Tiga bulan kemudian.
Nadia sejak tengah malam tadi, mulutnya manyun tanpa henti. Ia kesal setengah mati. Padahal hari ini ulang tahunnya, tapi Rendra hanya bersikap biasa saja. Seolah hari ini hari biasa.
Jangankan kejutan, ucapan pun tak ada.
Membuat Nadia bertanya dalam hati. "Masa sih Mas Rendra nggak inget? Sepikun itukah dia??"
Nadia rasa belum waktu nya suaminya untuk punya penyakit pikun kecuali Rendra akhir-akhir ini kepalanya terbentur sesuatu. Tapi,
Rendra POV Aduh, mandi malem lagi. Takutnya, kebanyakan mandi malem jadi rematik ntar. Ya tapi gimana? Akhir-akhir ini kesibukan gue luar biasa. Tapi, demi cuan untuk istri dan si buah hati, nggak apa-apa deh gue capek sekarang. Asal masa depan anak dan rumah tangga terjamin. "Massss!!" Aduh, si Nadia. Pasti kebelet pipis lagi. Emang sering gitu tuh dia. Paling nggak bisa liat gue lama-lama di kamar mandi, pasti langsung minta gantian karena dia kebelet pipis. "Sabar, Sayang. Mas lagi sabunan!" teriak gue dari dalem. Gue lanjutin mandi sampe satu menit kemudian, Nadia teriak lagi. "Masss!! Perut aku sakit!!" Gue yang ngedenger itu mendadak panik. Langsung bilas badan dan ngelilitin handuk asal-asalan. Pas gue keluar dari kamar mandi, Nadia udah terkapar di lantai sambil megangin perutnya. Astaga, gue bener-bener ng
Author POV "Sayang, masih ngantuk?" Rendra yang mendengar itu langsung membuka matanya. Nadia tersenyum. Kasihan juga suaminya. Seminggu jadi orang tua, Nadia kerap kali mendapati Rendra yang ketiduran dimana saja. Entah itu saat di meja makan, sedang menonton televisi, atau bahkan saat dia tengah chattingan dengan Jerry! Rena yang suka terbangun tengah malam karena haus atau mengompol, membuat jam tidur orang tua baru ini sedikit berkurang. Dan Rendra adalah tipe orang yang susah untuk tertidur lagi setelah terpaksa terbangun seperti itu. Rendra mengangguk lalu menyesap kopinya. "Kan udah aku bilang, Mas. Biar aku aja yang gantiin popoknya Rena, Mas lanjut tidur aja. Ini malah maksa nemenin aku." "Apa kamu pikir Mas tipe orang yang tega ngeliat istri sendiri begadang kayak gitu sementara Mas asyik lanjutin tidur?" Nadia menyajikan 2 piring nasi gor
Rendra POV "Kan aku bilang juga apa, Mas? Istirahat aja ngumpung lagi nggak lembur, malah ngajak jalan-jalan. Mas tuh bukan robot, perlu waktu buat istirahat. Tumbang juga 'kan akhirnya??" Buset, Nadia. Suaminya sakit gini, malah diomelin. Ya, tapi salah gue juga, sih. Kondisi badan emang lagi nggak fit waktu gue pulang kerja kemaren. Tapi gue paksa sehat-sehatin biar bisa ngajak Nadia sama Rena jalan-jalan. Dan akhirnya, gue tumbang juga. "Jangan ngomel-ngomel mulu, Sayang. Ntar Mas tambah sakit, lho!" bujuk gue biar Nadia berhenti ngomel. Bukannya berhenti, Nadia malah semakin ngeluarin taring. "Siapa yang nggak marah kalo suaminya nggak nurutin omongan istri?! Disuruh istirahat, makan di rumah, malah ngajak makan rawon!" Aw, syerem sekali. Dan gue cuma bisa ngeluarin satu jurus suami buat menenangkan emosi istri. "Ya udah. Mas salah, Mas minta maa
Nadia POV Seumur hidup gue, baru kali ini gue ngerasain gugup yang luar biasa, dan lagi-lagi dengan orang yang sama. Dulu waktu interview, gue juga gugup kayak gini pas masuk ruangannya seorang HRD yang udah jadi suami gue sekarang.Nah sekarang, lagi-lagi gue kudu gugup buat yang kedua kalinya buat ngomong sama Mas Rendra, mau bahas perihal dia yang mau ikut apa enggak terbang ke Malaysia hari Sabtu pekan ini. Pasti deh ada aja alesannya dia buat nolak. Sampai sekarang gue nggak tau alesan dia kenapa ogah banget kalo diajak ke Malaysia. Apa suami gue alergi sama Upin-Ipin? Lagian, Gung! Kenapa mesti jauh banget sih lo nikahnya?! Ya walaupun tiket pesawat sama hotel dia yang bayarin, tapi 'kan harus nyebrang negara juga. Malah repot kudu bawa bayi begini ke pesawat. Belum lagi bujuk Mas Rendra supaya mau ikut. Ya tapi, kalo gue nggak bisa
