Amanda menutup mulutnya dengan kedua tangan, cairan bening pun mulai berhamburan membasahi wajahnya yang berkerut dipenuhi kelegaan, kesedihan sekaligus ketakutan.Lega, karena baru saja Sam mengabarkan kalau Nicholas Wrighton telah ditemukan dengan kondisi luka-luka ringan di daerah Jebel Akhdar, sebuah dataran tinggi di timur laut negara Libya, yang berbatasan langsung dengan Mesir.Penyelidikan dan evakuasi tengah dilakukan dengan melibatkan banyak pihak, baik komite penanggulangan kecelakaan transportasi negara Mesir maupun badan intelijen yang menangani kejahatan Internasional.Namun Amanda juga merasa hancur, karena pesawat yang membawa Kairo dan Kaivan baru saja dikabarkan hilang kontak. Komunikasi pun sudah tidak bisa terhubung sejak pesawat cargo itu mengudara.Pihak berwajib telah berulang kali menginterogasinya terkait penculikan Nicholas yang dicurigai erat kaitannya dengan Yakuza, namun Dubes Jepang untuk Mesir juga angkat bicara bahwa Yakuza tidak ada kaitannya dengan p
Kairo mengamati kaki Nicholas yang bengkak, lalu mengangguk mengerti. "Anda akan baik-baik saja, Sir," sahutnya sambil mengeluarkan sapu tangan dari sakunya untuk membalut luka menganga di pergelangan tangan Nicholas akibat bergesekan dengan tali yang tadi mengikatnya."Tunggulah dulu di sini."Ketika Kairo hendak bangkit, Nicholas segera menahan tangannya. "Kamu yang bernama Kairo Aldevara?" Nicholas mendengus pelan ketika melihat Kairo mengangguk."Jauhi Amanda," ucap lelaki paruh baya itu dengan sorot tajamnya. "Kamu tak perlu bersusah-payah untuk menyelamatkanku. Aku tak masalah jika memang harus berakhir di sini, tapi Amanda... putriku harus mendapatkan lelaki baik-baik seperti Kaivan, yang tidak pernah berurusan dengan dunia hitam sepertimu!"Kalimat-kalimat Nicholas yang sangat terus terang itu membuat Kairo menaikkan satu alisnya. Ingin sekali ia mengatakan kalau ia tak peduli dengan apa pun yang lelaki itu pikirkan karena toh Amanda sangat mencintainya, namun Kairo masih me
"Nathan menyuruhnya menaiki pesawat kosong tanpa kru maupun pilot. Dia meminta agar Kairo bunuh diri dengan pesawat itu, sebagai ganti pembebasan Nicholas sebagai tawanannya!"Kepala Amanda serasa pusing dan berputar mendengar perkataan Kaivan barusan, hingga wanita itu pun berpegangan pada meja di sampingnya agar tidak terjatuh."Kairo..." gumannya lirih dengan bibir gemetar, membayangkan lelaki yang ia cintai itu sekali lagi menghadapi kematian! Bahkan bayangan kecelakaan naas di tepi jurang di Athena waktu itu saja masih begitu kuat melekat di dalam ingatannya, musibah yang membuat Amanda mengira Kairo telah tewas dengan sangat mengenaskan. Dan sekarang semua itu harus ia alami lagi?!"Amanda!" Kaivan segera meraih pundak wanita itu ketika melihat tubuhnya yang tiba-tiba merosot lemas. Ia menggendong tubuh Amanda dan mendudukkannya di kursi makan, seraya menatap cemas wanita yang kini sedang memejamkan mata dengan tangan dan bibir yang gemetar tak terkendali. Detik itu juga ia
5 Pesan Masuk[Amanda Almira Wrighton, apa kabarmu Cantik?][Apa kamu tidak ingin mengetahui kabar Daddy-mu?][Jika kamu ingin Nicholas selamat, naiklah ke dalam private jet yang telah kupesan][Ingat, HANYA KAIRO DAN KAMU YANG BOLEH NAIK!][Bersiaplah. Besok jam 9 pagi akan kukabari lagi]***Seharian kemarin Amanda sangat gelisah karena keberadaan Nicholas masih belum bisa ditemukan. Pikiran yang terburuk terus melandanya, membuat wanita itu lebih banyak diam dan melamun tak tentu arah. Dan ketika beberapa pesan dari nomor tak dikenal tiba-tiba masuk ke ponselnya, serta merta Amanda pun terpaku dan membelalak kaget, lalu detik selanjutnya ia pun segera berlari dengan tergesa ke arah ruang kerja dimana Kairo berada untuk menunjukkan pesan-pesan tersebut."Sam! Kumpulkan semua tim!" Titah Kairo dengan kening berkerut. Tangannya mencengkram kuat ponsel Amanda dengan layarnya yang masih memperlihatkan pesan-pesan laknat itu. Sam pun mengangguk dan segera keluar dari ruang kerja untu
Amanda terbangun ketika merasakan sebuah pelukan erat di pinggangnya serta benda lembut yang menyentuh lehernya. Serta merta ia pun menoleh, mendapati kekasihnya yang sedang asik mengecup kulit lembut di bagian lehernya."Kairo?" Amanda lalu mendehem kecil untuk menghilangkan sedikit serak di dalam suaranya."Hm?" Guman Kairo sambil memindahkan bibirnya dari leher selembut beledu ke bibir semanis madu milik Amanda, lalu mengecupnya dengan hangat dan penuh gairah. Amanda ingin bertanya, namun bibirnya telah terperangkap dalam pagutan panas Kairo yang semakin lama semakin liar.Amanda pun menahan dada kekasihnya itu agar menghentikan cumbuuannya. "Kairo, tunggu... ada yang mau kubicarakan--mmmh..."Percuma saja.Kairo yang sudah dikuasai gairah, bagaikan predator yang mengejar buruannya--tak kan pernah dilepaskan hingga dapat. Lelaki itu menyerbu bibir Amanda dengan hasrat yang meluap-luap bagaikan gelombang pasang yang menerjang pantai, tak membiarkan wanita di bawahnya itu berucap
