Share

Part 4. Friend with Benefit Only...

"Menerima kasus baru?" Aku sudah dimobil Joshua sudah menjemputku untuk makan malam Jumat sore.

Ya, aku kalah oleh bayangan celana ketat Belyakov. Dan dia tersenyum senang melihatku sudah memakai gaun terbaikku di sore cerah musim panas ini untuk pertunjukan istimewa Ballet Bolshoi di Royal Opera House, London.

Dan aku diam cukup lama sehingga dia menarik kesimpulan aku tengah berpikir keras saat ini. Aku akan memutuskan apa aku akan menerima kasusnya Anna Bowen Selasa minggu depan.

"Hmm ... ada satu orang menemuiku, kasusnya berat, mungkin aku tak bisa menang dengan jalan biasa. Tapi dia menawarkan jumlah yang sangat impresive untuk dilewatkan."

"Kau biasanya selalu optimis, kenapa kali ini kau kelihatan mundur..."

"Karena kedua pasangan itu berumur hampir 60 tahun. Dan suaminya tidak ingin melepaskannya."

"What! What the hell they are thinking..." Aku tertawa mendengar keheranan Joshua. Sama seperti aku yang tak percaya saat pertama kali menerima Anna.

"I truly don't know. Heaven maybe... " Aku tertawa. Dan kemudian kembali terdiam.

"Mereka menggelikan bukan Josh... Kenapa mereka ingin menikah begitu lama kemudian saling berpisah." Kadang setelah begitu banyak melihat dan mengalami hal-hal luar biasa dalam kasus perceraian, aku kini melihat pernikahan berbunga-bunga dengan kesan putih suci itu sebagai sesuatu yang "menggelikan".

"Kau terlalu banyak melihat kisah tragis Honey, ... Orang tuaku tetap bahagia sampai sekarang. Mereka contoh yang baik, kapan-kapan aku akan mengajakmu bertemu mereka, kau akan merasa lebih baik setelahnya."

"Mungkin kau benar Josh, aku terlalu banyak berpikir buruk. Tapi semua yang ada disekelilingku adalah cerita hubungan yang tak berhasil... " Aku cuma tersenyum kecil. Joshua menatapku yang sedang melamun ditengah jalanan London.

“Sayang, berhasil atau tidaknya adalah pilihandan usaha yang dibuat, orang yang tak berhasil adalah jika mereka berenti berusaha. Aku pribadi tak akan menyerah dengan keluargaku.” Kata-katanya membuat aku menatapnya. Mungkin Josh tak sama dengan bajingan-bajingan itu. Mungkin selama ini aku yang terlalu pengecut untuk mencoba.

"Aku akan mengajakmu makan... pertunjukannya baru mulai jam setengah delapan, kita bisa sedikit makan dulu."

"Hmm, baiklah... " Senyumnya langsung merekah dan Josh memacu mobil dengan bersemangat. Aku bertanya-tanya ketika dia memasuki The Savoy Hotel.

"Josh, kenapa kita kesini. Disini sangat mahal, kenapa tidak makan direstoran biasa. Kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa kan?"

"Tidak, kita cuma merayakan takluknya kau dengan celana ketat Belyakov." Dia tertawa keras. Aku merona, dia mengodaku sampai aku merasa malu. Aku cuma mengagumi ketampanan penari itu. Dia menatapku kemudian dan menemukanku tersenyum lebar dengan wajah panas.

"Aku hanya ingin minta maaf soal Monaco, biarkan aku membayarnya malam ini Honey. Lagipula ini sangat dekat dengan Royal Opera House." Josh menatapku dengan senyum kecil. Aku berdebar menatap matanya yang berkilau ditengah matahari sore London. Dia terkadang memang bersikap sangat manis, walaupun dia tahu aku cuma menganggapnya sebagai teman dekat.

"Manis sekali, ... kau sedang merayuku? Kesalahanmu waktu itu tidak mudah dimaafkan." Dia kembali menyeringai lebar. Namun kali ini dia mendiamkanku.

"Aku tahu... " kali ini dia berbicara dengan pelan.

Aku tersentuh dengan sikap manisnya. Kadang aku bertanya selama setahun kami punya hubungan teman khusus ini, kenapa dia ingin stay tanpa status denganku. Dia punya banyak wanita mengejarnya. Dia bisa mendapatkan siapa saja. Satu kali aku pernah bertanya. Lagipula dia sudah berusia 35 tahun, sangat siap untuk sebuah keluarga.

