Share

Meeting

last update Last Updated: 2021-08-19 16:49:20

Kini mereka berdua sudah sampai di kampus Ailisha. Gadis itu langsung pergi ke kelasnya, karena hampir terlambat. Sementara itu, Shevandra juga bergegas pergi ke ruang rapat, karena sebentar lagi rapat tersebut akan dimulai. Ia tak bisa membuat semua orang menunggu. 

“Ily!” sapa teman sekelasnya.

“Hai!” sapa Ailisha dengan canggung.

  Ailisha merasa jika ada sesuatu yang salah di sini. Mereka bertemu hampir setiap hari dan tidak biasanya mereka begini kepada gadis itu. Memang tak ada salahnya. Hanya saja ia merasa jika ada sesuatu yang tidak beres kali ini. Mereka adalah Lia dan teman-temannya. Ailisha tak terlalu kenal baik dengan para gadis itu. 

“Lo kok tumben telat datangnya?” tanya Miera.

  Miera adalah sahabatnya selain Arga. Kebetulan mereka berdua satu jurusan, jadi sering bertemu. 

“Enggak tau,” kata Ailisha.

“Loh?!” balas gadis itu.

  Ailisha tak ambil pusing soal Lia dan teman-temannya tadi. Mereka hanya menyapa. Tak ada salahnya. Mungkin terasa sedikit aneh, tapi itu bukan apa-apa. Dengan cepat, Ailisha melupakan semua hal yang terjadi hari ini. Seolah tidak terjadi apapun tadi. Termasuk soal Shevandra tadi. Begitu ia bangun tidur, ia beranggapan jika dirinya langsung berada di kelas ini. Gadis itu benar-benar memusatkan seluruh perhatiannya saat kelas sedang berlangsung. Ia telah berjanji kepada dirinya sendiri unttuk meningkatkan nilainya pada semester ini. 

  Kelas baru selesai sekitar jam setengah sebelas pagi. Kini Ailisha sedang dalam perjalanan menuju kantin untuk makan siang bersama dengan Miera. Mereka berjalan beriringan di sepanjang jalan. Hari ini ia tak bersama Arga. Padahal ada hal yang perlu ia tanyakan soal Shevandra kepada pria itu. Namun sejak tadi pagi, Ailisha sama sekali belum melihat batang hidung pria itu.

“Lo mau makan apa?” tanya Miera.

“Makan nasi goreng aja deh!” jawab gadis itu.

  Sembari menunggu pesanannya selesai dibuat, Ailisha dan Miera sibuk berbincang tentang berbagai hal yang terjadi belakangan ini. Mereka tampak asik dan menikmati obrolannya saat itu. Sampai tiba-tiba Arga muncul entah dari mana.

“Woy!” sahut Arga.

  Kedua gadis itu tak membalasnya sama sekali. Mereka hanya menetap pria itu dengan sinis, sambil mengumpat di dalam hati. Bagaimana pun juga, pria itu telah membuat kesalahan. Yang pertama, ia telah membuat mereka kaget. Kedua, Arga telah memotong pembicaraan mereka dan yang terakhir, pria itu sama sekali tidak meminta maaf atau bahkan merasa bersalah sedikitpun. 

“Arga!” sahut Ailisha.

  Pria itu menaikkan salah satu alisnya, tanpa berkata sedikitpun. 

“Lo harus jelasin soal yang kemarin,” ujar Ailisha dengan datar.

“Emangnya kemarin kenapa?” tanya Miera penasaran.

“Lo emangnya harus banget ya ninggalin gue di café sendirian?!” pekik Ailisha.

“Ya, habis lo kebo sih!” balasnya acuh tak acuh.

“Gue udah berkali-kali coba buat bangunin lo, tapi lo malah asyik molor,” ucapnya secara gamblang.

  Sontak hal itu membuat tekanan darah gadis ini menonjak tajam. Amarahnya sudah tak terbendung lagi. Emosinya sudah berada di puncak ubun-ubun. 

“Wah, parah sih lo!” 

“Masa lo gitu sama sahabat lo. Dia cewek loh!”

  Miera ikut menimpali perkataan Ailisha tadi. Di sisi lain, posisi Arga semakin terancam. Bagaimana bisa ia menang melawan dua orang sekaligus seperti ini. 

“Siapa bilang gue tinggalin dia sendirian!” ucap Arga dengan cepat.

  Bagaimana pun juga, ia tetap harus melakukan pembelaan kepada dirinya sendiri. Dengan begitu, ia tak akan dicap salah sepenuhnya. 

“Maksud lo?” tanya Miera.

  Sepertinya hanya gadis itu yang satu-satunya terlihat kebingungan di sini. 

“Udah-udah! Enggak usah dibahas lagi,” ujar Ailisha.

“Kesel gue lama-lama!” lanjutnya.

“Ya, maaf….” ucap pria itu dengan nada memelas. 

  Arga memang salah di sini dan ia telah mengakui kesalahannya. Namun, tetap saja ia tak ingin kalah dengan kedua gadis itu. 

“Tapi, gue bakalan tetap minta penjelasan dari lo!” batin Ailisha.