Amanda masih terlelap akibat obat tidur yang diberikan oleh dokter. Saat ini dirinya dan Kairo telah berada di sebuah penthouse di Distrik Sarayat El Maadi, daerah prestisius di kota Cairo dimana banyak ekspatriat yang berasal dari manca negara berdomisili di sana. Lokasinya pun ditata dengan apik, asri dan indah, dengan pohon-pohon rindang penuh bunga berwarna-warni serta rumput hijau terbentang sepanjang mata memandang, membuat cuaca kota Cairo yang panas dan kering menjadi terasa sejuk dipandang mata.Kairo mengecup sekilas bibir lembut Amanda, lalu merapikan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dagu. Lelaki itu pun beranjak dari ranjang mewah berukuran king size dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan bidadari yang sedang dibuai mimpi itu.Sesaat setelah ia menutup pintu master bedroom, ekspresi teduhnya saat tadi memandangi Amanda pun telah berubah menjadi dingin dan datar.Ia berjalan dengan langkah pasti menuju ruang kerja tak jauh dari master bedroom. Diman
Suara ledakan yang berdentum dengan kuat sontak membuat tubuh Amanda terlempar sejauh dua meter ke belakang dan menabrak sebuah pohon, lalu terhempas ke atas tanah. "Amandaa!!" Sadhna menjerit kencang, lalu menghambur ke tempat Amanda berada. Wanita itu diam tak bergerak di bawah pohon, diselimuti serpihan-serpihan material tanah, daun dan ranting pohon. Tak jauh beberapa meter dari sana, Kairo pun mengalami hal yang sama. Efek ledakan ranjau darat membuatnya terpental jauh lalu terbanting ke tanah dengan posisi tertelungkup. Kepalanya terasa berkunang-kunang dan telinganya berdenging, namun lelaki itu masih sadar."A... man... da...," gumannya lirih di antara rasa perih seperti terbakar yang terasa di setiap inchi kulitnya.Dari kejauhan, ia bisa melihat kekasihnya yang diam tak bergerak dalam pelukan seorang wanita. Seketika jantung Kairo pun serasa diremas, ketika melihat wanita yang sedang memeluk Amanda itu menangis histeris memanggil-manggil nama kekasihnya. Apa yang terj
"Kenapa kamu menolongku?"Wanita India itu tersenyum kepada Amanda yang sedang duduk di ranjang berukuran king size. "Hai. Namaku Sadhna. Namamu Amanda, kan? Kamu itu terkenal sekali loh," sahutnya sambil terkekeh pelan. "Dan alasan aku membantumu... entahlah. Mungkin karena melihat keberanianmu menganiaya klien terbesar As-Shahwa, membuatku kagum dan hormat kepadamu," tukasnya dengan suaranya yang lembut.Amanda mendengus. "Aku tak peduli siapa pun dia. Si brengsek itu sudah menyentuhku! Aku tidak bisa berdiam diri dan pasrah saja menerimanya," cetusnya sambil mencebik."Apa kamu tak sadar jika dirimulah yang lebih dulu menggodanya?" Tanya Sadhna geli. "Kamu lupa, sebelumnya tampil di panggung dengan tarian seksi dan membuat Mr. Yamamoto melelangmu dengan harga fantastis? Mr. Alexei Ivanov-lah yang akhirnya memenangkan tiga malam denganmu seharga lima juta dollar!" Amanda pun membelalakkan mata mendengarnya. "A-apaa?? J-jadi aku menari di atas panggung dan... dan... di lelang??!
"AAARGHH!!" Dengan sekuat tenaga, Kairo membanting buaya sungai Nil sepanjang lebih dari dua meter itu dengan berat yang lebih dari tiga kali berat tubuhnya.Makhluk raksasa itu dengan cepat membalikkan tubuhnya yang sudah dipenuhi luka, akibat pertarungan sengit dengan manusia setangguh seekor singa di hadapannya.Napas lelaki itu bernapas berat dan terengah-engah, namun semangatnya tetap berkobar membara. Kairo berdiri dengan menumpukan kedua tangannya di lutut, saling beradu tatap dengan buaya ganas yang satu matanya terluka setelah serangannya tadi.Kedua makhluk berbeda spesies itu pun sama-sama terdiam, saling mengukur kemampuan dan memperkirakan teknik serangan kepada lawannya.Sementara itu, Nathan mendesis geram melihat bagaimana Kairo bisa mengalahkan salah satu hewan peliharannya dengan cukup mudah.Sebelumnya Nathan mengira kalau Zaid--nama si buaya sungai Nil itu--akan dengan mudah mencabik-cabik tubuh Kairo dalam satu kali serangan, mengingat lelaki itu hanya melawan d