"Aku hanya nyaman bersamamu. Kupikir ini hubungan paling tenang yang pernah kujalani. Kita tak terikat apa-apa hanya sebagai teman, tapi tak masalah, waktuku bersamamu dihabiskan dengan baik. Hanya saling perduli satu sama lain. Itu sudah cukup." Jawapan diplomatisnya membungkamku. Aku hanya tak ingin dia berharap terlalu banyak padaku saat aku menanyakan itu.

Dan sekarang dia memanjakanku di sebuah restoran terkenal di London. Kaspar's at the Savoy.

Dia dengan manis memanduku ke reservasi meja kami. Dia tampaknya merencanakan ini dengan baik. Baiklah, mungkin dia bersungguh-sungguh minta maaf karena telah merusak liburan kami.

"Charlotte, aku membelikan sesuatu untukmu di Brussel." Aku memandangnya dengan penasaran. Setelah ticket Bolshoi, makan malam di Savoy, apa lagi kejutan yang dia punya.

"Aku belum pernah memberikanmu sesuatu, jadi ini hadiah pertamaku." Dia memberikan sebuah kotak Tiffany & Co padaku.

"Josh,... kau tak perlu melakukan ini. Ini terlalu besar..." Aku tak berani membuka hadiah itu.

"Aku pasti membuatmu menangis di Monaco, maafkan aku. Jadi ini permintaan maafku. Kau harus menerimanya."

"Kita tak punya komitmen apapun. Aku tahu itu, aku hanya bereaksi berlebihan saat periode hormonalku buruk, jadi ini terlalu besar. Mungkin saat itu aku terlalu terbawa perasaan ..."

"Aku ingin memberimu sesuatu. Kau tak bisa menolaknya... " dia mengangsurkan lagi kotak hitam itu ke depanku. "Bukalah..." matanya birunya menatapku. Kenapa dia bersikap manis sekali hari ini.

Aku menatap Joshua, jariku bergerak membuka kotak kecil itu. Saat kotak itu terbuka sebuah kilau indah membuatku terpesona. Dia memberiku sebuah kalung dengan liontin desain bunga berlian dan tamarind stone. Desainnya sangat indah.

"Wow, ... " cuma itu yang bisa kuucapkan.

"Kau menyukainya?" Dia tersenyum melihat ekspresiku.

"Sangat cantik."

"Mau kupakaikan..."

"Sekarang?" Aku menatapnya dengan masih tak percaya, matanya birunya berkilau. Aku tak bisa melepas mataku darinya.

"Kau akan terlihat cantik memakainya..." Dia bergerak dan berdiri dibelakangku. Aku mengangkat rambutku. Dia mengambil kalung itu dan memakaikannya dari belakang.

"Now you look like princess.... "

"Thank you Josh." Mukaku panas. Entah kenapa dia melakukannya.

"And now you are blushing." Dia tak melepas pandangannya. Aku tertawa seperti anak remaja yang terlalu riang karena mendapatkan hadiah.

Makan malam itu berlalu dengan baik dan kali ini dia tidak tertidur di pertunjukan balletnya. Mungkin karena pertunjukkan kali ini cukup menarik. Aku tak bisa melepas mataku dari panggung menikmati kisah cinta Kitri dan Basil yang manis. Dan berbinar-binar melihat Belyakov yang tampan. Akhir pekan yang indah setelah menangis dengan kecewa pada pekan sebelumnya.

"Josh, terima kasih untuk malam ini. Ini sempurna." Aku mengucapkan terimakasih dalam perjalanan pulang bersama Joshua. Dia cuma tersenyum.

"Aku senang melihatmu bahagia..." dan dia terlihat begitu tampan malam ini.

Dia sampai di apartmentku. Aku mengigit bibirku, aku menginginkan satu hal lagi darinya malam ini.

"Josh, ..."

"Apa? kita sudah sampai ... Masuklah." Aku memegang lengannya. Aku menginginkannya bersamaku saat ini.

"Stay with me." Dia diam melihatku. Meraih pinggangku, dan mengecup bibirku, aku membalasnya seperti biasa. Dia dan ciumannya yang selalu manis dan menyenangkan.

"Nampaknya Belyakov tampan itu mempunyai pengaruh yang besar padamu... " Aku tertawa kecil. Jantungku berdebar dengan antusias. Mata birunya menyihirku, aku menciumnya lagi. Memejamkan mataku kali ini menikmati ciuman kami.

"I want you Josh, not Belyakov..."

"You will always get what you want from me Honey. Come." Dia keluar mobil dan membuka pintu mobil, meminta tanganku. Dan aku menyambutnya dengan tersenyum lebar.

"Josh..." dia tidak menunggu untuk menciumku setelah aku menutup pintu apartmentku. Menekanku ke dinding dan membuat tubuhku mendambakan lebih banyak lagi. Melarikan bibirnya di sepanjang leherku sementara aku menyebutkan namanya.

