Sadewa masih terus memantau mobil yang mengikutinya melalui kaca spion. Tak disangka mobil itu kemudian berbelok ke sebelah kiri, berlawanan dengan jalan yang diambil oleh Sadewa. Nampaknya si pengemudi sudah tahu bahwa ia sedang dicurigai.Setelah mobil itu pergi, Sadewa tidak mengurangi tingkat kewaspadaannya. Dia harus selalu melindungi Mayzura hingga gadis itu pulang ke rumah dengan selamat. Sadewa tidak akan membiarkan siapapun sampai melukai Mayzura barang seujung jari pun.Baik Sadewa maupun Mayzura tidak saling bicara hingga mereka tiba di Klub Sunday. Suasana di klub itu cukup ramai, tak hanya oleh kalangan anak muda, tetapi juga orang-orang dewasa yang ingin melepas kepenatan. Pesta semacam ini memang sangat ditunggu-tunggu oleh para lelaki mata keranjang yang ingin berburu wanita cantik.Ketika Sadewa memarkirkan mobil di samping Bryana, Mayzura buru-buru keluar dengan perasaan tidak nyaman. Sebenarnya Mayzura bukanlah tipe gadis yang suka dengan hingar bingar dunia malam.
Walaupun kesadarannya berangsur melemah, Mayzura masih berusaha mempertahankan kewarasannya. Bagaimanapun naluri bawah sadarnya sebagai putri dari keluarga Nugraha sudah mandarah daging. Semabuk apa pun kondisinya, Mayzura akan tetap membela kehormatannya sendiri. “Brengsek! Lepaskan aku!” umpat Mayzura. Ingin sekali dia menendang bagian sensitif Mike dengan kaki jenjangnya. Namun tubuh Mayzura yang sempoyongan, membuat gadis itu tak mampu bergerak. Terlebih cengkeraman tangan Mike terlampau kuat untuk dilawan. Sungguh Mayzura merasa tak berdaya di bawah kendali lelaki ini. “Percuma kamu menolakku, Baby. Kamu tidak akan kulepaskan sebelum aku puas menghancurkanmu di atas ranjang. Aku akan segera membawamu keluar dari sini,” bisik Mike dengan suara serak. Pelupuk mata Mayzura mendadak dipenuhi cairan bening, saat Mike hendak meraup bibirnya dengan kasar. Namun di saat bersamaan, seorang lelaki menarik tubuhnya dari arah berlawanan sembari melayangkan bogem mentah ke wajah Mike. Buu
Mayzura merasa harus melampiaskan amarahnya sekarang juga, terutama terhadap laki-laki bernama Sadewa. Bagi Mayzura, Sadewa adalah pembawa nasib buruk dalam kehidupannya. Bagaimana tidak. Sejak bertemu dengan lelaki ini di danau, kesialan demi kesialan tak henti menimpa dirinya.Pengaruh alkohol yang sedang menguasainya, membuat hasrat Mayzura semakin menggebu-gebu untuk membalas Sadewa. Tanpa pikir panjang, gadis itu tiba-tiba naik ke atas pangkuan Sadewa hingga pria itu berjengit kaget.“Nona, apa yang kamu lakukan? Cepat turun dan kembali ke kursimu,” tegur Sadewa kelabakan. Pasalnya, Mayzura tepat menduduki aset berharga miliknya sehingga konsentrasi Sadewa menjadi buyar.Melihat reaksi Sadewa, Mayzura justru tergelak senang. Bukannya berhenti dan menurut, gadis itu malah melingkarkan kedua lengannya di leher sang bodyguard. Kemudian, ia sengaja menggoyangkan pinggulnya untuk menambah siksaan nikmat bagi Sadewa.“Jangan munafik, Om. Aku akan membuatmu menginginkan sesuatu, tetapi
Sinar mentari yang menembus tirai membuat Mayzura terbangun dari mimpi panjangnya. Jajaran bulu mata gadis itu bergerak pelan, sebelum ia membuka kelopak mata. Mayzura memicingkan Netra hitamnya, mencoba menyesuaikan diri dengan silau cahaya yang menerpa.Sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berat, Mayzura menatap bingung ke seluruh penjuru kamar. Seingatnya kemarin ia masih berada di klub Sunday, berjoged sendirian untuk melupakan segala beban hidup. Namun kenapa sekarang dia tiba-tiba terbangun di dalam kamar?Otak kecil Mayzura mencoba untuk memindai apa yang terjadi semalam. Tak salah lagi, pastilah semua ini perbuatan dari bodyguard yang sok kuasa dan sangat menyebalkan. Siapa lagi yang bisa memindahkan dirinya dari klub ke rumah, selain Sadewa.Membayangkan wajah pria itu membuat Mayzura bersikap waspada. Kepingan memori mulai bermunculan di kepalanya bagaikan kaset rusak. Sedikit demi sedikit Mayzura teringat bahwa ia dilecehkan oleh seorang laki-laki. Kemudian, Sadewa