  Tak lama kemudian, pesanan mereka telah datang. Permasalahan itu menghilang bersamaan dengan habisnya makan siang mereka. Namun, Ailisha masih tetap mengingat satu hal. Ia tak akan melepaskan pria ini begitu saja sebelum ia menjelaskan semuanya. Mulai dari bagaimana mereka bertemu dengan Shevandra, hingga bagaimana Ailisha bisa sampai bersama pria itu. 

“Habis ini lo masih ada kelas nggak?” tanya Arga.

“Baru masuk jam tiga nanti sih. Kenapa emangnya?” balas Ailisha.

“Bagus deh kalau gitu!” kata Arga.

“Nanti habis ini lo ikut gue ke ruang rapat,” jelasnya.

“Eh, ngapain? Kan gue enggak ikut-ikutan,” ucap Ailisha dengan panik.

  Jelas dirinya panik. Bagaimana tidak, ia sama sekali tak ada urusan dalam rapat tersebut. Jadi, untuk apa ia ikut pergi ke sana? Yang ada nanti dirinya malah mengacau saja.

“Mau ngapain sih emangnya?” tanya Miera.

  Ailisha ikut mengangguki perkataan gadis itu. Ia tampak menunggu jawaban dari pria ini sambil harap-harap cemas.

“Kalau lo mau ikut juga gak apa-apa kok. Sekalian temenin Ailisha nanti,” jelas Arga.

  Sejauh ini, Ailisha sama sekali belum bisa menangkap apa poin pentingnya di sini. Arga terlalu bertele-tele dalam menjelaskan. Tidak langsung ke inti permasalahannya saja.

“Ya udah, kita ikut Arga aja. Dari pada gabut kan?” ujar Miera.

“Nah, bener tuh!” sambung Arga.

  Pria itu merasa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Miera tadi. 

“Ya udah deh iya!” ucap Ailisha dengan terpaksa.

  Arga hanya menyuruh mereka untuk duduk di luar ruangan sambil menunggu rapat selesai. Kata pria itu, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Ailisha setelah selesai rapat. Katanya ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan gadis itu. Tapi sampai sekarang, Arga bahkan belum memberitahu siapa orangnya. Hal itu lantas membuat Ailisha bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Bagaimana jika ia akan mendapatkan masalah setelah ini. Pria itu terlihat berusaha untuk menutup-nutupi semua ini dari Ailisha. Ia tak menjelaskannya secara tuntas. Sehingga membuat Ailisha merasa panik.

  Sudah hampir satu jam mereka menunggu di luar. Namun sampai saat ini, rapatnya sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan segera selesai. Entah hal apa yang sedang mereka bicarakan di dalam sana. Yang pasti itu adalah hal yang serius. Jika tidak penting dan serius sama sekali, maka tidak perlu diadakan rapat seperti ini. Cukup didiskusikan saja.

  Ailisha mulai merasa bosan. Begitu juga dengan Miera yang tak jauh beda dengannya. Mereka sepakat akan meninggalkan tempat ini jika dalam waktu tiga puluh menit ke depan rapatnya belum juga selesai. Mereka tak peduli jika nanti Arga akan memarahinya. 

  Lagi pula Arga tidak memberitahu dengan jelas dengan siapa ia akan bicara nanti dan jam berapa rapatnya akan selesai. Arga hanya bisa membuat mereka menunggu di sini sampai tulang punggungnya terasa sakit sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I See U in the Past   Condition

    Apa yang terjadi hari ini benar-benar berada di luar ekspektasinya. Shevandra sama sekali tidak pernah mengira jika hal semacam itu akan terjadi. Mulai dari kabar Ailisha kecelakaan, hingga ia harus terpaksa tetap berada di rumah sakit sampai larut malam.Padahal sebelumnya ia berencana untuk tidak berlama-lama di sini. Sebelum matahari keluar dari sarangnya esok hari, ia harus sudah sampai di Seoul lagi. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Tidak apa-apa. Shevandra tidak akan menyalahkan Ailisha atau siapa pun itu.“Sepertinya dia datang kemari sendirian,” gumam pria itu sambil menyantap makan malamnya.Sekarang ia tengah berada di kantin rumah sakit. Shevandra tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Seperti yang sudah ia katakan beberapa saat lalu, jika dirinya akan selalu berada di sisi gadis itu. Paling tidak sampai ia sembuh dan bisa merawat dirinya sendiri.“Tapi, kenapa mendadak Ailisha datang kemari?” tanyanya.