Author POV Tiga hari sebelum keberangkatan mereka ke Malaysia. Semua keperluan sudah disiapkan mereka berdua, tinggal menunggu hari H nya saja. Mereka akan berangkat hari Jum'at sore, sesuai tiket yang akan dipesan Agung tempo hari. Pernikahan Agung sendiri akan dilaksanakan di hari Minggu di Selangor, Malaysia. Keperluan mereka hanya sedikit memakan tempat di koper, tapi keperluan Rena yang lumayan banyak. Apalagi ini kali pertama bayi mungil itu pergi ke luar negeri. "Enak ya kamu Sayang, belum umur satu bulan aja, udah ngerasain liburan ke luar negeri, abis itu lanjut ke Aceh. Nah, Mama? Baru umur 21 tahun baru dapet kesempatan ke luar negeri kayak begini. Jangankan luar negeri, keluar dari Jakarta aja, jarang banget. Paling jauh ke Puncak, itupun pas Almarhum Eyang kamu hidup. Nasib kamu bagus ya Sayang, anak Mama. Semoga kedepannya bagus terus ya, Aamiin," ujar Nadia yang baru saj
Author POV Seolah Tuhan dan semestanya ingin terus mengingatkan seorang manusia pada rahasia yang ingin ia tutupi. Begitulah sekarang ini cara Tuhan menarik Rendra untuk datang ke Negara ini lagi. Malaysia. Sebuah negara dimana dulu ia memulai rumah tangga yang tak di inginkannya sama sekali. Berpasangan dengan perempuan yang tak pernah ia kenal sama sekali sebelumnya. Menjalin hubungan hampa selama beberapa bulan sampai pada akhirnya secara tak sadar, si perempuan pun hamil. Keduanya pun heran, bagaimana bisa mereka yang awalnya saling tak bertegur sapa walau seatap, lalu tiba-tiba mendapat kabar mengejutkan seperti ini? Si perempuan yang bahagia walau harus mengandung anak dari seorang suami yang tak mencintainya. Diam-diam, ia sudah jatuh cinta dengan lelaki itu saat pertama kali bertemu. Dalam hatinya, ia yakin si lelaki semakin lama akan jatuh cinta juga padanya. Namun perkiraann
Hatinya begitu remuk saat melihat seorang laki-laki yang masih dicintainya hingga sekarang. Namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia tak akan menghancurkan atau berniat menganggu apa yang sudah dimiliki orang lain. Dengan susah payah, Syifa menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Pandangannya kemudian beralih pada seorang perempuan manis yang menyapanya dengan senyum. "Eh, Nadia, dah lama tak jumpe. Kabar baik, ke?" Ya, setidaknya kali ini ia harus berpura-pura agar semuanya baik-baik saja. Selain janji dengan sendiri, janjinya pada Rendra untuk tak mengganggu hidup laki-laki itu lagi, juga harus ia penuhi. Walaupun hatinya kini teramat perih. Seseorang yang dicintainya kini sudah bahagia dengan orang lain. "Alhamdulillah. Oh ya, kemarin sepertinya belum sempet kenalan. Ini suamiku, dan ini anakku Rena." Yang Nadia tak tahu disini adalah, dia sedang
Author POV "Mas pergi sendiri aja ya? Kasian Rena kalau dibawa jalan pasti tambah rewel." Hari ini hari terakhir mereka di Malaysia dan sore ini akan terbang langsung ke Aceh sesuai rencana mereka. Dan pagi ini rencana mereka bertiga akan jalan-jalan sebentar ke pusat oleh-oleh sebagai buah tangan untuk Yuni dan teman-teman dekat mereka di Jakarta. Namun saat melihat Rena yang rewel karena agak demam, terpaksa Nadia meminta Rendra untuk pergi sendiri. "Ya udah deh. Mau Mas sekalian beliin obat nggak buat Rena, Sayang?" "Nggak usah, Mas. Nanti siang juga paling agak mendingan. Rena cuma butuh tidur kayaknya. Dari kemarin 'kan dia kurang tidur." "Oke, Mas pergi dulu kalo gitu." Rendra berjalan keluar hotel sambil memikirkan sesuatu. Permintaan Fahri semalam benar-benar membuatnya bimbang. Ini adalah pilihan antara menyenangkan orang y