Share

I'M NOT HER

Bab Satu: I’m Not Her

Selama ini impian Ashley dalam bekerja hanyalah satu, yaitu bisa dengan tenang mengerjakan jobdesk-nya tanpa harus ada side job lainnya. Datang ke kantor di pukul delapan dan pulang jam lima sore seperti layaknya pegawai yang rajin. Kalaupun ada lembur, setidaknya hanya beberapa jam saja, selebihnya dia bisa pulang dan bermanja-manja dengan bantal guling dalam rumah kontrakannya.

Namun, impian itu jelas hanya sekedar angan-angan Ashley. Karena menjadi sekretaris pribadi Noel dan merangkap sebagai tangan kanan lelaki yang dikenal sebagai The Sexiest CEO itu tidaklah mudah. Dia harus berkutat dengan pekerjaan bersamaan dengan hobi lelaki yang anti-mainstream itu.

Seperti sekarang contohnya. Dia harus tergesa-gesa berjalan menuju loby kantor dengan sepatu tinggi berwarna abu-abu yang senada dengan blazer dipakainya. Di tangannya memegang tablet putih sambil sesekali menjawab sapaan ramah dari para karyawan Big Bang.

Ugh! Dasar bos menyebalkan. Lagi-lagi aku harus mengurus ini semua! Bisa tidak dia dalam sehari saja membuatku tenang dalam bekerja? Kenapa harus aku lagi, aku lagi?

Ashley terus menggerutu dalam hati. Saat lift mulai membawanya turun ke bawah dan belum sampai semenit sudah sampai karena dia hanya turun dua lantai saja. Pintu terbuka dan dia melihat kegaduhan di loby. Sesuai seperti apa yang dibayangkan.

Seorang wanita seksi dengan riasan mewah dan lisptik merah tengah ditenangkan oleh seorang security yang bertugas sore ini. Ada satu lagi perempuan yang Ashley kenal sebagai resepsionis ikut berbicara dengan nada tenang sementara wanita berpenampilan mencolok itu terus marah-marah.

“Panggilkan saya boss kalian!” titah wanita memakai dress biru langit yang ditutupi dengan outer hitam mahal.

Resepsionis dan satpam saling pandang seolah mereka sudah kehabisan akal untuk menjawab perintah yang diulang-ulang itu. Tak ada pilihan lain bagi Ashley kecuali mempercepat langkahnya hingga sekarang berada di dekat tiga orang tersebut.

“Mohon maaf … Pimpinan perusahaan kita sedang tidak ada di tempat,” kata Ashley tak lupa dengan senyum manisnya.

Wanita itu melemparkan tatapan sinis pada Ashley. Namun, Ashley tidak ingin menundukkan wajah atau membuang arah tatapannya. Dia balas menatap perempuan yang dia ketahui namanya Marry itu. Tentu saja Ashley tahu perempuan yang mencari Noel karena dia lah yang membuat Noel terhubung dengan perempuan itu.

“Kalian bohong, kan?” tanya Marry dengan tatapan penuh curiga.

“Lebih baik anda jangan membuat keributan disini. Ini masih jam kerja dan kehadiran anda sudah mengganggu aktifitas kami,” kata Ashley dengan tegas.

“Saya kesini hanya ingin bertemu dengan lelaki pengecut itu!” bentak Marry tak segan-segan.

Ashley menelan ludah dan menahan kesabarannya. Ia terus tersenyum berkelas tanpa merasa terintimidasi sedikitpun.

“Sekali lagi saya minta maaf. Kalau anda ada keperluan dengan Pak Noel, maka anda harus mengatur jadwal terlebih dahulu,” jelas Ashley lagi dengan sabar.

“Noel?” ulang Marry.

“Benar.”

Detik berikutnya Ashley menangkap ekspresi skeptis dari raut wajah Marry. Inilah yang dia tunggu-tunggu.

“Yang saya cari namanya bukan Noel. Namanya William,” koreksi Marry dengan suara mulai rendah.

“William?” tanya Ashley pura-pura tidak mengerti. “Maaf, Bu … di kantor kita tidak ada pegawai yang bernama William dan tentu saja boss kita bernama Pak Noel Anderson,” jelas Ashley lagi.

