Luna sekarang berada diruang tunggu sambil menunggu Papa bram yang sedang berbincang bersama dokter nya Lala.
Air mata Luna jatuh ketika ia mengingat bahwa papa nya lebih sayang sama Lala ketimbang dirinya.
Disaat Luna menangis tanpa sadari ada anak kecil berusia 6 tahun mengampiri nya dan duduk tepat disebelah nya."Kaka cantik kenapa nangis?tanya anak kecil itu kepada Luna. Luna yang terkejut langsung menolehkan pandangan nya ternyata anak lelaki yang memakai baju pasien serta mata nya yang sayu , dan bibir yang pucat.
"Ohh engga kok , kaka engga nangis, ohiya kamu sendiri kok bisa ada disini.
"Raka bosen kak, tiap hari harus berada dalam kamar , Raka pengen nghirup udara Segar makanya Raka jalan - jalan kesini."
"Ohh nama kamu Raka, kenalin nama kaka Luna tapi panggil kak una juga boleh."
Anak kecil itu tersenyum melihat Luna ia pun menjulurkan tanggan nya sebagai salam perkenalan.
"Raka , kalo kaka boleh tau Raka sakit apa."
"Kata mamah , Raka harus di obatin terus sama pak dokter jadi Raka harus nurutin semuaa apa yang dibilang ama pak dokter, biar Raka bisa sembuh."
Mendengar itu membuat Luna merasa iba terhadap Raka.bagaimana bisa anak sekecil ini sudah harus menanggung beban yang begitu berat.
"Raka tau engga Kalo Raka itu persis banget sama superhero."
Anak kecil itu tertawa aneh mendengar Luna mengatakan bahwa dirinya mirip superhero .
"Masa sih kak?
"Iyah , soalnya Raka kuat banget sama seperti superhero selalu kuat dalam keadaan apapun."
"Seharusnya kaka juga jadi superhero, biar kuat kek Raka."
Luna tersenyum karna Raka menyemangati dirinya untuk menjadi Kuat.Tak lama suster datang menjemput Raka.
"Raka, ayo ikut suster kamu harus kembali ke kamar entar kalau mamah tau dia bisa khawatir."
"Yahh..Raka lagi asik ngobrol sama kaka cantik."
"Raka mau buat mamah khawatir , Raka kan masih belum stabil kondisinya, ayo ikut suster."
"Kaka cantik jangan lupain Raka yah, Raka mau ke kamar entar mamah khawatir sama Raka."
"Kaka Luna ga bakal kok lupain Raka, entar kalo Raka sembuh kaka mau ngajak makan eskrim , mau engga?
"Horee mau banget kak,Raka janji deh bakalan sembuh biar kita bisa makan es krim bareng."
Raka melambaikan tanggan nya ke arah Luna sebaliknya Luna pun juga begitu. Semakin Lama Raka sudah tidak terlihat lagi, Tiba- tiba Papa Bram datang menarik tanggan Luna.
"Ikut saya."
"Pah , tanggan Luna sakit jangan ditarik pah."
"Kamu sekarang harus donorkan darah buat Lala."
"Pahh tapi Luna takut ."
"Saya Engga peduli , kamu tuh emang gatau diri berani nya nyelakain Lala."
"Bukan salah Luna pah,Lala yang minta Luna dorong lebih laju trus Luna gamau , tiba- tiba Lala mau mukul Luna dan tak sengaja Lala jatuh dan kepala nya terkena batu."
"Kamu masih bisa mengelak, hanya kamu yang ada disitu dan itu sudah tentu salah kamu ,sekarang pergi donorin darah buat Lala."
Luna mengikuti apa yang dikatakan Papa Bram , Ia mendonorkan darah nya untuk Lala.
Satu jam kemudian...
Luna terbaring di kamar rumah sakit, kepalanya masih pusing tidak ada siapa- siapa disana selain dirinya dan bayangan nya sendiri .
Sedih itulah yang Luna rasakan sekarang .Luna hanya melihat bayangan dirinya yang kesepian bahkan disaat kondisi begini orang- orang terdekat nya tidak ada satu pun yang menemani.
Disisi lain Lala Mulai siuman , Ia melihat ada mama , papa dan galang tersenyum melihat dia siuman.
"Lala akhirnya nak kamu siuman." Ucap mama yang merasa senang melihat putri nya sudah membuka matanya.
"Galang." Satu ucapan yang terlontarkan dalam mulut Lala melihat galang memegang tanggan nya yang begitu erat.
"Iya La , aku ada disini ."
Melihat itu membuat Papa Bram yakin bahwa akan menjodohkan Lala dengan Galang , meskipun sekarang mereka masih SMA tapi papa Bram ingin mereka bertunangan terlebih dahulu.
" Lala apa papa boleh minjem Galang sebentar."
"Yah papa , Lala masih pengen ngeliet Galang."
"Sebentar aja kok ,papa janji deh bakal ngebalikin lagi."
"Janji yah papa awas aja kalo Galang ga di bawa kesini lagi."
