Share

Mad

ISUITP 6

Ailisha dan Miera memilih untuk langsung pergi dari tempat itu setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan. Mereka sudah menunggu terlalu lama di sana. Jadi kedua gadis itu tidak akan menunggu lebih lama lagi. Mereka masih punya urusan lain yang jauh lebih penting daripada bertemu orang tidak jelas itu. Setelah ini masih ada kelas. Hanya tersisa lima belas menit lagi sebelum jadwal kelas dimulai.

Gadis itu tidak peduli jika Arga akan marah kepadanya. Lagipula, seharusnya Ailisha yang marah kepada pria itu. Karena ia telah mengingkari janjinya. Tadi katanya, rapat itu hanya sebentar. Tapi kenyataannya sungguh berbanding terbalik. Mereka telah menunggu di sana selama berjam-jam. Sampai punggungnya terasa pegal. Sekarang, kedua gadis itu sama sekali tidak memiliki waktu untuk sekedar meluruskan pinggang mereka. Karena sebentar lagi akan ada kelas. Kelas terakhir yang mereka miliki untuk hari ini.

“Liat aja lo nanti!” gerutu Ailisha geram.

Sepanjang perjalanan ke gedung falkultas, ia hanya bisa mendumal sambil sesekali mengumpat. Ailisha sungguh merasa kesal dengan Arga. Dia merasa telah dipermainkan oleh pria itu. Sementara itu, Miera sama sekali tidak menanggapi perkataan gadis itu. Ia tahu jika sahabatnya sedang kesal. Tersulut api emosi. Jadi tidak ada gunanya jika ia buka suara juga. Ailisha malah akan semakin emosi.

***

Ailisha sengaja menonaktifkan data selulernya selama kelas berlangsung. Tentu saja agar tidak ada yang mengganggu konsentrasinya. Saat ini, ia sedang mengikuti kelas untuk mata kuliah nirmana dua dimensi. Bisa dibilang, ini adalah salah satu mata kuliah yang lumayan sulit. Karena selain memerlukan ketekunan, kita juga harus memiliki konsentrasi tingkat tinggi. Sedikit kesalahan saja bisa membuat semua pekerjaannya selama ini sia-sia.

Selesai kelas, kedua gadis itu langsung berencana untuk kembali ke kamar kost mereka yang terletak tidak begitu jauh dari kampus. Ailisha dan Miera berada di kamar yang berbeda, namun masih dalam satu tempat kost yang sama. Seharusnya, mereka bisa saja sekamar berdua. Tapi, kapasitas yang telah ditentukan untuk setiap kamar hanya satu orang. Tidak bisa lebih. Jadi, mau tidak mau mereka harus berpisah.

Dari kejauhan, Miera berhasil menangkap salah satu sosok yang tidak asing lagi baginya. Tanpa pikir panjang, ia kemudian dengan sengaja menyenggol tangan Ailisha yang tengah berada di sampingnya. Mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju gerbang.

“Liat tuh!” ujar Miera sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah Arga.

Pria itu dengan berada tepat di gerbang. Sebenarnya ada begitu banyak orang di sana. Tapi entah kenapa, kedua netra Miera langsung tertuju kepada salah satu sahabatnya itu.

Sudah bisa ditebak jika Ailisha akan mengacuhkan pria itu. Dia sedang kesal dengannya. Memangnya apa yang mereka harapkan dari Ailisha. Miera mempercepat langkahnya, sembari menarik Ailisha untuk ikut bersamanya juga. Mereka berdua menghampiri Arga. Semua ini atas kemauan Miera, bukan gadis itu. Jika Ailisha hanya berjalan sendirian saat itu, dia pasti akan langsung menghindari Arga. Melewatinya begitu saja, dengan berpura-pura tidak melihatnya. Seolah-olah mereka tidak pernah saling bertemu, apalagi berkenalan sebelumnya.

Ailisha memang begini. Dia akan berubah menjadi ssosok yang menyeramkan jika sudah dalam mode marah. Oleh sebab itu, jangan pernah sekalipun mencari masalah dengannya. Gadis itu bisa menjadi apa saja yang ia mau. Tidak ada yang bisa menduga.

“Ailisha! Miera!” sahut Arka dari kejauhan.