  • I See U in the Past   UGD

    Beruntung kondisi jalanan hari ini tidak begitu padat. Sehingga mobil pria itu bisa langsung menuju ke rumah sakit yang dimaksud dalam waktu yang lumayan cepat. Begitu sampai, Shevandra langsung menepikan mobil miliknya di parkiran rumah sakit.Dengan langkah yang tergesa-gesa, nyaris seperti berlari ia pergi ke dalam. Sementara itu Tiodora hanya bisa membuntuti langkahnya dari belakang. Bagi gadis itu akan sulit untuk menyamakan posisinya dengan Shevandra. Sebab pria itu bisa bergerak dengan begitu cepat. Langkah yang ia ciptakan panjang, berbeda dengan Tiodora.“Permisi, boleh aku tahu dimana korban kecelakaan pewasat tadi ditempatkan?” tanya Shevandra kepada salah satu perawat yang kebetula sedang lewat tepat di hadapannya.“Oh, mereka ada di bangsal sebelah kiri ini. Sisanya berada di ruang UGD karena masih belum sadarkan diri juga sampai sekarang,” jelas perawat tersebut sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.Shevandra dan Tio

  • I See U in the Past   Driving

    Perjalanan mereka baru dimulai tepat setelah jam makan siang selesai. Kebetulan hari ini tidak ada rapat sama sekali. Selain itu pekerjaan Shevandra juga tidak banyak-banyak amat. Dia masih bisa menyelesaikannya nanti setelah urusannya di sana selesai. Pria itu sama sekali tidak berencana untuk menetap di sana selama beberapa hari ke depan. Mungkin nanti malam ia juga sudah kembali ke Seoul. Sebab, besok ada audisi tahap dua yang akan langsung ditangani olehnya.Selaku pemilik perusahaan, Shevandra berhak untuk memilih calon pekerjanya. Tentu saja hal ini berkaitan dengan kualitas serta eksistensi perusahaannya nanti. Masa depan perusahaan ini tidak hanya berada di tangan Shevandra sendiri. Juga melainkan para pekerja di depan layar.Mereka yang bekerja di belakang layar hanya memiliki potensi yang sangat kecil utuk memcemarkan nama perusahaan. Sebab, mereka tidak akan pernah disorot oleh media. Jangankan disorot. Publik saja tidak mengenal mereka. Karena memang para s

  • I See U in the Past   Urgent

    BREAKING NEWS“Sebuah pesawat dengan nomer penerbangan berikut ini telah melakukan pendaratan darurat di pesisir laut Busan. Pesawat dari Jakarta dengan tujuan Incheon tersebut terpaksa mendarat darurat karena kesalahan sistem yang masih belum diketahui sampai saat ini. Dua orang awak kabin dan satu orang penumpang dikabarkan mengalami kondisi kritis dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, penumpang lainnya hanya mengalami luka-luka biasa. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.”Shevandra masih berada di kantor saat ini. Ia bahkan sama sekali tidak berniat untuk pergi keluar dan mencari makan siang seperti yang lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir, pekerjaannya tidak sedang menumpuk belakangan ini. Pria itu bisa saja meluangkan waktunya sebentar untuk pergi makan siang jika ia mau. Namun, pada kenyataannya Shevandra malah hanya bersantai di ruang kerjanya sembari menonton berita dari ponsel.“Sungguh ma

  • I See U in the Past   Turbulence

    Turbulensi di awal penerbangan saat akan lepas landas sudah merupakan hal yang cukup biasa untuk terjadi. Meski terasa agak mengerikan pada awalnya, namun Ailisha sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Itu bukan lagi sesuatu yang baru baginya. Paling tidak, untuk sekarang Ailisha sudah mulai berhasil untuk beradaptasi.“Apa aku akan bertemu dengan Kak Shevandra di sana?” batinnya di dalam hati.Informasi terakhir yang ia dengan soal pria itu adalah kepergiannya menuju Korea Selatan. Bukan pergi. Lebih tepatnya kembali. Ada bisnis yang perlu ia urus dengan segera. Sebab sejak awal Shevandra memang sudah merintis bisnisnya di negeri ginseng itu.Yang kemarin itu hanya kunjungan bisnis. Oleh sebab itu Shevandra datang ke Indonesia. Dan kebetulan mereka bertemu. Setelah sekian tahun lamanya, Ailisha sama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari pria itu. Meskipun hanya sekedar kabar burung.“Tapi, bukankah Korea Selatan terlalu be

  • I See U in the Past   Boy

    Butuh waktu selama kurang lebih delapan jam perjalanan jika menggunakan mobil dari Jakarta menuju Jogja. Jika Jeri baru berangkat tepat pada pukul tujuh malam tadi, maka bisa dipastikan jika pria itu sekarang pria itu sudah berhasil menempuh lebih dari setengah perjalanan.Tiga jam lagi pria itu akan sampai. Tepat pada pukul tiga dini hari. Hanya selisih satu jam saja sejak jadwal keberangkataan Ailisha dari bandara. Pria itu tidak akan tiba lebih cepat dari perkiraannya. Bahkan jika kondisi jalanan tidak ramai atau bahkan macet sama sekali.Sepertinya rencananya untuk menghindari pria itu akan berhasil kali ini. Jeri tidak akan langsung menemuinya ketika sampai. Sudah larut malam. Tentu saja ia masih memiliki etika dan sopan santun. Jeri tidak akan melakukan hal tersebut jika masih memiliki akal sehat. Lagipula ia berencana untuk langsung pergi ke hotel begitu sampai. Kemungkinan besar, besok baru Jeri akan berusaha untuk mencari Ailisha.***&

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status