“Saya rasa Tuan salah orang. Dulu saya tinggal dan bekerja di luar kota, jadi tidak mungkin kita pernah bertemu sebelumnya,” sanggah Sadewa.Tuan Bramantya masih menatap lamat kepada Sadewa, seolah meragukan penyangkalan yang diucapkan pria itu. Dia yakin pernah mengenal seseorang yang memiliki kemiripan dengan Sadewa, hanya saja dia lupa siapa, kapan, dan di mana dia bertemu sosok tersebut.“Benar juga. Selama ini, aku hanya berinteraksi dengan orang-orang penting dari kalangan pengusaha dan pejabat pemerintahan. Barangkali kamu hanya kebetulan mirip dengan salah satu dari mereka.”Pria paruh baya itu kembali menyilangkan kedua tangan sembari menegakkan punggungnya di kursi.“Aku mendengar berita yang kurang menyenangkan bahwa Mayzura semalam mabuk di klub, padahal ayahnya sedang tidak berada di rumah. Kenapa sebagai bodyguard kamu tidak becus menjaga Mayzura? Tidak lama lagi gadis itu akan menjadi bagian dari keluarga Maheswara, dan dia tidak boleh bersikap sembarangan,” tandas Tuan
Mayzura segera mempesilakan Alice untuk masuk ke kamarnya. Mereka pun duduk berhadapan, Alice berada di sofa sedangkan Mayzura di tepi tempat tidur. Perkataan Alice tadi langsung membuat Mayzura bertambah risau. Entah peringatan apa yang dimaksud oleh Alice hingga dia rela terbang dari Bali ke Jakarta.“Dari mana Tante tahu tentang perjodohanku dengan pria tua itu?”Alice menarik napas panjang sebelum memberikan penjelasan kepada calon anak sambungnya itu.“Tentu saja aku tahu dari papamu, May. Dia meneleponku malam-malam sebelum dia berangkat ke Surabaya, dan setelah itu aku terus kepikiran.”“Papa dan Tante bersama lagi?” tanya Mayzura ingin memastikan.“Iya, lebih tepatnya kami berencana untuk menikah. Tetapi sesudah mendengar masalah ini, aku sangat kecewa dengan papamu.”Alice menjeda ucapannya sebentar sembari melemparkan pandangannya ke arah jendela.“Aku merasa punya beban moral, untuk menceritakan kepadamu tentang rahasia dari keluarga Maheswara.”Firasat buruk pun memenuhi h
Dengan tergesa-gesa, perempuan itu memungut gaunnya lalu mengenakannya asal. Tanpa menoleh ke belakang lagi, dia berlari meninggalkan tempat penyiksaan itu. Andai saja dia tidak tergiur oleh iming-iming imbalan yang besar, tentu saja dia tidak akan bersedia melayani seorang pelanggan yang sakit jiwa. Selepas perempuan itu menghilang dari pandangan, sang lelaki lantas berpindah ke kamar pribadinya. Dia ingin segera membersihkan diri dari sisa-sisa pergumulan tadi. Kendati menggunakan pengaman, Gavindra Maheswara selalu merasa jijik setiap kali selesai berhubungan dengan wanita bayaran. Namun entah mengapa dia tidak bisa berhenti dari kebiasaan buruk ini. Karena hanya dengan bercinta, Gavindra bisa membuktikan bahwa dirinya bukanlah pria cacat yang tidak berguna. “Dasar hina, dia sudah mengotori aku!” dengus lelaki itu sembari berdiri di bawah shower. Selesai membersihkan diri, Gavindra mengambil sebotol wine lalu berdiri di dekat pagar pembatas balkon. Dengan tatapan datar, lelaki it
“Aku tidak punya waktu untuk menemuimu, karena aku sedang bimbingan skripsi. Lagi pula tidak ada yang perlu kita bicarakan, Zio. Hubungan kita sudah berakhir,” sembur Mayzura dari balik telepon. Entah mengapa masalah yang menimpanya datang silih berganti, seolah tak ada habisnya. Di saat ia tengah risau memikirkan soal pernikahan, kini muncul persoalan baru.“Kamu yang meminta putus secara sepihak lewat sambungan telepon, tetapi aku tidak setuju. Aku akan tetap menunggu di sini sampai kamu selesai bimbingan. Kita perlu meluruskan semua kesalahpahaman,” balas Enzio.Mayzura membuang napas kasar. Jujur, dia sudah muak dengan sikap sang mantan kekasih yang tidak punya pendirian. Tatkala ia memutuskan untuk sehidup semati dengan Enzio, pria itu malah tidak peduli dan mencari berbagai macam alasan. Kini sesudah ia bertekad untuk melupakan kisah cintanya yang pahit, Enzio mendadak muncul dan ingin mengejarnya lagi. Sungguh tindakan yang diambil oleh pria itu sudah sangat terlambat. “Aku t