Mendengar itu membuat Galang tersenyum kepada Lala. Papa Bram membawa Galang ke depan pintu kamar Lala. Ia pun mengatakan sesuatu kepada Galang.
"Lang ,kamu cinta kan sama Lala?
Satu pertanyaan yang dilontarkan papa Bram untuk Galang. Tanpa mereka sadari ada satu hati yang berharap Galang menjawab tidak untuk nya. Ya, Luna berada tidak jauh dari mereka tadinya ia berinisiatif melihat keadaan Lala tapi ia sudah keduluan melihat Papa Bram berbicara dengan Galang . Bahkan Ia juga mendengar apa yang dikatakan Papa Bram.
"Please lang , jawab tidak." Ucap Luna didalam hati.
"Iya om saya cinta Lala."
Seketika air mata Luna sudah tidak bisa terbendung lagi , perlahan air mata itu pun jatuh ia tidak percaya kenapa Galang begitu mudah mengatakan jika Ia mencintai Lala.
"Om seneng mendengar nya, gimana nanti 6 bulan lagi kalian akan ngadaian acara pertunangan."
"Saya ngikut bagaimana yang baik nya aja om."
Papa Bram tersenyum ke arah Galang , mereka tidak menyadari sama sekali bahwa ada Luna yang mendengar itu semua. Papa Bram kembali ke kamar Lala bersama Galang.
Hampa ? Yaitulah yang dirasakan Luna sekarang. Ia sekarang duduk ditaman sambil menangis. Disaat Luna menangis ada seseorang yang memberinya sebuah tisu.
"Nih ,hapus deh air mata Lo."
Luna menoleh dan ternyata itu adalah Galang.
"Galang kok bisa tau Luna ada disini."
"Ya dong kan insting gue kuat banget kalo sama lo."
Luna mencoba tersenyum bagaimana bisa Galang bersikap seperti ini kepada nya padahal Luna tau jika Galang pasti hanya pura- pura peduli .
"Gausah Lang, ohiya Luna mau pulang dulu , dadah."
"Yaudah gue anter."
"Gausah Galang kan harus jagain Lala ,lagian Luna gapapa kok pulang sendiri di depan kan ada taksi."
Luna tersenyum ke arah Galang dan berjalan menuju taksi untuk pulang.
Galang hanya bisa diam tak berkutik kenapa Luna tiba- tiba berubah kepadanya.Luna menaiki taksi ia juga membuka kaca nya dan melambaikan tanggan ke arah Galang sebaliknya juga begitu Galang melambaikan tanggan ke Luna.Sesampainya dirumah Luna merebahkan dirinya di kamar , ia mencoba menutup matanya sekejap ia tidak ingin melihat dunia nya yang buruk.
Beberapa jam kemudia Lala sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah .
"Huaaa Lala ga betah lama- lama dirumah sakit ,enakkan dirumah bisa ketemu Galang ."
Lala memegang tanggan Galang . Papa dan Mama dari tadi senyum- senyum melihat Galang dan Lala semakin dekat. Luna turun dari tangga ia menghampiri Lala."Lala ...udah sembuh Luna seneng banget."
Luna memeluk Lala tetapi Lala lansung mendorong tubuh nya Luna.
"Gausah sok baik , gue begini karna Lo."
"Kamu siapa yang nyuruh kamu turun dari kamar , jangan ngerusak hari bahagia kami , sekarang kembali ke kamar." Ucap Mama kepada Luna bahkan tidak seseorang pun yang membela nya termasuk Galang. Luna kembali ke kamar nya dari situ ia mendengar canda tawa bahagia mereka tanpa dirinya.
"Ga? aku mau nanya, Luna itu siapa ?""Kamu kenapa nanya kek gitu."Raisa mengacuhkan bahu nya "Entahlah , firasat aku bilang kalo dia itu berarti banget buat kamu!"Arga mendekatkan dirinya dengan Raisa " Dia hanya gadis sederhana , penuh derita dan luka . Dia kesepian , banyak kegelapan yang hadir menutupi warna dalam hidup nya .""Lantas apa karna itu kamu mencari dia?"Arga mengeleng" Tidak , aku mencarinya karena dia hanya butuh seseorang untuk mengobati luka itu , dan aku ingin jadi seseorang yang bisa membuat dia bahagia."Raisa berdecak "Ck, jika aku seperti dia maka lebih baik aku milih mati. Dari pada harus hidup hanya untuk menjadi beban."Arga mengusap rambut Raisa dengan lembut " Tidak ada seseorang yang ingin di anggap sebagai beban."Raisa terdiam mendengar perkataan dari Arga , sementara itu Andre kini mendadak spot jantung . Karen