Marry merasa sangat malu sekarang. Bagaimana bisa dia sudah salah alamat untuk marah-marah di kantor orang lain. Ia langsung menghentakkan kaki dan merapikan rambutnya dengan gelisah dan berusaha terlihat tidak malu sama sekali.

“Dasar lelaki brengsek! Dia mengaku sebagai CEO di Big Bang Group!” gerutu Marry merasa sudah dipermalukan.

Ashley hanya diam dan membiarkan Marry menikmati rasa bersalahnya.

“Ya sudah. Sorry, karena sudah mengganggu!” ketus Marry lalu membalikkan badan dan berjalan cepat menuju pintu keluar diiringi oleh satpam kantor.

Ashley menghela napas lega dan memegang dadanya. Masalah akhirnya terselesaikan.

Dasar Noel! Kesalnya dalam hati.

Saat Ashley ingin kembali menuju lift, dia melihat resepsionis muda yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersilang di depan.

“Lain kali kalau ada masalah seperti ini, tolong selesaikan dengan baik! Jangan sampai ada keributan lagi!” peringat Ashley dengan sangat tegas.

“Baik, Bu. Maafkan saya,” ucap resepsionis itu tanpa mengangkat wajahnya.

Ashley mengernyit sambil membaca sederet huruf di bagian name tag. Barulah dia sadar kalau gadis itu baru saja bekerja di Big Bang, wajar kalau belum cekatan.

Sambil mendengkus napas kasar, Ashley tidak menjawab dan menuju lift. Dia harus bertemu dengan Noel dan meluapkan kekesalannya pada lelaki yang selama ini selalu membebaninya dengan masalah absurd seperti ini.

*

Di ruangan CEO. Noel duduk menyandar di kursi putarnya sambil mendengarkan lagu lewat earbuds putih miliknya. Tidak ada sedikitpun di wajahnya merasa bersalah karena sudah membuat sebagian orang panik akibat ulahnya.

Pintu ruangan tiba-tiba dibuka dari luar. Noel hanya melihat lurus ke depan dan memerhatikan bagaimana Ashley yang masuk dengan wajah merah karena kesal.

“Sudah beres?” tanya Noel tanpa dosa.

Brak! Ashley meletakkan tablet di atas meja kerja Noel dengan kasar dan menatap tajam bossnya.

“Bisa tidak Pak Noel tidak ceroboh seperti itu?!” tanya Ashley dengan tegas.

Noel hanya mengedikkan bahu dan menjawab, “Aku mabuk dan tidak sadar sudah mengatakan kalau bekerja di sini.”

“Beruntung dia tahu kalau nama yang anda pakai adalah William. Bagaimana jadinya kalau dia tahu nama asli anda?” geram Ashley lagi.

“Yang penting masalah sudah selesai, kan?”

“Tidak semudah itu, Pak! Hampir saja nama baik Pak Noel hancur hanya karena hobi yang tidak ada untungnya ini”

Noel tersenyum miring. Dia tidak menyesal sedikitpun atas kejadian yang membuat keributan di loby tadi.

Kebiasaan Noel selama ini sebagai lelaki yang suka meniduri beberapa gadis yang diinginkannya benar-benar sangat buruk. Bahkan terkadang dia meminta Ashley untuk mencarikan gadis yang dia mau. Ashley tidak memiliki jalan lain kecuali menuruti permintaan bossnya karena bonus yang dia dapat sangat tinggi setiap kali selesai mengerjakan tugas rahasia dari bossnya tersebut.

“Makanya … kalau ingin semuanya aman dan baik-baik saja, seharusnya yang bermain denganku itu adalah kamu, Ash.” Noel tersenyum usil sambil menatap lekat Ashley.

Tentu saja Ashley akan mendengus dan menatap sinis Noel. Dia dengan tegas menjawab, “I’m not her, Sir.” Lalu pergi keluar dan meninggalkan Noel di ruangannya setelah membanting pintu dengan keras.

Noel hanya tertawa pelan melihat reaksi Ashley yang menggemaskan menurutnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status