdiam mendengar perkataan Tuannya yang di luar perkiraan itu. Dan metika ia hendak membuka mulut untuk bertanya, Kairo telah lebih dulu kembali bersuara."Dario, kamu juga kubebaskan. Sampaikan kepada semua rekan-rekan Black Wolf, bahwa Kairo Aldevara telah membubarkan organisasi itu, dan kuharap semuanya mau mengerti dan hiduplah di jalan yang bersih dan benar mulai saat ini." Kairo bahkan telah menyebut anggota Black Wolf dengan sebutan 'rekan' karena rasa hormatnya."Sam dan Dario, tolong aturlah agar semua rekan kita mendapatkan kompensasi masing-masing tiga ratus juta untuk memulai kehidupan yang baru. Sedangkan untuk kalian berdua, aku sendiri yang akan memberikan kalian kompensasi yang lebih besar, meskipun mungkin masih tak sebanding dengan jasa dan pengorbanan kalian selama ini."Dario mengangguk tenang, meskipun hatinya serasa tak karuan mendengar kabar yang sangat tiba-tiba ini. "Baik, Tuan. Terima kasih atas penghargaannya," ucap lelaki yang memiliki

  • I Love You, Mr. Devil!   129. The Real Adventure Begins

    "Amanda!"Manik hijau cemerlang itu pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya dengan intonasi ceria.Seorang lelaki bertuxedo hitam dengan tubuh tinggi dan rambut pirang gelap tersenyum dan berjalan ke arahnya. Lelaki bernetra sebiru langit itu menggandeng mesra seorang wanita dengan gaun peach lengan pendek yang menjuntai hingga semata kaki. Rambut ikal lembut kemerahan yang tergerai sepanjang punggungnya membuat wajahnya yang putih terlihat makin bersinar dalam sapuan make up tipis."Selamat atas pernikahanmu ya!""Adam?!" Sontak Amanda pun berseru gembira melihat sepupunya, Adam James Wrighton dan istrinya Flora yang juga hadir di pesta pernikahannya.Ya, hari ini adalah pesta pernikahan Amanda dan Kairo, yang hanya berselang tiga hari sejak kedatangan mereka ke Indonesia. Kairo sengaja memberikan pesta pernikahan kejutan yang sama sekali tidak disangka oleh Amanda.Lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu berkonsultasi lebih dahulu dengan Daddy Nicholas untuk m

  • I Love You, Mr. Devil!   128. The Motherland

    Amanda hanya bisa cemberut ketika Kairo kembali mengurungnya di kamar, setelah peristiwa Max yang tiba-tiba datang ke penthouse mereka tanpa sepengetahuan Kairo sebelumnya. Meskipun Kairo memang tidak jadi pergi meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, namun tetap saja Amanda mengira kalau Kairo akan tetap pergi namun kali ini akan mengajaknya serta, karena takut Amanda berbuat yang tidak-tidak lagi.Wanita bersurai coklat itu pun lagi-lagi hanya bisa mengeluarkan desahan lelah, melihat kekasihnya yang sedang menunduk di atas meja kerja, menyelesaikan serta mempelajari beberapa dokumen penting. Karena kedatangan Max yang membuatnya kesal, maka Kairo memutuskan untuk membawa semua pekerjaannya ke kamarnya di Penthouse. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada calon istrinya yang nakal itu untuk membawa-bawa mantannya yang lain, untuk melakukan hal absurd dengan dalih ngidam.Tadi saja rasanya Kairo sudah ingin sekali meninju wajah Max yang menyebalkan itu jika saja Amanda tidak

  • I Love You, Mr. Devil!   127. The Naughty Preggy Mommy

    "Ha-Hai, Ling-Ling." Sam meneguk salivanya dengan gugup, kala dengan terpaksa ia harus titah Sang Ratu alias Amanda untuk melakukan video call dengan kekasihnya yang berada nun jauh di Shanghai.Masalahnya, ia sangat malu. Selama ia bertugas sebagai ajudan Kairo Aldevara sang pemimpin Black Wolf, pria muda itu terbiasa berpenampilan dingin, datar dan tanpa emosi. Dan kini calon istri pemimpinnya itu malah meminta dirinya untuk bermesra-mesraan dengan sang kekasih di hadapan semua orang?!Matilah saja kau, Sam!!Hati Sam mencelos ketika melihat wajah Ling-Ling yang sangat cantik terpampang nyata di layar ponselnya. Hari ini wanita bermata sipit itu menggelung rambut hitam panjangnya ke atas membentuk bun yang imut. Helai-helai anak rambut jatuh membingkai wajahnya, pipinya yang halus dan putih terlihat merona."Sam! Kejutan sekali kamu tiba-tiba menelepon seperti ini," ungkap Ling-Ling riang. Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya, biasanya Sam hanya berani menelepon paca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status