Tak lupa, ia juga melambaikan tangannya ke arah mereka. Tentu saja agar kedua gadis itu mudah menemukan keberadaannya di antara keramaian seperti ini.

Miera yang memang telah memperhatikan Arka sejak tadi, langsung membalas lambaian tangan pria itu. Tetapi tidak dengan Ailisha. Dia tetap pada pendiriannya. Miera semakin mempercepat langkahnya, nyaris berlari. Sehingga membuat Ailisha kewalahan untuk mengimbangi langkah gadis itu.

“Lo berdua dari mana aja sih!” seru Arga.

Begitu mereka sampai di sana, langsung disambut oleh omelan Arga.

“Ya, lo lagian kelamaan! Keburu kita ada kelas!” balas Miera yang tidak ingin kalah.

Sementara itu Ailisha masih tetap bungkam. Ia tetap tidak ingin memberikan tanggapan sama sekali. Bahkan, menatap pria itu saja ia enggan. Gadis itu tidak pernah sekesal ini kepada pria itu sebelumnya. Namun kali ini ia merasa benar-benar dongkol. Menurutnya, perbuatan pria itu sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Menguji kesabarannya adalah perbuatan yang paling tidak bisa ia maafkan. Ailisha bukan tipikal orang yang bisa menahan marah seperti ini.

“Woy! Ily!” sahut Arga.

Gadis yang dimaksud itu hanya menatap orang yang memanggilnya sekilas. Kemudian segera mengalihkan pandangannya ke arah lain lagi.

“Suruh dia masuk ke sini!” perintah seseorang yang berada di dalam mobil.

Ia membuka sedikit kaca bagian belakang, tanpa memperlihatkan wajahnya sama sekali. Kemudian dengan sarkasnya memerintah gadisi ini. Memangnya dia siapa. Apa dia pikir jika Ailisha akan menuruti perkataannya begitu saja. Jangan harap jika hal itu akan terjadi.

“Siapa?” tanya Miera.

“Udah buruan masuk sana!” perintah Arga sembari mendorong tubuh gadis itu.

Kini Arga mulai ikut-ikutan memerintah sahabat karibnya itu dengan seenaknya. Namun sudah bisa dipastikan jika Ailisha akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Bahkan sesekali ia sempat memberontak. Bagaimana bisa ia masuk ke mobil orang asing yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali. Melihat wajahnya saja tidak. Sungguh tidak masuk akal. Ailisha tidak akan mudah percaya dengan begitu saja kali ini. Waspada akan membuatnya tetap aman. Ia harus tetap berjaga-jaga.

Namun, tanpa sepengetahuannya, seseorang yang sedari tdai bersembunyi di balik kaca mbil itu langsung menriknya masuk ke dalam secara paksa. Tentu saja ia melakukan hal itu saat Ailisha lengah, agar tidak mendapatkan terlalu banyak perlawanan. Beruntung aksinya berjalan dengan lancar. Ailisha sempat melawan, tapi terlambat. Saat ini ia sudah berada di dalam mobil yang semua pintunya terkunci. Tidak ada jalan baginya untuk melarikan diri. Ailisha tidak sempat untuk menarik atensi banyak orang. Sehingga saat ini tidak ada yang bisa membantunya sama sekali.

“Ailisha!” sahut Miera saat mobil tersebut mulai melaju meninggalkan mereka.

“Udah, lo tenang aja,” cegah pria itu.

“Lo apa-apaan sih! Masa lo biarin dia diculik gini sih!” protes Miera tak terima.

“Gue cuma lagi berusaha untuk comblangin dia sama seseorang kok,” jelas Arga.

“Combalngin pala lo!” sarkas gadis itu.

“Dia lagi ketemu sama gebetannya waktu SMA kok. Dia juga kenalan gue. Dan kebetulan cowok itu bilang, dia mau balikan lagi sama Ailisha,” jelas Arga dengan panjang lebar.

“Enak aja lo main nyomblangin anak orang! Kalau dia enggak setuju gimana?! Emangnya lo udah minta izin?!”

Miera langsung menyerang pria itu dengan semua pertanyaan yang ada di kepalanya saat itu. Terbukti semua kalimat yang terlontar dari mulutnya, berhasil membungkam pria itu. Membuat Arga kehabisan kata-kata dan bingun harus berkata apa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status