"Lu-na?" Jujur Galang tidak suka melihat Luna memegang tanggan nya Aldo ."Lang , kita kesana aja yuk! biar ini urusan papa." Lala menarik Galang untuk berpindah tempat , tapi Galang melepaskan tanggan Lala dari dirinya."Kamu aja yang kesana! aku mau di sini ."Lala mendengus sebal , ia menatap Luna dengan tatapan sinis . Sementara itu Aldo pamit ke Dimas , padahal ia ingin berlama-lama di sini tapi keadaan lagi tidak memungkinkan jadi terpaksa ia harus pamit duluan , satu sisi ia ingin menjaga Luna dari orang-orang jahat seperti mereka ."Sorry semua tampak nya kita berdua tidak bisa berlama-lama di sini , btw Mas gue pulang dulu sekali lagi selamat yah buat lo dan istri lo ." Aldo menarik Luna dari sana , melihat Luna hendak pergi Galang berlari menyusul Luna ."Luna tunggu!"Luna menghentikan langkah nya , ia berbalik arah . Ia melepaskan gengaman nya dari Aldo , dan berjala
"Wah kamu cantik banget Lun?" Aldo terpesona dengan kecantikan Luna . Bahkan matanya susah ingin melepaskan pemandangan indah itu .Make up Luna yang sederhana , membuat nya semakin ber aura berbeda dari wanita lain.Luna tampak canggung di tatap terus menerus oleh Aldo " ke-napa ada yang salah dari tadi di lihatin mulu." Aldo mengganguk " Ada yang salah karena kamu terlalu cantik hingga saya tidak bisa mengalihkan pandangan mata saya dari kamu!"Luna tersipu malu , Aldo sepertinya raja ngegombal buktinya saja ia membuat Luna menahan malu karena pipinya kini sudah merah merona ."Yuk kita berangkat." Aldo membuka kan pintu mobil untuk Luna . Di saat Luna hendak memasang sabuk pengaman tiba-tiba saja macet . Aldo yang melihat Luna kesusahan , dengan sigap ia membantu nya bahkan jarak mereka berdua begitu dekat ."Santai saja gausah kaku begitu."Ya ampun , hampir aja gue kena spot jantung gara-gara di Aldo nih gue jadinya kaku seper
Tanggan Luna kini sudah beranjak sembuh , bahkan bekas lukanya sudah tidak ada lagi . Ini semua berkat Aldo yang telaten membantu Luna ketika tanggan nya itu sakit .Hari ini Luna mulai bekerja sebagai model , dari pagi sekali ia sudah bersiap-siap agar tidak telat . Sejujurnya bisa di bilang Luna masih malu dengan apa yang terjadi kemarin , tapi ya sudahlah itu semua terjadi begitu saja apa boleh buat bukan?Sebelum pemotretan di mulai Luna terlebih dahulu berganti pakaian yang sudah di tentukan . Luna tampak begitu cantik , dan anggun . Aldo yang dari tadi terdiam , ia pangling melihat kecantikan Luna .Luna di arahkan untuk beberapa pose pemotretan , padahal ini baru pertama bagi Luna tapi ia tidak tampak begitu kesulitan . Semua arahan dari Aldo dapat di pahami Luna dengan baik .Luna begitu menawan saat pemotretan , bahkan Aldo salut kepadanya karena ia sudah seperti berpengalaman di bidang modeling .
"Luna , tolong buka pintunya." Sudah hampir setengah jam Aldo memencet bel apartemen tapi Luna tak kunjung juga membuka kan pintu.Tadinya ia berniat untuk menemani Luna tapi karena gadis itu menolak permintaan dari dirinya , dengan terpaksa ia berpura-pura pergi . Sebenarnya dia dari tadi berada di dalam mobil karena khawatiran nya semakin menjadi ia nekat menemui Luna.Hati Aldo semakin gelisah , ia baru saja mengingat kode apartemen yang dia gunakan . Dan benar pintu nya terbuka.Aldo melangkahkan kaki nya menuju arah kamar , tidak terlihat ada Luna tapi ia terkejut dengan adanya tetesan darah . Ia terus mengikuti arah tetesan darah itu , sontak saja Aldo menjadi terkejut melihat keadaan Luna."Luna."Gadis itu membuka matanya " kamu.""Bertahan lah , saya akan membawa kamu ke rumah sakit."Ketika Aldo hendak mengangkat tubuh nya tapi di cegat oleh Luna."Tidak usah!""Ta-pi kan tanggan kamu-""Biarkan saja , a
Luna yang tadinya ingin membeli kartu tapi tidak jadi karena kejadian barusan. Ia sekarang duduk di dalam apartemen nya , sedangkan Aldo tadi ingin menemani Luna tapi Luna tidak ingin di bilang macam-macam jadi ia meminta Aldo pulang terlebih dahulu."Hiks__kamu tega banget sih Lang , kenapa kamu bilang aku jalang." Luna masih syok dengan apa yang di katakan Galang ."Aku pikir kamu orang yang bisa paling mengerti aku Lang , ternyata aku salah."Prak!Luna menjatuhkan sebuah pot bungga , lalu ia mengambil pecahan kaca , sedikit demi sedikit ia menyayat tubuh nya . Sebenarnya bukan untuk pertama kali Luna seperti ini , sudah beberapa kali . Bukan Luna namanya jika tidak bisa menyembunyikan hal apapun agar tidak ketahuan.Goresan demi goresan ia mulai mengukir di tanggan nya , sakit itu tidak sepadan dengan apa yang di katakan Galang . Lelaki yang ia cintai , yang ia percaya just