"Honey, ... you look stunning." Dia menciumku lagi dan tangannya bermain di puncak dadaku. Aku menggeliat merasakan gairahnya menekanku.

"I want you now Josh.. " Dia menaikkan alisnya. Segera membopongku ke ranjang, melemparkan aku keatasnya dan melepas kemejanya. Aku menahan napas sambil menggigit bibirku, aku selalu suka pahatan tubuhnya. He was ready down there and I can't hold my self not dripping wet. Dia menarikku berdiri, menghadapkan ku kebelakang menaruh bibirnya di tengkukku dan aku tercekat karena lidahnya yang menggoda, tangannya bergerak melepas gaunku dengan cepat.

“Sweetheart, ...” Napasnya sama memburunya denganku. Kekecewaanku di Monaco membuatku menginginkannya lebih banyak. Aku tak sabar untuk merasakan dirinya ada didalamku. Merasakanku dikuasai sesaat, menyerah padanya, memejamkan mataku saat dia melakuan segalanya diatasku. Aku bisa merengkuhnya dalam pelukanku dengan erat saat gelombang itu datang menerpa dan bersamanya selalu terasa memuaskan.

Kami berdua terengah menenangkan diri dan dia berguling ke sampingku. Aku menatap langit-langit kamar. Tadi benar-benar berbeda.

"Charlotte, saat di Monaco. Apa kau cemburu? Aku akan mengaku.... memang melakukannya dengan sengaja sebenarnya ...untuk melihat reaksimu ... dan hasilnya diluar perkiraanku." Dia berguling kerahku dan bertopang tangan menatapku.

"Apa?! Sengaja? Kau membuatku marah,... aku tahu aku tak berhak melarang dengan siapa kau berhubungan. Tapi itu di liburanku, kau pergi denganku... Aku merasa tak berharga dan tak punya seseorang untuk dipercayai."

"Kau ingin punya kendali untuk melarangku?" Aku terdiam. Apa Josh ingin mengatakan bahwa aku bisa memintanya bersama dengannya.

"Josh, aku sudah pernah mengatakannya. Kau bisa menemukan yang lebih baik dariku. Aku tak ingin mengikat siapapun. Dan kurasa kau terlalu baik..." aku tersenyum padanya sementara dia tidak melepas matanya dariku.

"Bagaimana kalau kukatakan mungkin aku jatuh cinta padamu... " Aku terdiam. Jadi sikapnya yang manis ini, karena dia ingin membuat pengakuan cinta ini.

"Josh, kau tahu aku tak ingin sebuah pernikahan. Aku tak mempercayainya..."

"Kau bisa belajar mempercayaiku, apa selama ini aku pernah mengecewakanmu?"

"Kau tahu semua orang memulainya seperti itu, sebelum mereka bertemu di pengadilan dan saling membenci satu sama lain. Aku tidak percaya cinta Josh, aku mungkin nyaman bersamamu, merasakan detakan jantungku, menginginkanmu, tapi aku tak percaya cinta. Aku bukan gadis manis Josh, aku pengacara perceraian paling diperhitungkan di UK dan aku melihat cinta sebagai reaksi kimia membingungkan. Dan aku telah melewati banyak hal yang menyebabkan aku tidak mempercayai cinta dan pernikahan. Tidakkah kau sadar itu. Kau punya sangat banyak pilihan yang lebih baik dariku." Kalimat panjang itu kukatakan dengan cepat. Josh hanya diam mendengarnya.

"Josh, kumohon jangan jatuh cinta padaku... Kau terlalu baik untukku." Aku menyentuh wajahnya dengan telapak tanganku.

Dia memegang tanganku. Menciumnya. Membuatku merasa kasihan karena dia harusnya tak mengharapkanku terlalu banyak.

"Tidurlah Charlotte, kita sudahi pembicaraan ini."

"Aku bersungguh-sungguh atas perkataanku Josh. Jangan jatuh cinta padaku." Dia hanya tersenyum sekarang.

"Aku tahu, aku selalu akan menjadi teman baikmu. Tidurlah...." Aku memejamkan mata dengan pelukan Joshua dibelakangku. Dia merapikan rambutku, memainkannya sehingga aku tertidur. Dia sangat baik. Aku tak bisa membiarkan pria penuh cinta seperti dia berakhir denganku.

Complicated bagimu? Bahkan akupun binggung bagaimana menjelaskannya. Aku terlalu takut berakhir seperti Ibuku, dia begitu menderita dan tak pernah jatuh cinta lagi atau mereka yang memakai jasaku untuk saling menyakiti satu sama lain. Ini karmaku. Entahlah. Mungkin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status